34
kakaknya berikut ini dapat menjelaskan kegagalan mahligai rumah tangga Roberta.
“Obviously you disapprove of my getting a divorce. So what should I have done? Stayed with him for another seventeen years and let him chase
women for weeks at a time, and gamble away with little money he made and come back to me when his funds ran dry or when his other woman got
sick and tired of him and threw him out? Because that’s what he did, Grace, time and time again, until I just couldn’t tolerate it anymore. him”
hal: 22
Perceraian Sebuah kata yang berkonotasi negatif dan sumbang, terutama ketika persoalan perkawinan-perceraian muncul dalam gejolak zaman dan komunitas
tertentu yang memandang segala sesuatu dari perspektif yang serba hitam putih. Perceraian juga dapat merupakan sebuah momentum atau solusi yang
membebaskan terhadap suatu permasalahan seperti yang dialami tokoh Roberta Jewett. Perceraian dapat disebut sebagi keputusan yang melukai “diri”, tetapi bagi
tokoh Roberta perceraian merupakan momentum yang membebaskan dalam rangka membangun sebuah komitmen baru demi sebuah eksistensi seperti apa
kata Roberta, “to hell with them all, she thought, let them think what they will if women could go to the battlefront as nurses, they could divorce as well.” hal: 4
3.1.2 Status Sosial Tokoh Roberta
Tokoh Roberta berprofesi sebagai seorang bidan pemerintah dengan bidang tugas yang agak berbeda yaitu memberi pelayanan medis yang bersifat
mobile atau berkunjung dari satu titiksentra pelayanan medis ke sentra lainnya. Profesi itu dilakoninya selama kurun waktu belasan tahun ketika dia
dinikahi George. Profesi bidan pemerintah sebagaimana dijalani Roberta
35
merupakan bidang pengabdian yang dijadikan tumpuan untuk memperoleh nafkah. Pekerjaan itu bukan merupakan masalah bagi seorang perempuan apabila
dilakukan di kota metropolitan seperti Boston karena jenis profesi semacam itu mendapat response positif serta apresiasi dari komunitas setempat yang memiliki
pandangan modern. Sebaliknya, seorang perempuan yang berstatus janda cerai yang menekuni profesi tersebut akan memperoleh stigma atau penilaian negatif
ketika cara pandang komunitas tersebut masih mengedepankan corak pemikiran primordial konservatifpuritan. Jenis pekerjaan yang pernah dilakoni di Boston
itu kemudian dilanjutkan kembali di kampung halamannya, Camden, Maine. Keputusan untuk menjalani pekerjaan itu menuai kritik dan protes keras dari ibu
maupun saudara dan iparnya. “Oh, heavenly days, there’s just no getting through to you, is there? You
were always headstrong and you still are. But mark my words, Roberta, you haven’t have any friends in this town, not when you flaunt your
independence way you do Why can’t you just take a job in the mill like other women do? The girls could get on there, too and help you out some.
‘the mill again Mother, we were arguing about the mill when I left here eighteen years ago”hal:95-96
Profesi bidan keliling merupakan bidang pekerjaan dengan mobilitas tinggi, dan harus didukung dengan sarana transportasi yang memadai, namun
seorang perempuan yang berstatus cerai tidak mendapatkan pengakuan persetujuan untuk mengendarai jenis alat transportasi apapun termasuk
menjalankan profesinya. Rupanya tokoh Roberta adalah penopang keluarga satu-satunya dalam
menjalankan roda perekonomian keluarganya. Suaminya, George, tidak memiliki pekerjaan tetap. Keadaan itu menggambarkan dominasi Roberta sebagai
36
pengambil keputusan decision maker dalam keluarga. Ketika, ibunya Roberta berdialog dengannya Roberta kembali mengajukan dalil-dalil alasan perceraian
dengan George. “I moved off because I had to, to go to college. And I stayed with George
because I had to. What else can a wife do? But I am all done with that now. I can do exactly as I please.”
“But the disgrace, Roberta.. It’s all over town that you’ve divorced him” “He kept mistresses, mother.”
“Oh please Myra slammed her eyes shut and held up both hands. please don’t be vulgar.” hal: 94-95
3.1.3 Status Pendidikan Tokoh Roberta