ULAR, KATAK, BELALANG, DAN KUTU

6. ULAR, KATAK, BELALANG, DAN KUTU

Ibrahim masuk Mesir ditemani oleh istrinya Sarah a.s. Disebutkan bahwa Raja Mesir memberi istrinya seorang budak perempuan, Hajar —baca kisah Biri-biri Ismail a.s. Di Mesir, Allah menyampaikan kabar gembira pada Ibrahim, bahwa salah satu keturunannya akan mengalahkan Raja Firaun. Ibrahim meriwayatkan kisah ini, sehingga orang-orang Mesir akan menyebarkannya setelah kematiannya. Mereka percaya kebenaran kisah ini.

Bani Israil masuk ke Mesir bersama paman mereka, Ya‘kub. Ia sendiri keturunan Israil. Garis keturunan mereka sampai pada Ya‘kub. Mereka membicarakan kabar baik ini hingga sampai pada mata-mata hakim, menteri, dan petinggi Mesir. Maka mereka menyampaikan kisah itu pada Raja Mesir saat itu, Firaun.

Firaun khawatir dengan nasib kerajaannya yang luas. Apalagi, kekayaan dan tanah-tanah Mesir ada dalam kepemilikan Bani Israil —setelah mereka memiliki harta yang banyak, mereka juga menguasai bidang industri, sehingga mereka lebih kaya dari orang-orang Mesir.

Dengan demikian, Firaun menetapkan untuk menguasai kekayaan, rumah- rumah, dan tanah-tanah milik Bani Israil. Ia mengembalikan keadaan mereka tidak memiliki apa pun seperti saat kedatangan pertama mereka ke Mesir. Lebih dari itu, ia menjadikan mereka pembantu bagi orang-orang Mesir. Ia memaksa mereka untuk membangun kota-kota, menggali tanah-tanah, dan menyerahkan pada mereka pekerjaan-pekerjaan sulit yang membutuhkan kesungguhan dan kepayahan yang berat.

Saat ini Bani Israil merindukan kehadiran anak itu yang berasal dari keturunan Ibrahim, yang akan membebaskan mereka dari Firaun dan tentara-tentaranya. Kisah ini pun diyakini kebenarannya oleh Firaun, maka ia membuat perintah baru. Ia memerintahkan untuk menyembelih setiap bayi laki-laki yang lahir, dan membiarkan bayi perempuan dari Bani Israil, sehingga ia membunuh anak yang akan menjadi penghancur kerajaannya. Ia, si pendosa lupa bahwa Allah mampu melakukan apa pun sesuai kehendaknya; dan ia sendiri adalah hamba Allah Swt.

Saat jumlah laki- laki Bani Israil sedikit, penduduk Mesir berkata, ―Anak laki- laki disembelih, orang tua meninggal dunia, maka Bani Israil akan lenyap, dan kami tidak akan menemukan orang yang akan membantu kami. ‖

Firaun memutuskan untuk membunuh seluruh anak-anak dalam satu tahun, dan membiarkan mereka dalam tahun berikutnya. Demikian kebijakan itu berlaku. Para dukun anak berkeliling menemui perempuan-perempuan Bani Israil untuk mengumpulkan nama-nama mereka yang sedang hamil, dan mendatangi mereka pada saat kelahiran. Jika bayi itu laki-laki maka mereka menyembelihnya dengan pisau, dan membiarkannya jika perempuan dalam satu tahun; dan pada tahun berikutnya bayi-bayi itu tidak disembelih. Berapa banyak bayi laki-laki disembelih di samping ibunya?!

Di rumah Imran —salah seorang yang saleh dari Bani Israil, istrinya hamil pada tahun tidak ada penyembelihan. Ia berharap pada Allah agar anak yang ada dalam kandungannya adalah laki-laki hingga tidak disembelih. Allah memberinya seorang anak laki-laki yang diberinya nama Harun. Pada tahun berikutnya istri Imran hamil lagi, ia berharap pada Allah agar anaknya bukan laki-laki sehingga tidak dibunuh. Namun Allah menetapkan apa yang ada dalam rahim sesuai kehendak-Nya. Ia memberikan bayi laki-laki pada siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberikan bayi perempuan pada siapa

Tidak ada tanda-tanda kehamilan pada istri Imran, sehingga para dukun bayi tidak melihat kehamilannya. Saat tiba waktu kelahiran, saat-saat yang menyulitkan, lahirlah bayi itu. Terjadilah apa yang ia takutkan: ia telah melahirkan seorang bayi laki- laki!!

Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan? Para penyembelih sedang menantinya dengan membawa pisau-pisau mereka. Seandainya mereka mendengar suaranya, mereka akan mendatanginya untuk menyembelihnya. Tidak ada seorang pun yang mampu menyembunyikan tangisan bayi, yang akan menangis saat lapar, haus, atau terbangun dari tidurnya. Ia tidak bisa berbicara pada bayinya, atau bayi itu berbicara padanya. Ia sungguh bingung, dan menyangka bayi itu akan disembelih. Tiba-tiba ada suara datang dalam hatinya agar ia menyusuinya, saat ia telah merasa lega, taruhlah anak ini di sungai Nil. Jangan takut dan khawatir. Kami akan mengembalikannya padamu, dan menjadikannya salah seorang utusan.

Ia yakin bahwa ini datang dari Allah, bukan dari setan. Maka ia membawa sebuah peti dari kayu, dan memasukan bayinya di dalamnya setelah ia menyusuinya. Lalu ia menaruhnya di sungai Nil, dan menyerahkan urusannya pada Allah.

Di istana Firaun, para budak wanita melihat peti terbawa air mendekati serambi istana, maka mereka berteriak memanggil. Datanglah para pengawal, mengambil peti itu. Saat mereka membuka peti itu mereka menemukan seorang bayi laki-laki tampan dan baunya wangi. Allah meletakkan kecintaan pada wajahnya, sehingga orang yang melihatnya akan mencintainya. Istri Firaun datang, Asiyah bint Mazahim. Saat ia melihat bayi kecil itu ia menyukainya. Sedangkan Firaun telah menyuruh para penyembelih untuk memotong leher bayi kecil tersebut. Istrinya berusaha mencegahnya.

―Ia adalah pujaan hati bagiku dan bagimu. Jangan kau bunuh dia. Mudah- mudahan ia berguna bagi kita atau kita mengangkatnya sebagai anak‖. Asiyah belum punya anak laki-laki, maka Firaun mengabulkannya. Ia tidak

membunuh bayi itu, dan menyerahkannya pada istrinya yang berkata: ―Kami memberinya nama Musa. Kami menemukannya antara air dan pohon. Mû dalam bahasa orang-orang Mesir artinya air, Syî atau Sya adalah pohon, maka namanya Musa.

Masalahnya adalah bayi ini tidak mau minum susu dari siapa pun. Semua orang bingung menghadapi masalah ini, maka diumumkanlah tentang pembayaran bagi siapa saja yang bisa menyusui Musa.

Ibu Musa hampir gila saat kehilangan bayinya dalam waktu yang lama, sehingga ia hampir berteriak mengatakan, ―Aku menaruh anakku di Sungai Nil.‖

Bila saja Allah tidak menetapkan iman padanya. Ia meminta anak perempuannya —saudara Musa—untuk mengikuti peti itu agar tahu apa yang terjadi dengan saudaranya? Ia pun terus berjalan hingga sampai di istana. Berita itu tersebar di setiap sudut istana bahwa bayi itu tidak mau disusui.

Saudara bayi itu mendengar berita tersebut, maka ia menemui istri Firaun. ―Apakah aku boleh menunjukkan pada kalian ahli bait yang akan menyusui, merawat, dan menjaganya; mereka juga akan menasihatinya?‖

Asiyah menitipkan Musa pada perempuan itu, karena bayi itu harus segera disusui dank arena kecintaannya pada Musa. Musa kembali lagi ke pelukan ibunya yang hampir hilang akalnya, dan jantungnya berhenti berdetak, kalau saja Allah tidak menguatkannya. Ia berteriak: ―Alhamdulillah. Anakku telah kembali padaku‖. Ia menyusui bayi itu yang Asiyah menitipkan Musa pada perempuan itu, karena bayi itu harus segera disusui dank arena kecintaannya pada Musa. Musa kembali lagi ke pelukan ibunya yang hampir hilang akalnya, dan jantungnya berhenti berdetak, kalau saja Allah tidak menguatkannya. Ia berteriak: ―Alhamdulillah. Anakku telah kembali padaku‖. Ia menyusui bayi itu yang

Musa hidup di lingkungan istana Firaun. Ia mengenal para pembantu, dan mereka juga mengenalnya. Bani Israil mengetahui kisah Musa, sehingga mereka menyayanginya.

Suatu hari Musa keluar istana, ia berada di Manfa —ibu kota Mesir pada saat itu. Tiba-tiba ia mendengar suara memanggilnya. ―Musa…Musa tolonglah aku‖. Dilihatnya dua orang laki-laki sedang bertengkar. Laki-laki Firaun dan laki-laki

Bani Israil. Orang Mesir itu akan membunuh orang Yahudi tersebut, maka Musa segera menolong orang Yahudi. Tanpa sengaja Musa memukul orang Mesir itu, dan mati.

Musa menyaksikan mayat di hadapannya. ―Ini merupakan perbuatan setan. Ia adalah musuh yang menyesatkan dan nyata‖. Lalu Musa menghadap Allah. ―Tuhanku, aku menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah dosaku‖. Allah mengampuninya. Musa merasa Allah telah mengampuninya. ―Ya Tuhanku! Demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, maka aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa ,‖ (QS Al-Qashash [28]: 17).

Musa masih berjalan di Manfa. Ia takut terhadap tentara dan orang Mesir karena hari ini ia telah membunuh orang Mesir. Firaun pasti akan mencari si pembunuh. Suara itu kembali memanggilnya, seperti halnya kemarin. Laki-laki yang sama, yang minta pertolongannya kemarin. Ia sedang bertengkar dengan orang Mesir.

Saat melihatnya Musa berkata, ―Engkau sungguh, orang yang nyata-nyata sesat,‖ (QS Al-Qashash [28]: 18).

Orang Yahudi itu melihat kemarahan di mata Musa. ―Apakah kau mau membunuhku, seperti engkau membunuh seseorang kemarin. Jika kau melakukannya kau tidak akan mendapat apa pun, kecuali menjadi orang kuat di bumi ini. Namun jika

kau tidak melakukannya, kau adalah orang yang saleh‖.

Musa tidak membunuh dan tidak menyakitinya, namun meninggalkannya. Ia menemui Firaun, menceritakan apa yang telah terjadi. Firaun mengeluarkan

ketetapan untuk membunuh Musa, namun seseorang yang menyayangi Musa mendengar apa yang akan terjadi pada Musa. Ia bergegas menemui Musa.

―Musa, sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu, maka keluarlah (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-

orang yang member nasihat kepadamu ,‖ (QS Al-Qashash [28]: 20). Musa segera berlari kencang meninggalkan Mesir, karena jika ia tertangkap oleh pengawal istana, Firaun pasti akan membunuhnya. Musa berjalan di tengah gurun pasir, tidak tahu arah tujuannya. Namun ia tawakal pada Allah, dan mohon keselamatan pada-Nya.

Ia berkata, ―Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar,‖ (QS Al-Qashash [28]: 22).

Ia berjalan selama tujuh hari tanpa makanan dan air. Ia makan daun dan rumput. Perjalan ini sangat berat, hingga ia sampai di depan sumur, di mana banyak orang-orang berdiri di sana.

Musa telah sampai di Madyan, sebuah kampong yang bukan wilayak kekuasaan Firaun, dekat Syam. Di depan sumur itu —tempat penduduk Madyan mengambil air minum—orang- orang berkumpul untuk minum dan memberi minum kambing-kambing mereka, kecuali dua orang perempuan duduk di tempat yang jauh. Musa melihatnya.

Musa bertanya , ―Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?‖ Keduanya menjawab, ―Kami tidak dapat memberi minum (ternak kami),

sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya),sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya ,‖ (QS Al-Qashash [28]: 23); ―Kami mengembala kambing, menggantikannya‖.

Musa melihat para pengembala menutup sumur dengan batu besar; tidak akan mampu mengangkatnya kecuali sepuluh orang laki-laki. Ia mendekati sumur, lalu mengangkat batu itu, dan mengambil air untuk kedua perempuan itu.

Ia mengembalikan batu itu seperti semula. Keduanya kagum pada Musa. Musa kembali berteduh di bawah pohon. Ia berkata, ―Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu

kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku ,‖ (QS Al-Qashash [28]: 24). Saat ini ia sangat lapar, yang ada di depan mata hanya daun hijau, namun ia tetap bersyukur pada Allah Swt. Tiba-tiba ia melihat salah seorang perempuan tadi berjalan menghampirinya malu- malu. Dia berkata, ―Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk member balasan atas (kebaikan)-mu member minum (ternak) kami ,‖ (QS Al-Qashash [28]: 25).

Musa berjalan di depannya. ―Tunjukkan padaku jalannya, jika aku salah‖. Musa sampai di rumahnya, bertemu dengan seorang tua yang saleh, ayah kedua

wanita tadi. Ia melihatnya sebagai orang saleh, maka Musa menceritakan kisahnya. Orang tua saleh itu berkata, ―Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu ,‖ (QS Al-Qashash [28]: 25). Salah seorang putrinya berkata, ―Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja

(pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya ,‖ (QS Al-Qashash [28]: 26).

Ayahnya berkata, ―Kamu tidak mengenal siapa Musa.‖ ―Ia berjalan di depanku hingga sampai di sini. Ia sama sekali tidak melihatku.

Orang semacam ini tidak akan berkhianat‖. ―Musa, aku akan menikahkanmu dengan salah seorang putriku ini. Sebagai syaratnya kau bekerja padaku selama depalan tahun, jika kau menyempurnakannya sepuluh tahun, itu pilihanmu sendiri. Aku tidak bermaksud menyusahkanmu. Kau akan mendapatiku termasuk orang- orang saleh‖.

Musa memilih menikah dengan yang paling kecil, dan bekerja pada ayahnya. Ia berkata: ―Allah sebagai wakil apa yang telah kita ucapkan‖. Sepuluh tahun berlalu begitu cepat. Musa rindu pulang ke Mesir untuk melihat

Ibu dan saudaranya. Musa menentukan hari perjalanan. Ini merupakan malam yang gelap dan dingin saat Musa dan keluarganya sampai di sebelah kanan gunung Thur. Musa mencoba mencari arah jalan namun tidak menemukannya. Lalu ia berusaha mencari api sebagai penerang atau penghangat keluarganya. Ia melihat api di samping gunung Thur.

―Tunggulah di sini…aku menemukan api. Mudah-mudahan aku bisa mendapatkan bara api, sehingga kau bisa men ghangatkan diri dengannya,‖ kata Musa

pada keluarganya. Musa sampai di bukit Thuwa. Ia menggunakan tongkatnya untuk melihat api itu. Api itu menyala di sela-sela sebuah pohon di sebelah kanan bukit. Tuhannya memanggil, ―Sungguh, Aku adalah Allah, Tuhan seluruh alam!‖ (QS

Al-Qashash [28]: 30). Jiwanya terpanggil, dan ia melepas sandalnya. Allah memanggilnya, ―Lepaskan kedua sandalmu. Karena engkau berada di

lembah yang suci ,‖ (QS Tha Ha, [20]: 12). ―Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan

diwahyukan (kepadamu). Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku ,‖ (QS Tha Ha, [20]: 14).

Allah menyuruh Musa melemparkan tongkatnya, maka ia melemparkannya. Musa melihat tongkatnya berubah menjadi ular besar. Ia takut, dan lari. ―Musa, jangan takut. Aku tidak menakuti para utusanku‖.

Allah menyuruhnya memegang tongkat itu. Ular itu berubah menjadi tongkat lagi. Allah berkata pada Musa, ―Masukkanlah tanganmu ke dalam sakumu, maka t anganmu akan bercahaya tanpa kamu merasa sakit.‖

Musa melihat tangannya putih seperti bulan; sebelumnya ia melihat tongkatnya berubah menjadi ular. ―Dengan dua bukti ini pergilah menemui Firaun untuk kau ajak menyembah- Ku‖. Musa berkata, ―Ya Tuhanku, sungguh aku telah membunuh seorang dari golongan mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku ,‖ (QS Al-Qashash [28]: 33)

Allah berfirman, ―Aku telah mengutus Harun. Pergilah bersamanya menemui Firaun. Ia tidak akan mampu mengalahkanmu. Dengan mukjizatku kalian berdua dan

pengikut- pengikutmu akan mengalahkannya.‖

Musa kembali ke Mesir. Ia menemui Harun yang telah Allah utus untuknya. Keduanya pergi ke istana Firaun menghadapnya.

―Apa maksud kedatanganmu‖. ―Aku adalah utusan Tuhan alam ini‖. Firaun mengingatkan Musa tentang pembunuhan orang Mesir, namun Musa

menjelaskan bahwa ia tidak sengaja melakukannya. ―Siapakah Tuhan alam yang kau maksud‖.

―Tuhan langit dan bumi, serta apa yang ada di antara keduanya, jika kalian yakin. Tuhan kalian dan bapak-bapak moyangmu. Tuhan timur dan barat, serta apa yang

ada di antara keduanya‖. Firaun mengumpulkan orang- orang: ―Aku adalah tuhan kalian yang tinggi. Tidak tuhan selainku‖.

Ia berkata pada Musa, ―Tunjukanlah bukti jika kau benar seorang rasul.‖ Musa melemparkan tongkatnya, dan berubah menjadi ular besar. Lalu ia

menunjukkan tangannya, maka tangannya bercahaya. ―Musa telah menjadi seorang penyihir. Apakah kamu datang kepada kami agar

kau mampu mengusir kami dari tanah kami dengan sihirmu? Aku akan mengumpulkan

―Pada hari raya,‖ kata Musa. Orang-orang berkumpul di pantai untuk melihat apa yang akan terjadi antara

para penyihir Firaun dan Musa. Para penyihir berkata pada Musa, ―Siapa yang lebih dulu, kami atau engkau?‖ ―Kalian duluan‖.

Saat para penyihir itu melemparkan tongkat dan tali mereka, orang-orang berkhayal bahwa semua itu ular yang berjalan dan berlari. Musa merasa takut, maka Allah berfirman.

―Jangan takut, engkau lebih tinggi. Lemparkan tongkatmu. Mereka telah membuat tipu daya penyihir. Tukang sihir tidak akan menang‖. Saat ular itu mendekati Musa, ia melemparkan tongkatnya.

Ular itu menelan tongkat dan tali para penyihir. Mereka pun bersujud. ―Kami beriman pada Tuhan alam, Tuhan Musa dan Harun‖. Firaun marah dan

menyuruh agar para penyihir itu diikat di pohon kurma, lalu tangan dan kaki mereka dipotong.

―Allah adalah baik dan kekal. Siapa yang datang pada Tuhannya dalam keadaan durhaka, baginya Neraka Jahanam; ia tidak hidup dan mati di dalamnya. Siapa yang

menemui-Nya dalam keadaan beriman dan berbuat amal saleh, bagi mereka derajat yang tinggi, surga di sisi Allah. Dia akan mengampuni dosa mereka,‖ kata para penyihir

itu. Ular telah menjadi sebab keislaman para penyihir itu. Benar bahwa racun ular itu mematikan, namun orang kafir lebih banyak racunnya yang mematikan, karena racun ular mematikan tubuh, sedangkan racun kafir membunuh ruh dan hati!!

Allah menurunkan kemarau panjang di Mesir, sehingga mereka meminta Musa berdoa pada Allah. ―Jika Allah telah menghilangkan kemarau ini, kami akan beriman‖.

Allah menghilangkan kemarau, namun mereka tidak mau beriman. Allah mengirim belalang yang memakan tanaman dan buah milik mereka,

namun mereka tetap tidak mau beriman. Lalu Allah mengirim kutu, katak, dan darah — semuanya menguasai mereka.

Kutu membunuh mereka dan anak mereka, merusak tanaman dan makanan mereka. Sedangkan katak menyerang mereka di dalam rumah mereka. Ketika orang-orang Mesir ingin minum dari sungai Nil, airnya berubah menjadi darah. Namun jika Bani Israil ingin meminumnya, darah itu kembali menjadi air seperti semula. Firaun selalu berjanji pada Musaakan beriman dan membebaskan Bani Israil — dari kejahatannya, jika ia mau berdoa pada Tuhannya. Ini merupakan penangguhan yang diberikan Allah pada Firaun agar ia menjadi muslim atau membiarkan Musa dan Bani Israil meninggalkan Mesir.

Allah mewahyukan Musa agar bersiap-siap untuk keluar dari Mesir bersama Bani Israil. Mereka keluar secara sembunyi-sembunyi dari Mesir, hingga sampai di laut. Musa dan kaumnya yang beriman berhenti di tepi laut.

Firaun dan tentaranya mengejar hingga sampai di laut. Musa melihat Firaun berhenti di belakang rombongannya. Posisinya sangat sulit. Firaun di belakang mereka, dan laut di hadapan mereka.

Bani Israil berkata pada Musa, ―Firaun akan menangkap kita.‖

―Allah memerintahkanku untuk berhenti di sini. Allah tidak akan pernah membinasakanku‖. Allah memerintahkan Musa untuk memukul laut dengan tongkatnya. Laut terbelah. Setiap bagiannya seperti gunung yang tinggi. Bani Israil menyebrangi laut. Musa bermaksud memukul laut dengan tongkatnya, namun Allah mewahyukan agar membiarkan laut dalam keadaan terbelah. Firaun menyaksikan peristiwa tersebut, maka ia berjalan dengan kudanya hingga masuk ke dalam laut diikuti oleh para tentaranya dari belakang. Allah meminta laut untuk kembali seperti sebelumnya, maka Firaun dan para tentaranya tenggelam di dalam laut.

Firaun berteriak: ―Aku beriman. Aku termasuk orang-orang muslim‖. Namun sekarang iman itu tidak berguna. Firaun telah kafir padahal ia telah

melihat beberapa bukti. Firaun mati, Musa dan orang-orang mukmin selamat.

Pelajaran Berharga:

1. Tauhid merupakan dakwah para nabi, termasuk Musa a.s.

2. Seluruh makhluk taat pada Allah, termasuk ular.

3. Kekuatan manusia lemah dan terbatas, sedangkan kekuatan Allah tidak ada batasnya.

4. Orang zalim pasti kalah, walaupun kezalimannya berlangsung lama.

5. Sabar terhadap kepahitan di jalan Allah.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2