10
2. Berau
Sub-basin
: Terletak pada bagian selatan dan sebagian besar berkembang di daratan. Terisi oleh sedimen berumur Eosen Akhir
sampai Miosen Akhir 55,8-5,3
MA
. 3.
Tarakan
Sub-basin
: Terletak pada bagian tengah dan merupakan sub cekungan paling muda. Perkembangan paling utara ke arah
lepas pantai dan terisi dengan Formasi Tarakan-Bunyu yang berumur Miosen Akhir 11,6-5,3
MA
. 4.
Muara
Sub-basin
merupakan deposenter paling selatan dan perkembangan sedimennya ke arah lepas pantai di utara Tinggian
Mangkalihat. Muara
Sub-basin
dipisahkan dengan Berau
sub- basin
, di utaranya oleh
Suikerbrood Ridge,
yaitu suatu Tinggian yang berarah Barat-Timur.
2.1.2 Kondisi Geologi Sub Cekungan Berau
Daerah Binungan terletak pada Cekungan Tarakan, salah satu dari 3 cekungan utama di mandala Kalimantan Timur yang terbentuk
pada kurun Tersier. Cekungan Tarakan terdiri dari empat anak cekungan sub-basin yaitu : Tidung, Tarakan, Muras dan Berau.
Daerah Binungan termasuk dari Cekungan Berau yang merupakan anak cekungan
sub basin
dari Cekungan Tarakan, yang terletak pada pantai Timurlaut Kalimantan Timur dan sebagian kecil
berada di bagian Tenggara Sabah. Luas cekungan seluas 300 km
2
arah Utara-Selatan dan 150 km
2
arah Timur-Barat. Bagian Selatan dibatasi oleh Tinggian Mangkalihat yang merupakan pemisah antara
Cekungan Tarakan dan Cekungan Kutai, di bagian Utara oleh Tinggian Kalimantan Utara Malaysia, di sebelah Barat oleh
Tinggian Sekatak dan dibagian Selatan dan Anak Cekungan Tidung di bagian Utara seperti Gambar 2.2 halaman 11.
11
Gambar 2.2 Peta Geologi Daerah sekitar Berau, Kalimantan Timur Situmorang dan
Burhan, 1995 dengan modifikasi.
Secara umum, geologi daerah Binungan terbentuk dari batuan Formasi Latih atau dikenal juga sebagai Formasi Lati. Batuannya
berupa sedimen deltaik yang terdiri dari fraksi klastik halus serta lapisan batubara, dengan ketebalan bervariasi mulai dari 1 meter
sampai dengan 8 meter. Data hasil pemboran eksplorasi menunjukkan dominasi batuan sedimen secara berurutan adalah
batulanau, batulempung, batupasir, dan batubara. Pada beberapa lokasi yang relatif sempit, kadang terbentuk
”channel system”, yakni hilangnya lapisan fraksi halus atau batubara digantikan oleh
lapisan batupasir. a
Struktur Geologi Analisis struktur yang diperoleh dari rangkuman hasil penelitian PT.
Indera Geodia tahun 1996 interpretasi liniasi dari SAR dan posisi perlapisan dan hasil pengamatan pola struktur terhadap daerah
yang baru dibuka, khususnya di daerah kupasan rencana jalan ke Suaran.
Struktur Lipatan
12
Struktur lipatan yang terbentuk di daerah Binungan terdiri dari: 1. Sinklin Binungan
Dengan arah Utara yang membentuk sayap Timur dan Barat relatif simetris dengan kemiringan 10
-12 , mendekati Sungai
Binungan, sinklin ini menunjam secara landai. 2. Antiklin Rantau
Arah Utara-Barat Laut, dimulai dari sebelah Utara Sungai Berau sampai Binungan Selatan. Sayap Barat Daya dengan
kemiringan 50 -70
sedangkan sayap Timur Laut dengan memiliki kemiringan 10
-12 .
3. Sinklin Suaran Sinklin Suaran membentuk lipatan terbuka dengan bentuk sayap
relatif simetris dan menunjam ke arah Barat Laut dengan kemiringan 10
-30 . Terdapat dua struktur sesar yang terjadi di
daerah Binungan ini, yaitu Sesar Binungan dan Sesar Kelay yang merupakan sesar ikutan
secondary fault
. Sesar Binungan merupakan sesar utama memanjang 5 km dengan arah
Barat Laut-Tenggara, sesar ini merupakan tipe sesar gunting
scissors-type fault
. Daerah Barat diinterpretasi sebagai sesar naik relatif terhadap bagian Timur, hal ini didasarkan data
sebagai berikut : Pengulangan berupa lapisan datar dari formasi pembawa batubara
coal measures
dengan penampakan kedua kemiringan lapisan kearah Barat dengan batas bagian Selatan dari sesar.
1. Adanya kenampakan pelurusan
lineament
2. Ditemukan material terbreksikan
breciated
dengan komponen batugamping dan batupasir pada jalur sesar
3. Terdapat kemiringan relatif besar dekat zona sesar
Sesar Kelai berarah Timur-Barat dengan pergeseran
throw
sekitar 30 m. Sesar ini diintepretasikan sebagai sesar naik dimana daerah
Utara sesar bergerak naik relatif terhadap daerah Selatan.
13
b Stratigrafi
Secara regional, daerah Sub-Cekungan Berau merupakan bagian dari Cekungan Tarakan dan tersusun oleh batuan sedimen, batuan
vulkanik dan batuan beku dengan kisaran umur dari Tersier sampai Kwarter 65,5-0,01
MA
. Formasi yang menyusun stratigrafi Anak Cekungan Berau terdiri dari 4 empat formasi utama.
Urutan dari yang tertua yaitu Formasi Birang Formasi Globigerina Marl, Formasi Latih Formasi Batubara Berau,
Formasi Labanan Formasi Domaring dan Formasi Sinjin seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.3 halaman 14.
1. Formasi Birang
Tersusun dari perselingan antara napal, batu gamping, tufa hablur di bagian atas, serta perselingan antara napal,
rijang, konglomerat, batupasir kwarsa, dan batugamping di bagian bawah. Napal kelabu, kompak, mengandung
foraminifera besar terutama
orbituid
. Konglomerat kompak, tersusun dari batuan beku, kwarsa dan kwarsit berukuran
kerikil, membulat tanggung sampai menyudut tanggung dengan matriks berupa pasir berbutir halus sampai kasar.
Batupasir kwarsa, kelabu-coklat kekuningan, berbutir halus- sedang, membundar tanggung, kompak, berlapis baik sampai
dua meter, mengandung mineral kwarsa, mineral bijih, fragmen batuan dan mineral hitam. Batugamping, berwarna
putih, sangat kompak, berlapis baik dan berselang-seling dengan batupasir kwarsa yang mengandung foraminifera
besar dan kecil yang sangat berlimpah.
14
Formasi ini disebut juga Formasi
Globigerina Marl
yang berumur Oligo-Miosen 33,9-5,3
MA
dan diendapkan di lingkungan laut dangkal. Ketebalan formasi ini lebih dari 110
meter.
Gambar 2.3 Stratigrafi daerah Berau Kalimantan Timur Situmorang dan Burhan, 1995 dengan
modifikasi.
2. Formasi Latih disebut juga Formasi Lati Formasi Latih tersusun dari perselingan antara batupasir
kwarsa, batulempung, batulanau dan batubara di bagian atas, dan bersisipan dengan serpih pasiran dan batugamping di
bagian bawah. Batupasir kwarsa, berwarna kelabu muda,
15
coklat kekuningan, hingga ungu, berbutir halus hingga kasar, membulat tanggung hingga menyudut, berlapis baik,
selang-seling dengan batulempung berwarna kelabu hingga kehitaman dan terdapat sisa tumbuhan.
Batulanau, berwarna kelabu kekuningan, berselingan dengan batupasir kwarsa, umumnya tidak gampingan. Batubara,
berwarna coklat-hitam, selang-seling dengan batupasir kwarsa dan batulempung, tebal dari beberapa centimeter
hingga 5,5 meter. Serpih pasiran, berwarna coklat kemerahan, berbutir halus sampai sedang. Batugamping merupakan
sisipan di bagian bawah, berwarna putih, sangat kompak dan berlapis baik. Ketebalan Formasi Latih kurang lebih
600 m Klompe, 1941. Umur Miosen Tengah dan diendapkan pada lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal.
Formasi ini menjemari dengan atas Formasi Birang. Nama lain dari formasi ini adalah Formasi Batubara Berau Klompe,
1941. Sebagai lapisan pembawa batubara
coal bearing
, Formasi Latih cukup luas sebarannya, meliputi sebagian
besar wilayah KPPT Berau Coal, termasuk daerah Binungan, yang dibagi menjadi blok 1-4, 5, 6 dan blok 7. Berdasarkan
kedudukan posisi stratigrafinya Formasi Latih dibagi menjadi dua yaitu :
a. Formasi Latih bagian atas yang terbentuk dari pengulangan pengendapan selang seling yang terdiri
dari satuan: batupasir kwarsa, batu lanau, batu lempung dan batubara Klompe, 1941.
b. Formasi Latih bagian bawah, terbentuk dari sisipan serpih pasiran dan batugamping. Batugamping berwarna
putih, sangat kompak dan berlapis baik dengan ketebalan 600 meter, berumur Miosen Tengah 16-11,6
MA
. Umumnya batuan tersebut diendapkan pada
16
lingkungan delta, estuarin sampai laut dangkal. Formasi Latih bagian bawah ini menjemari dengan bagian atas
Formasi Birang Klompe, 1941. 3. Formasi Labanan
Formasi Labanan tersusun dari perselingan konglomerat, batupasir, batulanau,batulempung dengan sisipan batugamping
dan batubara. Konglomerat, terdiri dari fragmen batuan beku andesit, basalt kwarsa, kwarsit, berukuran kerikil,
membundar tanggung-menyudut tanggung, matriks tersusun dari pasir halus-kasar. Batupasir, berwarna kelabu-coklat,
kompak, berbutir halus sampai sedang, gampingan, fragmen terdiri dari batuan beku, kwarsa dan mineral bijih.
Batulanau, berwarna kelabu kotor, kompak, mengandung sisa tumbuhan, perlapisan kurang baik. Batulempung,
berwarna kelabu kehijauan, mengandung sisa tumbuhan dan fosil moluska. Batugamping, berwarna putih-kecoklatan,
pasiran, kompak,
berlapis baik.
Batubara berwarna
coklat-kehitaman, tebal di bagian atas hanya beberapa centimeter, sedangkan di bagian bawah mencapai 1,5 meter.
Tebal Formasi Labanan lebih kurang 450 meter, umur Miosen Akhir 11,6-53
MA
dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi Latih. Lingkungan pengendapannya adalah
fluviatil. Nama lain dari Formasi Labanan ini adalah Formasi Domaring Klompe, 1941.
4. Formasi Sinjin Formasi ini tersusun dari perselingan tuf, aglomerat, tuf lapili,
lava andesit piroksen, tuf terkersikan, batulempung tufaan dan kaolin. Tuf berwarna putih kecoklatan-ungu, berbutir halus,
lunak-kompak, berselingan dengan aglomerat dan tuf lapili, berwarna kelabu kehijauan, kehitaman, mengandung andesit
dan basalt. Lava andesit piroksen menunjukkan struktur
17
aliran. Tuf terkersikan berwarna coklat muda-ungu, berlapis baik, berbutir sangat halus, mengandung mineral
kwarsa, feldspar dan mineral hitam. Batulempung tufaan, kelabu kotor-kelabu kecoklatan, kompak, berlapis buruk,
mengandung sisa tumbuhan. Tebal formasi ini lebih dari 500 meter, umurnya diduga Pliosen 5,3-2,6
MA
dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi Labanan Klompe, 1941.
2.2 Rock Quality Designation RQD