ANJING ASHHABUL KAHFI
15. ANJING ASHHABUL KAHFI
Matahari terbit di ufuk timur. Siang datang menggantikan malam. Dan pagi hari pun tiba. Sinar mentari terpancar menerangi kegelapan alam, tak terkecuali Kota Ufsus. Semua yang ada di alam raya bangun dari tidurnya yang lelap. Burung-burung beterbangan di angkasa luas dengan bentuknya yang indah. Suaranya bagaikan nyanyian yang sangat merdu. Tampaklah bumi dengan hijaunya. Pepohonan bergoyang dengan buahnya yang ranum. Ketika memasuki malam hari, semua yang ada bertasybih kepada Allah dan menyembah-Nya, kecuali manusia.
Kota Ufsus adalah kota yang penuh dengan nikmat Allah dan kebaikan-Nya. Penduduknya diberi akal sehingga menjadi penduduk yang beradab dan maju. Namun, hati dan akal mereka buta dari ibadah kepada Sang Pemberi nikmat, yang telah menciptakan langit dan bumi dan menjadikan mereka sebagai manusia yang paling unggul pada zaman itu. Mereka menyembah berhala —baik yang terbuat dari batu maupun dari kayu atau barang tambang —dan bersujud kepadanya. Manusia menciptakan tuhannya dari batu yang tidak bisa berbicara, tidak bisa memberi manfaat dan juga tidak bisa membahayakan. Lalu ia menyembahnya dan bersujud kepadanya!! Sungguh ia bagaikan makhluk yang tak berakal dan tak berhati.
Pada hari raya, mereka keluar menuju tempat peribadatannya menyembah berhala. Penduduk Ufsus ini bersujud terhadap berhala, menyembelih qurban dan menghidangkan makanan dan minuman untuknya. Namun, ada enam orang pemuda yang secara terpisah masing-masing memikirkan hal-hal yang dilakukan oleh keluarga dan kaumnya itu. Mengapa kaumnya bersujud kepada batu, kayu atau barang tambang yang mereka buat dengan sepengetahuan mereka dan dilihat oleh mata mereka sendiri?
Berhala itu, jika dikencingi anjing tak akan bisa menolaknya. Dan jika salah satunya pecah tak akan bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jelas, kaum mereka berada dalam kesalahan. Mesti segala yang ada di alam ini memiliki Tuhan yang menciptakannya dan yang menciptakan manusia semua. Dia adalah yang berhak disembah dan Yang Mahasuci. Tidak ada Tuhan selain Dia.
Di antara pemuda yang enam itu tak ada yang menyembah berhala atau menyembelih qurban untuknya seperti yang dilakukan oleh penduduk negrinya. Bahkan, setelah Allah menancapkan Iman di hatinya, mereka tidak lagi beribadah di tempat penyembahan berhala. Sehingga mereka menjadi pemuda yang meriman kepada Tuhannya dan Allah menambahkan petunjuk kepada mereka.
Allah menyatukan hati dan jiwa mereka. Sehingga mereka saling bertemu antara satu dengan yang lainnya dan mereka saling mengenal. Ketika mereka bersatu, salah seorang di antara mereka berkata:
“Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebe naran,” (QS al-Kahfi [18] : 14).
Yang lainnya menambahkan: “Mereka itu kaum kita yang telah menjadikan (tuhan-tuhan) untuk disembah
selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas (tentang kepercayaan mereka)? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada- ada kebohongan terhadap Allah,” (QS al-Kahfi [18] : 15).
Di sini, salah satu dari mereka mengajukan pendapat untuk menjauhi orang- orang kafir tersebut agar mereka tidak terjebak melakukan hal serupa. Dia mengatakan:
“Apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan
melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu,” (QS al-Kahfi [18] : 16).
Dia mengusulkan agar mereka berenam mau berlindung di dalam gua. Gua tersebut adalah berupa sebuah lubang yang berada di bawah gunung. Lalu gua itu dia pilih, walaupun sempit, gelap dan tidak mungkin bisa hidup seperti di dalam rumah besar dan mencapai kemajuan. Sesungguhnya hidup di rumah besar yang disertai kekufuran akan lebih sempit daripada hidup di dalam gua. Gua yang di penuhi keimanan akan lebih bercahaya dan lebih bersinar dari pada rumah besar atau istana. Jika mereka melakukannya, maka Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka. Dan Allah akan memberikan pertolongan yang mereka butuhkan untuk kehidupan mereka berupa makmanan yang bisa menghilngkan rasa lapar.
Mereka sepakat untuk memisahkan diri dari tempat orang-orang kafir. Dan menjadikan gua sebagai tempat untuk keimanan dan untuk orang-orang yang beriman. Mereka berenam berangkat menuju gua yang mereka inginkan, hingga akhirnya bertemu dengan seorang penggembala yang diikuti oleh anjingnya. Tiba-tiba si penggembala itu beriman kepada Allah seperti mereka. Ia pun menginginkan untuk bergabung bersama mereka. Demikian juga anjingnya, tetap ikut bersama mereka kemanapun mereka pergi. Anjing tersebut sangat setia terhadap majikannya. Jika anjing itu dipukul ia tetap kembali kepadanya. Dan jika diusir, ia malah mendekatinya. Orang- orang menyebutnya sebagai contoh kesetiaan.
Salah seorang di antara pemuda yang tujuh itu memiliki uang yang berukirkan nama raja yang zalim dan gambarnya. Lalu mereka memasuki gua, sementara anjing tetap di luar karena ia merupakan binatang yang najis. Jika mulutnya menyentuh baju atau bejana, maka harus dicuci sebanyak tujuh kali yang salah satunya menggunakan debu. Malaikat tidak akan memasuki sebuah rumah jika di dalamnya terdapat anjing atau gambarnya. Anjing hanya diperbolehkan bagi penggembala, orang yang takut kecurian, atau orang yang sedang berburu mencari anjing. Adapun di luar itu semua anjing tidak boleh dipelihara. Orang yang menghabiskan waktunya untuk memelihara anjing tanpa adanya alasan-alasan tersebut, maka Allah akan mengurangi pahalanya setiap hari satu qirath, yaitu seukuran gunung Uhud.
Anjing itu memilih untuk duduk di depan pintu gua agar bisa menjaga sahabat- sahabatnya, menggonggong jika melihat orang musyrik Ufsus yang melewati mereka dan mengusir ular atau binatang buas yang akan membahayakan terhadap keamanan gua. Hal ini dikarenakan kesetiaan yang sangat mendalam dari anjing tersebut.
Adapun para pemuda mukmin, mereka telah masuk ke dalam gua. Di dalamnya mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami,” (QS al-Kahfi [18] : 10).
Karena perjalanan dari Ufsus sangat jauh, para pemuda itu pun merasa lelah, mereka langsung terlempar ke tanah. Lalu mereka merebahkan tubuhnya untuk beristirahat dan akhirnya tertidur pulas.
Allah menjadikan tidur sebagai istirahat bagi tubuh manusia setelah lelahnya mengarungi siang. Di kala tidur, kedua mata terpejam, lisan terdiam, telinga berhenti Allah menjadikan tidur sebagai istirahat bagi tubuh manusia setelah lelahnya mengarungi siang. Di kala tidur, kedua mata terpejam, lisan terdiam, telinga berhenti
Jika ada orang yang tidurnya lama, maka dia biasanya dianggap sebagai naww ̂ mun (orang yang banyak tidur). Lalu, apa sebutan bagi orang yang tidurnya lama
sampai dengan tigaratus sembilan tahun!! Jangka waktu yang lama seperti ini telah Allah tetapkan untuk tidurnya ashhabul kahfi (para penghuni gua), yaitu para pemuda mukmin dan anjingnya, agar menjadi tanda dan petunjuk atas kekuasaan Allah dalam membangkitkan jasad-jasad yang telah mati. Maka beriman terhadap hari kiamat merupakan suatu kebenaran dan wajib dimiliki.
Di sekitar gua terjadi keajaiban-keajaiban. Pintu gua yang mereka huni terdapat di sebelah utara. Sedangkan bagian dalamnya menghadap ke arah kiblat. Sebagaimana dimaklumi, yang dimaksud dengan arah kiblat di sini adalah tenggara. Posisi ini sangat baik dan mengandung kemaslahatan. Ketika matahari terbit dan sinarnya menguat, condong dari gua mereka ke arah kanan. Artinya matahari terbit di sebelah barat dan keluar sedikit demi sedikit. Lalu, ketika terbenam, meninggalkan mereka sebentar dan masuk ke arah timur. Makna dari ini semua adalah bahwa sinar matahari itu masuk ke dalam gua, membunuh akar-akaran dan mikroba, merubah udara sehingga tidak membahayakan dan matahari yang tertuju pada mereka tidak mengakibatkan tubuh dan baju mereka terbakar. Tetapi hanya mereka saja yang dapat memanfaatkan panasnya sinar matahari dalam keadaan tidur. Dan panasnya sinar matahari tersebut tidak membahayakan mereka. Hal ini terjadi semata-mata karena ketentuan Allah.
Para pemuda itu tidur tanpa makan dan minum dalam jangka waktu yang lama, namun seorang pun tiak ada yang mati. Dan tidak ada yang merasa lapar maupun haus. Hal ini juga terjadi semata-mata karena kekuasaan Allah.
Mereka tidur dengan kedua mata terbuka. Sebab jika mata mereka terpejam selama tiga abad sembilan tahun pasti mata mereka akan rusak. Selama mereka tertidur dalam jangka waktu tersebut, Allah membuat mereka membolak-balikkan tubuhnya di atas tanah. Tidak ada seorang pun yang tidur hanya pada sebelah badan, sehingga bagian badan tersebut dan bajunya tidak rusak. Adapun anjing, tetap berada di depan pintu gua sambil menjulurkan kaki depannya dan duduk di atas kaki belakangnya. Posisi duduk seperti ini disebut al- iq‟ ̂ . Keadaan seperti ini sungguh menakutkan. Dan ashabul kahfi itu hidup tapi tidak sadar, tidur tapi tidak bangun. Mahasuci Allah yang telah memberikan kekuasaan kepada mereka untuk menjadi seperti itu. Andaikan ada seseorang di antara kita melihat keadaan tersebut pasti akan merasa takut dan berpaling lari.
Setelah melewati masa tigaratus sembilan tahun, segala sesuatu yang ada di dunia mengalami perubahan. Kehidupan tidak berjalan tetap dan demikian juga negara- negara, semuanya berubah. Selama tiga abad banyak orang yang mati, banyak orang yang lahir, kekuasaan-kekuasaan jatuh diganti dengan yang lain, dan para raja pun meninggal dunia diganti dengan raja-raja berikutnya. Ini adalah sunnatullâh pada makhluk-Nya.
Kecuali ada satu hal yang tidak berubah yaitu pemuda kahfi dan anjingnya. Mereka senantiasa tertidur di dalam gua hingga datang ketentuan Allah setelah jangka waktu tersebut. Mereka terbangun dari tidurnya, karena Allah menghilangkan penghalang dari telinga mereka. Telinga adalah indra pertama yang berfungsi ketika seorang manusia tertidur. Sebelumnya Allah telah menutup telinga mereka selama tiga
―Berapa lama kamu tidur?‖ Yang lainnya menjawab sambil menggisik-gisik matanya untuk menghilangkan
rasa ngantuk, “Kita tidur di sini sehari atau mungkin setengah hari.” Dalam pikirannya tidak terbayangkan bahwa dia telah tidur selama tigaratus sembilan tahun. P emuda yang ketiga mengatakan, ―Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu tidur di sini.‖
Namun perut mereka yang tidak merasakan makanan selama selang waktu tersebut, mulai merasa lapar. Lalu salah seorangnya berkata: “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun. Sesungguhnya jika mereka mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya ,‖ (QS al-Kahfi [18]: 19 - 20).
Keluarlah salah seorang di antara mereka untuk mencari makanan. Dalam genggaman tangannya terdapat uang perak dengan ukiran berbentuk gambar raja yang zalim dan kafir. Ketika melihat keadaan di luar ia merasa kaget, ternyata kota Ufsus yang dia lihat bukan Ufsus yang pernah ia kenal. Orang-orangnya pun sudah lain. Rumah-rumah bukan yang dulu lagi. Dan demikian juga jalan-jalan seolah sudah berubah. Apakah bumi yang berputar sehingga ia pergi ke negri lain? Atau mereka berkelana dalam keadaan tidur?
Orang-orang yang ada di sekelilingnya melihatnya dengan heran dan tercengang. Walaupun demikian, ia tetap melanjutkan perjalanannya hingga menemui seorang penjual untuk membeli makanan dan memberikan uangnya. Di sini terjadi hal yang tidak disangka-sangka, si penjual itu bertanya:
―Hai pemuda, apakah anda mendapatkan harta simpanan? Ini adalah uang lama, telah lewat tigaratus sembilan tahun.‖ Si pemuda mukmin pun merasa seolah darahnya terhenti dan keringatnya keluar. Ia terdiam penuh dengan rasa heran dan tercengang. Si penjual dapat melihat perubahan yang tersembunyi pada diri pemuda itu. Ia telah tidur bersama sahabatnya selama tigaratus sembilan tahun.
Dengan cepat, orang-orang berkerumun di sekelilingnya. Kemudian mereka membawa pemuda itu ke hadapan raja yang mukmin —setelah hancurnya raja yang sombong dan kejam dan masuknya cahaya keimanan ke dalam kerajaan. Sang raja bertanya, ‖Ada kabar apa?‖
Si pemuda itu menceritakan kisahnya tentang gua dan tidur yang terus-menerus selama tigaratus sembilan tahun. Orang-orang yang mendengarkan merasa takjub dan menyadari bahwa Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu. Dan Dia Yang Mahasuci berkuasa untuk mengembalikan makhluknya setelah mati dan di kubur.
Berangkatlah sang raja dan tentaranya disertai oleh para penduduk Ufsus yang cukup banyak mengantar si pemuda mukmin menuju gua. Sesampainya di pintu gua mereka pun mohon izin untuk masuk. Para sahabat si pemuda tercengang ketika melihat kedatangan mereka. Lalu pemuda itu menceritakan kepada para sahabatnya tentang keberadaan raja dan penduduknya yang merasa kaget dengan kisah hidup mereka. Mereka pun semakin bertambah imannya. Kemudian mereka kembali tidur. Namun
Orang-orang berbeda pendapat mengenai sikap mereka terhadap ashabul kahfi. Sebagian mengatakan, ―Kita tutup saja pintu gua ini agar tidak ada yang masuk mengganggu mereka.‖
Tapi raja, para menteri dan pembesar kaum itu memilih membangun masjid di atas mereka. Ini, mau tidak mau, merupakan kesalahan yang besar. Allah dan Rasul-Nya telah melarang menjadikan kuburan sebagai masjid.
Pelajaran yang berharga dari kisah ini adalah bahwa seekor anjing yang mencintai suatu kaum, merasa bahagia karena menemani mereka. Jika anjing saja bahagia karena menemani pelaku kebajikan, mengapa manusia tidak menemani orang mukmin agar dengan menemaninya bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat?!
Pelajaran Berharga:
1. Iman kepada Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Tidak menjadikan kuburan sebagai masjid atau salat di dalam masjid yang disertai kuburan.
3. Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu, dan kekuasaan-Nya membangkitkan manusia setelah mati merupakan hal yang benar.