GAJAH ABRAHAH

14. GAJAH ABRAHAH

Allah berfirman: ―Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan

tipu daya mereka itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbodong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dan tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikannya seperti daun- daun yang dimakan (ulat),” (QS Al-f ̂ l [105]: 1 – 5).

Ka‘bah bukanlah sekedar kumpulan batu-batu yang tersusun. Sejak dibangun oleh Ibrahim dan Ismail, Ka‘bah dipandang oleh orang Arab sebagai rumah Allah dan

mesjid-Nya. Orang Arab, dari berbagai pelosok, sudah terbiasa datang mengunjungi Ka‘bah, untuk berthawaf, dan melaksanakan rangkaian ibadah haji yang mereka warisi

dari leluhur mereka, Nabi Ibrahim a.s. Orang Arab yang meninggalkan Ka‘bah kebanyakan mudah dicekam kerinduan, sehingga mereka menginginkan untuk segera kembali ke Mekah —yang tiada lain adalah Ummul Qura —yang Allah jadikan sebagai tanah haram pada hari penciptaan langit dan bumi. Allah menjadikannya sebagai tanah yang paling mulia di alam ini, karena adanya Ka‘bah al-Musyarrafah. Demikianlah kondisi orang Arab sebelum Islam. Mereka mensucikan Ka‘bah, mencintai dan mengagungkannya serta tidak ada seorang

pun yang berani menyerang Mekah atau memerangi penduduknya, demi menghormati kabilah Quraisy. Kabilah ini adalah kabilah yang telah Allah muliakan karena pengabdiannya terhadap Baitullah dan tanggung jawabnya atas penyelenggaraan ibadah haji bagi orang Arab dan yang datang dari luar Arab. Maka, Mekah menjadi tempat yang aman dari rasa takut, tidak pernah terjadi kelaparan — karena makanan datang dari berbagai tempat, dan semenjak Jibril memancarkan air zam-zam dari kedua telapak kaki Ismail a.s., atas izin Allah —dan tidak pernah ada yang kehausan. Semuanya hidup dalam keadaan aman sentosa di sekitar Baitullah, Ka‘bah al-Musyarrafah.

Di sebuah tempat yang tidak jauh dari Mekah, hiduplah Abrahah al-Habsyi. Ia adalah seorang raja Yaman yang beragama Nashrani. Ia sangat benci dengan adanya kecintaan orang Arab terhadap Ka‘bah al-Musyarrafah. Abrahah memandang Ka‘bah

hanya sekedar tumpukan batu-batu yang tersusun. Ia kafir terhadap Allah dan agama Ibrahim a.s. yang telah diperintahkan olah Allah untuk membangun Ka‘bah dan mengajari manusia ibadah haji. Sekarang, K a‘bah hanyalah sekedar bangunan, yaitu bangunan yang telah Allah muliakan, seperti halnya Dia muliakan sebagian manusia dan menjadikannya sebagai rasul dan nabi.

Namun kebencian telah datang dari kedengkian Abrahah al-Habsyi. Ia berusaha memalingkan orang Arab dari ibadah haji ke Baitullah. Ia membangun sebuah gereja besar yang dihiasi dengan emas, perak dan patung-patung. Untuk semua itu, ia keluarkan harta yang sangat banyak. Lalu ia umumkan tentang keinginannya agar orang Arab melaksanakan ibadah haji ke ―al-Qullis‖, yaitu gerejanya yang dianggapnya akan menarik perhatian orang Arab untuk meninggalkan Ka‘bah.

Abrahah mengira bahwa orang Arab akan terpedaya dengan emas dan perak dan tunduk terhadap bangunan al-Qullis tersebut. Ia lupa bahwa yang membuat hati mereka memuliakan Ka‘bah adalah Allah Swt. Maka, pada musim haji, tidak ada seorang Arab pun yang melakukan ibadah haji di al-Qullis. Semuanya melakukan ibadah haji di Ka‘bah Baitullah. Kecuali ada seorang Arab yang pergi ke al-Qullis tetapi bukan untuk ibadah haji. ia pergi ke sana untuk kencing dan buang air besar. Lalu air kencing dan Abrahah mengira bahwa orang Arab akan terpedaya dengan emas dan perak dan tunduk terhadap bangunan al-Qullis tersebut. Ia lupa bahwa yang membuat hati mereka memuliakan Ka‘bah adalah Allah Swt. Maka, pada musim haji, tidak ada seorang Arab pun yang melakukan ibadah haji di al-Qullis. Semuanya melakukan ibadah haji di Ka‘bah Baitullah. Kecuali ada seorang Arab yang pergi ke al-Qullis tetapi bukan untuk ibadah haji. ia pergi ke sana untuk kencing dan buang air besar. Lalu air kencing dan

Abrahah mengetahui apa yang terjadi dengan gerejanya itu. Ia bersumpah untuk menyerbu Ka‘bah dan menghancurkannya. Lalu ia mempersiapkan tentaranya untuk kepentingan tersebut.

Orang-orang yang melakukan perjalanan di padang pasir Jazirah Arab biasanya banyak yang tersesat. Mereka tidak akan mengetahui tempat yang sedang mereka tempuh kecuali dengan bantuan seseorang yang disebut al-dal ̂ l (penunjuk jalan). Dia adalah orang yang tahu persis, hafal dan tidak lupa dengan jalan-jalan yang ada di padang pasir. Jika ada orang yang berkendaraan melewati padang pasir tersebut tanpa disertai seorang penunjuk jalan, maka ia akan tersesat. Inilah yang dibutuhkan Abrahah dan tentaranya dalam melakukan perjalanannya untuk menghancurkan Baitullah.

Dalam perjalanannya itu, Abrahah menginginkan seorang penunjuk jalan. Tetapi tak satu pun orang Arab yang mau menjadi penunjuk jalan bagi tentara yang akan menghancurkan Baitullah. Orang-orang Arab hanyalah menginginkan untuk berjihad melawan tentara Abrahah dan mencegah tindakannya. Maka, dengan semangat jihadnya itu, keluarlah seorang lelaki Arab yang bernama Dzu Nafar untuk memimpin pasukannya bertempur melawan tentara Abrahah di padang pasir. Sayang, mereka mengalami kekalahan. Dan kekalahan itu bukan disebabkan oleh kuatnya Abrahah atau banyaknya tentara Abrahah, tapi disebabkan oleh persenjataan Abrahah yang baru, yang tidak dikenal di kalangan orang Arab, yaitu pasukan gajah.

Para tentara Abrahah dilengkapi dengan gajah-gajah yang besar dan gemuk. Dengan belalainya, banyak pahlawan dan kuda-kuda terbunuh. Dan dengan kakinya, gajah-gajah itu dapat menggilas orang-orang yang sedang bertempur. Gajah adalah hewan yang tidak bisa hidup di Jazirah Arab yang luas dengan padang pasir. Ia adalah binatang yang banyak membutuhkan air. Sementara, kapasitas air di Jazirah Arab sedikit dan tak mencukupi untuk keperluan tersebut. Lagi pula jumlah tumbuh- tumbuhannya sedikit, tidak akan mencukupi untuk binatang nabati seperti gajah. Dengan demikian, mustahil gajah berada di Jazirah Arab. Maka, sedikit sekali orang- orang Arab yang mengenalinya. Sehingga tatkala pasukkan Dzu Nafar melihatnya, mereka langsung ketakutan dan melarikan diri. Dzu Nafar pun ditahan Abrahah al- Habsyi dan dia dibiarkan hidup untuk menjadi penunjuk jalan bagi pasukan Abrahah di padang pasir Arab.

Selain Dzu Nafar, ada pula orang yang semangatnya membara untuk melawan Abrahah dan tentaranya. Dia adalah Nufail bin al-K hasy‘ami pemimpin kabilah Khasy‘am dan Nahis. Namun nasibnya tidak jauh berbeda dengan Dzu Nafar. Abrahah mengalahkannya dan menahah Nufail yang kemudian dijadikan penunjuk jalan bagi Abrahah hingga sampai ke Tha‘if, yakni Madinah yang tidak jauh lagi dari Mekah.

Di Tha‘if, terdapat kabilah Tsaqif. Kabilah ini sama dengan Quraisy di Mekah. Mereka takut terhadap Abrahah dan mengkhianati segala macam perjanjian. Mereka mengutus seorang penunjuk jalan yang bernama Abu Raghal. Ia mengantar Abrahah dan pasukan nya hingga sampai ke tempat yang lebih dekat dengan Ka‘bah, yaitu al- Magmas . Di sinilah, Allah menurunkan siksanya kepada mereka sehingga Abu Raghal pun tewas. Lalu orang-orang melempari kuburannya tanpa rasa belas kasihan. Demikianlah, Abrahah sampai ke tempat yang sangat dekat dengan Ka‘bah.

Ketika Abdul Muthallib —pemimpin Quraisy dan sekaligus penguasa penduduk Ketika Abdul Muthallib —pemimpin Quraisy dan sekaligus penguasa penduduk

di tanah haram, yaitu kabilah Kinanah, Hudzail, dan Khaza‘ah. Mereka sepakat terhadap suatu ide bahwa mereka tidak akan kuat berperang melawan para penunggang gajah dan yakin bahwa Allah akan melindungi rumah- Nya (Ka‘bah). Akhirnya, mereka pun sepakat untuk mengungsikan penduduk Mekah ke sebuah gunung di sekitar Mekah yang jauh dari peperangan.

Ketika penduduk Mekah berada dalam pengungsian, tiba-tiba terdengar berita bahwa rumah mereka dijarah oleh tentara Abrahah. Mereka mengambil unta dan kambing. Di antara unta-unta yang mereka ambil terdapat unta milik Abdul Muthallib — pemimpin kabilah. Maka Abdul Muthallib memutuskan untuk turun menemui Abrahah.

Bersamaan dengan itu, Abrahah mengutus salah seorang panglimanya untuk mencari sang penguasa Mekah demi melakukan perundingan. Datanglah utusan itu dengan Abdul Muthallib menemui Abrahah. Abdul Muthallib adalah seorang laki-laki yang berwibawa. Orang yang melihatnya akan menyenangi dan menghormatinya. Maka ketika Abrahah melihatnya, ia langsung berdiri menghormatinya dan mempersilahkan duduk di dekatnya. Pandangan matanya pun terlihat memuliakannya. Lalu Abrahah berkata kepadanya: ―Apa yang kau butuhkan? Apa yang kau cari dariku?‖

Abdul Muthallib menjawab, ‖Tentaramu telah mengambil untaku. Aku menginginkan untaku.‖ Abrahah berakata lagi, ―Kenapa engkau membicarakan tentang unta, dan engkau membiarkan Ka‘bah—dia agamamu dan agama nenek moyangmu—aku datang ke sini

unt uk menghancurkannya, kenapa engkau tidak membicarakannya?‖ Abdul Muthallib menjawab, ―Aku hanyalah pemilik unta. Rumah itu (ka‘bah) ada pemiliknya yang akan memelihara dan menjaganya.‖ Abrahah mengakhiri perkataannya, ―Allah tidak akan mencegahku untuk me nghancurkan rumah itu.‖ Kemudian ia mengembalikan unta kepada Abdul Muthallib.

Abdul Muthallib kembali memerintahkan kaum Quraisy untuk keluar menuju gunung bersama para wanita, anak-anak, unta, dan kambing. Mereka pun berangkat. Kemudian Abdul Muthallib pergi menuju Ka‘bah. Sambil memegang pintu Ka‘bah, beliau berdoa kepada Tuhan:

Ya Allah, hambamu adalah makhluk yang lemah, hanya mampu memelihara dan menjaga unta, maka jagalah rumah-Mu dari gangguan mereka. Sungguh salib Nashrani itu tak akan mampu mengalahkan agama Ibrahim dan tak akan bisa menghancurkan rumah-Mu. Kecuali jika Engkau membiarkan mereka menghancurkannya. Itu semua berada dalam kekuasaan-Mu.

Setelah selesai berdoa, Abdul Muthallib naik ke puncak gunung disertai penduduk Mekah untuk menunggu terjadinya keputusan Allah berkaitan dengan masalah tersebut.

Abrahah memberikan isyarat kepada tentaranya untuk menghancurkan Ka‘bah. Maka para tentara mulai menggerakkan gajahnya untuk menuju Ka‘bah. Namun anehnya sang gajah sama sekali tidak mau bergerak. Tentara pelatih gajah pun datang untuk bersama-sama menggerakkannya. Gajah tersebut malah tidur di tanah. Melihat gajah tetap diam, para pelatih mengambil cambuk dan memukulkannya dengan pukulan Abrahah memberikan isyarat kepada tentaranya untuk menghancurkan Ka‘bah. Maka para tentara mulai menggerakkan gajahnya untuk menuju Ka‘bah. Namun anehnya sang gajah sama sekali tidak mau bergerak. Tentara pelatih gajah pun datang untuk bersama-sama menggerakkannya. Gajah tersebut malah tidur di tanah. Melihat gajah tetap diam, para pelatih mengambil cambuk dan memukulkannya dengan pukulan

Ketiga kalinya gajah terdiam serta tidur di tanah. Abrahah dan tentaranya tidak tahu bahwa gajah tetap taat pada perintah Allah walaupun ia hewan tak berakal dan tak berhati. Ia tak bisa dijadikan sebab bagi hancurnya Ka‘bah.

Mereka merasa kebingungan dengan kejadian tersebut. Segala macam cara telah mereka lakukan, namun gajah tetap membantah demi mentaati perintah Allah. Abrahah dan tentaranya pasti akan meresakan akibat (azab) dari perbuatannya yang berusaha menghancurkan Ka‘bah dan menentang Allah. Dan Allah telah menetapkannya pada saat mereka berfikir untuk menghancurkan Ka‘bah. Azab itu menunggu mereka untuk kemudian datang menimpa secara tiba-tiba. Allah menjadikan mereka sebagai pelajaran bagi umat terdahulu dan yang akan datang. Jika Abdul Muthalib sebagai manusia lemah telah menjaga untanya, maka Allah akan menjaga rumah-Nya. Karena beberapa tahun kemudian, Mekah akan menjadi saksi atas diutusnya Rasulullah Saw. dan umatnya yang masuk Islam.

Ketika semuanya kebingungan dengan keadaan gajah yang tertahan oleh perintah Allah. Tiba-tiba datang burung-burung yang aneh menutupi langit. Burung- burung itu datang dengan berbondong-bondong. Pada masing-masing paruh dan kedua

kakinya terdapat batu yang berasal dari Sijj ̂ l, yaitu sebuah tanah yang terletak di neraka. Masing-masing batu seukuran dengan kacang kedelai. Kemudian batu-batu tersebut dilemparkan ke tubuh para tentara Abrahah. Mereka pun berjatuhan terbanting dan tewas. Jasadnya terpecah-pecah bagaikan dedaunan yang kering dan jatuh seperti telah dimakan ulat.

Allah memusnahkan mereka semua, kecuali hanya sedikit yang selamat termasuk Abrahah. Allah belum menghendaki ia mati agar bisa merasakan sakit dan azab yang Allah berikan akibat dari perbuatannya. Pulang kembali ke negerinya merupakan cara terburuk yang ia rasakan sepanjang hidupnya. Anggota tubuhnya berjatuhan satu demi satu. Darah dan nanah terus bercucuran hingga ia sampai ke Yaman. Tubuhnya berubah seperti anak burung yang baru dilahirkan, belum berbulu dan belum bertulang. Itulah balasan yang setimpal. Allah membiarkan ia hidup sejenak untuk merasakan pelajaran yang menyakitkan bagi dirinya dan bagi setiap orang yang mencoba menghancurkan Ka‘bah atau bermaksud jahat terhadapnya. Kemudian ia mati tanpa ada orang yang merasa belas kasihan kepadanya, demikian juga tentaranya.

Allah telah menolak reka perdaya pasukan bergajah dan menyelamatkan serta memelihara rumah-Nya. Orang-orang Arab menamai tahun ini sebagai tahun gajah. Lalu mereka kembali ke rumahnya masing-masing.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, Abdul Muthallib memberi kabar gembira tentang lahirnya seorang anak dari putranya, Abdullah. Anak itu adalah Muhammad bin Abdillah Rasulullah Saw. yang dilahirkan untuk menyebarkan ―cahaya‖ ke seluruh

Jazirah Arab, bahkan seluruh alam.

Pelajaran Berharga:

1. Ka‘bah adalah Baitullah yang dijaga oleh Allah dari orang-orang yang

2. Tentara Allah sangat besar dan banyak, diantaranya adalah burung kecil yang membawa batu kecil tetapi mampu membinasakan Abrahah dan tentaranya.

3. Permusuhan kaum salib terhadap orang-orang muslim dan terhadap agama Ibrahim berlangsung hingga sebelum kebangkitan Nabi Muhammad Saw.

4. Semua yang ada di alam raya taat kepada Allah Swt. dan bertasybih kepada-Nya walaupun tidak bisa berbicara.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2