IKAN PAUS DAN YUNUS A.S.
5. IKAN PAUS DAN YUNUS A.S.
Pada masa lalu di Irak terdapat kota Mushol, kota besar yang terdiri dari banyak wilayah, dan wilayah yang paling besar adalah wilayah Nainawa . Di wilayah ini terdapat banyak sekali nikmat Allah. Kebun-kebun yang hijau berbuah lebat, air sungai terpancar di sekitarnya untuk diminum dan untuk bercocok tanam. Demikian juga binatang ternak —sapi dan kambing—minum air sungai, dan perutnya kenyang dengan makanan yang cukup tersedia, sehingga mereka menghasilkan susu dan daging. Kebaikan sangat banyak terdapat di Nainawa .
Sayang, penduduk Ninawi tidak pandai mensyukuri nikmat-nikmat Allah tersebut. Mereka kafir terhadap Allah, menyembah patung, bintang, dan tetap dalam pembangkangan dan kekufuran. Allah memilih seorang laki-laki saleh dari mereka. Ia menyembah Allah dan tidak kafir pada-Nya. Laki-laki saleh itu adalah Yunus bin Matta. Mereka mengenal kejujuran, kemuliaan, dan kebaikan akhlaknya di tengah-tengah masyarakat. Yunus menyeru penduduk Ninawi untuk hanya menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan tidak kafir pada-Nya; meninggalkan ibadah pada bintang dan patung.
Penduduk Ninawi berjumlah 120.000 laki-laki dan perempuan. Yunus hanya sendirian, tidak ada seorang pun penduduk Ninawi yang beriman. Yunus mengingatkan mereka tentang nikmat-nikmat Allah yang diberikan pada
mereka, yaitu tanah yang subur menghasilkan buah-buahan, sungai-sungai yang mengalir di atasnya, hewan-hewan yang menghasilkan susu untuk diminum anak-anak, dan daging untuk dimakan orang-orang dewasa.
Allah telah member mereka semua kenikmatan di atas, namun mengapa mereka tidak menyembahnya? Bintang hanyalah ciptaan Allah, maka sembahlah Yang menciptakannya, patung adalah hasil rekaan tidak bermanfaat dan tidak mencelakakan, tidak mendengar dan tidak mampu bicara.
Akal mana yang menerima ibadah terhadap patung-patung yang tidak memberi manfaat dan tidak mampu mencelakai. Namun kaumnya tetap dalam pembangkangan dan kekafiran. Kekafirannya semakin bertambah, mereka mengejek Yunus a.s. Maka ia menasihati mereka agar takut pada siksa Allah dan pada kemarahan-Nya pada mereka.
Saat Yunus sering menakuti mereka dengan siksa, mereka tidak mempercayainya, dan malah mengejeknya. Allah mewahyukan pada Yunus untuk mengingatkan mereka dan menakuti mereka dengan siksa. Yunus melaksanakannya, mengingatkan mereka pada kemarahan Allah, dan menjanjikan mereka bahwa siksa akan turun tiga hari lagi.
Namun kaumnya tidak juga mau beriman, sehingga Yunus putus asa terhadap keimanan kaumnya. Jiwanya merasa sangat sedih. Ia tidak menunggu wahyu Allah turun padanya. Ia meninggalkan Ninawi dan kaumnya setelah merasa putus asa atas keimanan kaumnnya. Satu hari berlalu dari waktu yang dijanjikan Yunus tentang turunnya kemarahan Allah pada kaumnya. Hari kedua lewat, dan pada hari ketiga, penduduk Ninawi menyadari hilangnya
Pada hari ketiga mereka melihat tanda siksa yang dijanjikan Yunus pada mereka, berupa mega hitam yang mengitari kepala-kepala mereka. Ini pasti siksa dan kemarahan Allah.
Namun di manakah gerangan Yunus sekarang, mereka ingin beriman padanya? Ia telah meninggalkan mereka dan negeri mereka. Mereka semua keluar rumah berharap Yunus bersama mereka berdoa kepada Allah agar mengangkat siksa. Mereka menyebar ke setiap jalan sambil berteriak, memohon pada Allah, dan menyatakan taubat.
Ibu-ibu menangis keras, laki-laki berteriak, anak-anak menangis, bahkan binatang-binatang —sapi dan kambing—merasa sedih, sepertinya mereka menangis saat melihat siksa.
Penduduk Ninawi telah benar-benar taubat, maka Allah mengangkat siksa dari mereka. Mereka semua beriman pada Allah. Mereka mohon ampun atas segala dosa yang telah mereka perbuat, dan memohon agar mengembalikan Yunus yang saleh, yang telah meninggalkan mereka.
Yunus telah meninggalkan Ninawi, ia putus asa terhadap keimanan kaumnya. Yunus, seorang nabi, seharusnya ia tidak melakukan hal itu kecuali atas izin Allah.
Namun ia telah meninggalkannya tanpa petunjuk dan perintah dari Allah. Yunus berdiri di pinggir pantai. Ia melihat sebuah perahu siap berlayar, ia
menemui pemiliknya agar ia bisa berlayar bersama mereka. Orang-orang sepakat membawanya.
Para penumpang melihat Yunus salat dan banyak menyebut nama Allah. Mereka tahu bahwa ia adalah nabi Allah, maka mereka sangat mencintainya
sehingga tidak membebaninya dengan suatu pekerjaan. Mereka melayani Yunus. Di tengah laut ombak semakin meninggi datang silih berganti. Ombak menghantam perahu. Mereka melemparkan banyak barang-barang
bawaan mereka karena perahu sangat berat. Sepertinya isi perahu masih terasa berat, namun sudah tidak ada barang lagi, sehingga mereka harus melemparkan salah satu penumpang agar mereka semua tidak tenggelam.
Pimpinan perahu meminta diadakan undian. Mereka juga memasukkan nama Yunus a.s. dalam undian ini. Nama Yunus keluar pada undian pertama, namun mereka tidak mau melemparkan nabi Allah ke laut. Mereka mencoba mengundi lagi. Keluarlah nama Yunus untuk kedua kalinya, namun bagaimana mungkin mereka tega melemparkan laki-laki saleh ini ke tengah laut.
Mereka mengundi lagi untuk ketiga kalinya. Hasilnya tetap pada Yunus a.s. Semua merasa sedih atas hasil ini. Mereka mulai membuka baju Yunus. Ia
menjatuhkan dirinya sendiri ke laut. Semua yakin akan kematiannya. Perahu meluncur jauh meninggalkannya.
Yunus mengucapkan sahadat, sesungguhnya tidak ada tuhan kecuali Allah, saat hendak terjun ke laut. Ia yakin tentang kematiannya. Dia berenang di dasar laut menunggu saat kematiannya.
Ikan paus besar datang melahap Yunus a.s. Ia berada di dalam kegelapan perut ikan ini, dan kegelapan laut. Yunus menyangka dirinya telah mati. Ia menggerakan tangannya dan berhasil, maka ia tahu bahwa dirinya masih hidup. Ia pun bersujud pada Allah di dalam perut
―Ya Allah, aku sujud padamu di tempat yang tidak pernah seorang pun sujud‖. Ikan paus berenang ―bersama‖ Yunus di laut, sementara ia berenang dalam
kegelapannya.
Yunus mendengar batu kecil dan dua ikan paus kecil bertasbih pada Allah. Ia menyadari bahwa ia telah membuat Tuhannya marah karena meninggalkan
Ninawi tanpa perintah dari-Nya, maka air matanya mengalir. Lalu ia berdoa pada Allah Swt.
―Tidak ada tuhan kecuali Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang- orang yang zalim,‖ kata Yunus. Yunus memanggil Tuhannya dalam kegelapan: kegelapan laut, kegelapan perut ikan paus, dan kegelapan malam. Di langit, malaikat mendengar tasbih Yunus di dalam perut ikan paus, bahwa ia menyucikan Tuhannya dan mengingat-Nya. Ia mengucapkan kalimat ini terus-menerus:
―Lâ ilâha illa anta subhânaka innî kuntu minadz-dzâlimîn‖. Maka malaikat berkata pada Allah Swt.:
―Tuhan kami, kami mendengar suara yang lemah di satu tempat yang langka‖. ―Itu suara Yunus. Ia telah durhaka padaku, maka Aku menahannya di dalam
perut ikan paus di tengah lautan,‖ kata Allah. ―Yunus…hamba yang saleh, yang mengerjakan amal saleh siang dan malam,‖ malaikat heran. ―Ya‖.
Malaikat memohon pada Allah agar membebaskan Yunus. Allah mengabulkannya. Allah menyuruh ikan paus itu agar mengeluarkan Yunus dari perutnya, dan mengantarkannya di daratan. Ikan paus itu meletakkan Yunus di daratan. Ia dalam keadaan telanjang tanpa sehelai benang pun, maka Allah menciptakan untuknya pohon labu air. Ia dalam keadaan sakit, badannya lemah, seperti anak kecil tanpa pakaian.