46
Tabel 2.12 Hubungan nilai faktor keamanan dengan intensitas longsoran Bowles, 1989
Nilai Faktor Keamanan
KejadianIntensitas Longsor F 1,07
Longsor terjadi biasasering lereng labil
F antara 1,07-1,25 Longsor pernah terjadi lereng kritis
F 1,25
Longsor jarang terjadi lereng relatif stabil
2.10.3 Cara Peningkatan Kestabilan Lereng
Pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk mengurangi, mencegah dan menanggulangi dampak negatif serta meningkatkan
dampak positif. Kajiannya didasarkan pada studi kelayakan teknik atau studi geologi yang mencakup geologi teknik, mekanika tanah dan
hidrogeologi. Dengan demikian pendekatan dalam menangani lereng rawan longsor selain didasarkan oleh hasil rekomendasi studi
kelayakan teknik atau studi geologi, juga didasarkan oleh pengelolaan lingkungannya. Pengelolaan yang baik akan sangat mempengaruhi
kestabilan suatu lereng jika lereng memiliki resiko untuk terjadi longsor, hal ini dapat kita ketahui dari kondisi batuan yang sudah
lapuk, tingkat ketinggian serta kemiringan lereng. Diharapkan mengenai lereng rawan longsor dapat dikenal lebih jauh lagi sehingga
dapat mengantisipasi kekuatan dan keruntuhan suatu lereng. Hubungan
antara faktor-faktor
yang mempengaruhi
penurunan kondisi fisik dan mekanik perlu diketahui pula. Pengaruh kenaikan kadar air, peletakan beban, penanaman vegetasi dan kondisi
kegempaangetaran terhadap tubuh lereng, merupakan kajian yang paling baik untuk mengenal kondisi suatu lereng. Secara umum
pencegahanpenanggulangan lereng
longsor adalah
mencoba mengendalikan faktor-faktor penyebab maupun pemicunya, meskipun
demikian, tidak semua faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan tetapi dapat dikurangi. Beberapa cara pencegahan atau upaya stabilitas
lereng seperti Gambar 2.15, halaman 48 adalah sebagai berikut :
47
1 Mengurangi beban di puncak lereng dengan cara :
Pemangkasan lereng, pemotongan lereng atau
cut
biasanya digabungkan dengan pengisianpengurugan atau
fill
di kaki lereng, pembuatan undak-undak dan sebagainya
2 Menambah beban di kaki lereng dengan cara :
Menanam tanaman keras biasanya pertumbuhannya cukup lama.
Membuat dinding penahan bisa dilakukan relatif cepat, dinding penahan atau
retaining wall
harus didesain terlebih dahulu
Membuat „bronjong‟, batu-batu bentuk menyudut diikatkan dengan kawat, bentuk
angular
atau menyudut lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan bentuk bulat, dan
sebagainya 3
Mencegah lereng jenuh dengan airtanah atau mengurangi kenaikan kadar airtanah di dalam tubuh lereng seperti Gambar
2.16, halaman 49. Kadar airtanah dan muka airtanah biasanya meningkat pada musim hujan, pencegahan dengan cara :
Membuat beberapa penyalir air dari bambu atau pipa paralon di kemiringan lereng dekat ke kaki lereng.
Kegunaanya agar muka airtanah yang naik di dalam tubuh lereng akan mengalir keluar, sehingga muka airtanah turun.
Menanam vegetasi dengan daun lebar di puncak-puncak lereng sehingga evapotranspirasi meningkat. Air hujan yang
jatuh akan masuk ke tubuh lereng
infiltrasi
. Infiltrasi dikendalikan dengan cara tersebut.
Penanaman rerumputan jika disertai dengan desain drainase juga akan mengendalikan
run-off.
Memperbanyak saluran drainase dengan tujuan air tidak terlalu lama menggenang pada tubuh lereng ang akan
berakibat pada meningkatnya beban lereng.
48
4 Mengendalikan air permukaan dengan cara:
Membuat desain drainase yang memadai sehingga air
permukaan dari puncak-puncak lereng dapat mengalir lancar dan
infiltrasi
berkurang. Penanaman vegetasi rerumputan juga mengurangi air larian
run-off
sehingga erosi permukaan dapat dikurangi. Pembuatan parit di sepanjang
bench
lereng dengan tujuan untuk mengurangi intensitas air yang masuk ke dalam tubuh
lereng Pembuatan tempat penampungan air yang berada pada
elevasi terendah.
Gambar 2.15 Upaya peningkatan kestabilan lereng Zakaria, 2009
49
Gambar 2.16 Tahapan penurunan muka air tanah MAT Zakaria, 2009
Revegetasi
Pipa penyaliran Dinding
Drainase
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Penelitian Tugas Akhir dilakukan dengan menggabungkan 3 metode, yaitu metode studi pustaka, metode observasi lapangan dan metode analisis dari data
primer maupun data sekunder. Studi pustaka digunakan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai penelitian yang akan dilakukan dari penelitian terdahulu
yang bersumber pada buku, jurnal ataupun paper yang berkaitan dengan penelitian. Observasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan
data yang diperlukan untuk keperluan analisis, sedangkan analisis merupakan tahapan untuk mendapatkan hasil berupa nilai
value
dari parameter-parameter yang didapatkan selama observasi sehingga dapat dikembangkan menjadi sebuah
laporan maupun rekomendasi.
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan dalam penelitian Tugas Akhir dibuat dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan dapat terstruktur dan terjadwalkan dengan baik,
sehingga data yang diperoleh dapat maksimal. Berikut ini tahapan penelitian yang dilakukan.
1. Tahapan Pendahuluan
Kondisi lereng tambang yang tidak stabil, menimbulkan resiko terjadinya kecelakaan yang dapat berakibat fatal dan merugikan pihak perusahaan,
maka dari itu diperlukan adanya analisis mengenai tingkat kestabilan lereng untuk meminimalkan timbulnya kerugian ataupun korban jiwa pada
lokasi penambangan. Tahapan lanjutan setelah didapatkan rumusan masalah adalah studi literatur. Literatur diambil dari buku, jurnal, dan
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
2. Tahapan Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui observasi secara langsung di