Struktur Geologi Kondisi Geologi Pit 7 West B

63 Gambar 4.11 Kenampakan lereng distinctly weathered sisi barat Pit West B

4.1.2 Struktur Geologi

Struktur geologi memiliki pengaruh yang besar terhadap kestabilan suatu lereng. Keberadaan struktur geologi menurunkan nilai kestabilan lereng. Berdasarkan proses pembentukanya struktur geologi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Struktur Geologi Primer Struktur geologi primer yang ditemukan berupa perlapisan, wavy ripple , parallel laminasi, nodul dan normal graded bedding . Perlapisan adalah struktur sedimen yang terbentuk dari kontak antara 2 batuan atau lebih yang berbeda dengan tebal 1 cm seperti yang terlihat pada Gambar 4.12 halaman 63. Wavy ripple terbentuk karena perubahan arah arus pada waktu sedimentasi seperti pada Gambar 4.13 halaman 63 dan laminasi adalah perlapisan yang terbentuk dari kontak antar batuan ataupun masih dalam satu jenis batuan yang tebalnya 1 cm seperti pada Gambar 4.14 halaman 64, terbentuk ketika pengendapan material sedimen berlangsung secara lambat dalam arus yang tenang. Nodul adalah material batupasir didalam batulempung seperti pada Gambar 4.15 halaman 64, dan normal gradded bedding adalah lapisan yang terbentuk dari pemilahan Coal sandstone N 64 material pada waktu pengendapan yang berukuran kasar ke halus atau sebaliknya seperti Gambar 4.16 halaman 64. Gambar 4.12 Struktur perlapisan batubara, batulempung dan batupasir pada sidewall di sebelah tenggara lokasi penelitian Gambar 4.13 Struktur wavy ripple pada batupasir antara seam X dan X1 65 Gambar 4.14 Struktur paralel laminasi pada batupasir yang berada di antara seam X dan X1 Gambar 4.15 Struktur nodul pada batulempung diantara seam X1 dan X5 lereng highwall Gambar 4.16 Struktur normal graded bedding antara seam X1 dan X5 66 b. Struktur Geologi Sekunder Pada lokasi Pit 7 West B dijumpai geologi sekunder berupa kekar tarik, kekar gerus, convolute dan mudcrack dengan jarak spasi rekahan untuk kekar tarik sebesar 5 cm dan panjang mencapai 15 cm dengan nilai plungetrend 67 N335 E, sedangkan pada batupasir yang telah mengalami extremely weathered didapatkan nilai plungetrend 84 N89 E, 70 N330 E, 80 N89 E, 67 N333 E, 75 N51 E, 75 335 E, 90 N15 E, 72 N328 E, seperti pada Gambar 4.17. Gambar 4.17 Struktur kekar tarik dan kekar gerus Struktur convolute merupakan struktur yang terbentuk akibat adanya aktivitas tektonik serta pengaruh gravitasi bumi sehingga massa air yang terkandung di dalam material sedimen tiba-tiba menghilang atau berpindah tempat seperti yang terlihat pada Gambar 4.18 halaman 66. Kekar tarik Kekar gerus 67 Gambar 4.18 Struktur convolute pada batupasir yang berada diantara seam X dan X1 Pada batulempung memiliki nilai porositas tinggi, namun permeabilitasnya rendah, sehingga batulempung dapat menyimpan air tetapi tidak dapat mengalirkanya. Batulempung dalam kondisi jenuh air memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan batulempung dalam kondisi kering. Ketika terjadi pelepasan kadar air dari batulempung akibat proses pemanasan secara langsung oleh cahaya matahari, mengakibatkan struktur ikatan pada batulempung menjadi tidak stabil dan menimbulkan retakan yang berpola, struktur inilah yang dikenal sebagai mudcrack , seperti yang terlihat pada Gambar 4.19 halaman 67. Mudcrack merupakan struktur penciri top lapisan atas suatu batuan, karena struktur ini hanya dapat terbentuk pada bagian atas suatu batuan, berbeda dengan batupasir yang relatif memiliki porositas dan permeabilitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan batulempung. Batupasir yang telah mengalami extremely weathered mengakibatkan ikatan antar komponen penyusunya menjadi tidak stabil seperti Gambar 4.20 halaman 67. Kondisi seperti inilah yang berpotensi memicu terjadinya suatu longsoran. 68 Gambar 4.19 Mudcrack pada bench di lereng lowwall Gambar 4.20 Rekahan 1-4 cm pada batulempung extremely weathered Morfologi dinding lereng dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti curah hujan, intensitas cahaya matahari ataupun karena penggalian yang dilakukan selama penambangan berlangsung. Pembentukan bidang erosional diakibatkan oleh air permukaan yang berasal dari air hujan mengerosi material yang menjadi bidang perlintasanya mengakibatkan bentukan concave dan convec yang memiliki pola tertentu, kenampakan bidang erosional seperti pada Gambar 4.21 halaman 68. N N 69 Gambar 4.21 Bidang erosional pada tebing batupasir sisipan batubara

4.1.3 Unit Stratigrafi