Teori Sosiologi Sastra Sosiologi Keluarga

15 keluarga. Namun Roberta yang berpikiran modern dengan latar belakang akademis yang memadai mencoba eksis dan menawarkan nilai-nilai yang baru yang bersifat konstruktif dengan “mengkampanyekan” akan pentingnya pendidikan bagi perkembangan dan kemajuan individu maupun komunitas itu. Komunitas Camden, Maine memandang Roberta sebagai perempuan yang gagal . Mereka menghujat dan mencemoohkannya sebagai perempuan yang tidak mampu mempertahankan keutuhan keluarganya. Sebaliknya Roberta menganggap bahwa komunitas Camden Maine adalah komunitas yang lebih gagal karena pandangan- pandangan konservatif yang mapan hanya memasung hak-hak kemerdekaan warganya terutama kaum perempuan. Sisi lain dari pandangan konservatif yang negatif adalah menyuburkan sikap kemunafikan warganya. Selain teori Chatman, dan Stanton yang digunakan sebagai pijakan atau panjatan, penulis juga menggunakan atau mengadopsi teori-teori lain seperti Sosiologi keluarga dan sosiologi pendidikan. Teori-teori sosiologi ini digunakan karena permasalahan perceraian dan peran single parent merupakan fenomena sosialtema sosial yang diangkat oleh pengarang novel That Camden Summer.Penjelasan berikut akan mengetengahhkan relevansi teori-teori tersebut dengan analisis yang akan dipaparkan pada bab III.

2.2. Teori Sosiologi Sastra

Hampir mirip dengan strukturalisme, lahirnya sosiologi sastra juga mengundang kontroversi dan perdebatan yang tidak kalah pentingnya. Beberapa pertanyaan yang paling elementer yang diajukan berpusat pada 16 keotentikankeabsahan pengaruh timbal balik tiga 3 unsur sosiologi sastra, yaitu karya sastra, sastrawan dan bahasa sebagai medium Damono,2003:1. Walaupun karya sastra dalam tataran sosiologis dipandang sebagai hasil ciptaan sastrawan atau pengarang dengan bahasa sebagai mediumnya yang berfungsi merekam realitas sosial pengarang serta anggota masyarakat dengan muatan sosial, budaya dan politik, namun perdebatan dan argumentasi yang panjang tersebut turut mempengaruhi lahirnya sosiologi sastra. Sosiologi sastra muncul belakangan setelah sosiologi agama, sosiologi pendidikan, sosiologi ideologi. Alasan keterlambatan itu adalah adanya keraguan apakah unikum tersebut bisa didekati dengan cara yang sangat subjektif Damono, 2003; 13. Namun, titik terang akan lahirnya sosiologi sastra tersebut baru terealisasi setelah melewati proses abstraksi yang panjang. “Mereka tidak menghendaki campur tangan sosiologi, misalnya sebab sosiologi tidak akan mampu menjelaskan aspek-aspek unik yang terdapat dalam karya sastra. Padahal sosiologi dapat memberikan penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa sosiologi pemahaman kita tentang sastra belumlah lengkap” Damono, 2003; 14 Ratna, menilai lahirnya sosiologi sastra sebagai reaksi atas kemunduran stagnasi strukturalisme, bahkan dianggap involusi. Ia mengajukan 5 lima alasan tentang lahirnya sosiologi sastra, di antaranya: “Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan subjek tersebut adalah anggota masyarakat”. 17 Menurut Ratna, di antara genre utama karya sastra, yaitu puisi, prosa dan drama, genre prosalah, khususnya novel, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial Ratna, 2003: 335.

2.3. Sosiologi Keluarga

Gagasan lahirnya ilmu sosiologi keluarga berawal dari momentum revolusi Perancis 1789 yang diikuti perubahan mendalam pada hubungan keluarga. Perubahan-perubahan itu jauh lebih ekstrim tatkala dunia dilanda perang dunia Ke-II di mana pemimpin negara-negara yang sedang menuju tahapera industrialisasi, mengeluarkan undang-undang baru yang bertujuan membentuk pola-pola keluarga yang lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan kota dan industri Hasyim,2004:3. Sosiologi keluarga memandang bahwa setiap keluarga ialah fungsi pengantara masyarakat besar. Daya tahan sebuah keluarga terletak pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, baik yang bersifat primer maupun yang bersifat tersier, seperti produksi dan pembagian makanan, perlindungan terhadap kaum muda dan tua, yang sakit dan yang mengandung, persamaan hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan sosial, dan lain sebagainya Hasyim, 2004: 3. Revolusi industri yang terjadi telah membawa perubahan-perubahan yang sangat signifikan. Di satu sisi revolusi industri membawa dampak positif bagi perkembangan ilmu dan pertumbuhan ekonomi, di sisi lain revolusi industri membawa imbas negatif yang begitu dahsyat. Etos-etos tradisi terancam tercabut 18 dari akarnya dan kecemasan yang mendalam akan semakin hilangnya kekuasaan dan wibawa gereja dan kerukunan hidup Ihromi,2004:3. Pola-pola keluarga tradisional yang mapan memperoleh kesaksian yang dahsyat. Kerukunan hidup keluarga terkoyak. Goode mengemukakan satu contoh fenomena sosial yang melanda keharmonisan keluarga sebagai dampak revolusi industri dan perkotaan. “Seperempat sampai sepertiga pasangan yang menikah akan bercerai, mereka tidak menjunjung tinggi nilai monogami”. Kinsey memperkirakan bahwa setengah dari semua laki-laki yang telah menikah melakukan hubungan kelamin di luar perkawinan, tetapi barangkali sebagian besar dari mereka percaya akan manfaat kesetiaan. Hasyim, 2004:12 Revolusi industri, pola keluarga konjunal serta masalah urbanisasi menjadi variabel utama yang menggerogoti kerukunan keluarga sekalipun perkawinan itu dibangun berdasarkan cinta dan kesetiaan. Terhadap fenomena itu Goode menyatakan “sebagai contoh di Amerika, hampir semua perkawinan pertama didasarkan atas hubungan cinta dan jarang yang akan mengakui bahwa mereka menikah dengan seseorang yang tidak dicintainya”. Hasyim , 2004:13. Fenomena tentang perceraian dan peran single parent tidak hanya menarik perhatian para pakar sosiologi untuk dijadikan objek kajian ilmiah, namun seorang sastrawan yang handal seperti La Vyrle Spencer merekam realitas itu ke dalam bentuk yang lebih unik, yang dikemas dalam kandungan estetika yang tinggi dan menjadi sebuah novel sebagai corong perwakilan bagi selaksa nilai yang mengkristal dalam wilayah kehidupannya. 19

2.4. Tinjauan Sosiologis mengenai Perceraian dan Peran Single Parent