Dampak Potensial Kegiatan KEK Lhokseumawe

4.3 Dampak Potensial Kegiatan KEK Lhokseumawe

4.3.1 Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)

diharapkan dapat mengedepankan konsep ekonomi hijau yang menaruh kepedulian terhadap triple P (People, Planet, Profit). Salah satu instrumentasi untuk mencapai tujuan tersebut adalah mengimplementasikan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) yang dirintis oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Ketaatan terhadap peraturan lingkungan hidup merupakan prioritas Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka membuat terobosan program pengelolaan lingkungan alternatif. PROPER belakangan ini berkembang ke arah upaya untuk mendorong efisiensi pemanfaatan sumberdaya. Kriteria PROPER meliputi; (a) kriteria ketaatan, (b) kriteria penilaian aspek lebih dari dipersyaratkan (beyond compliance).

Pengembangan

KEK

Lhokseumawe

Adapun kriteria ketaatan PROPER yang mesti dijadikan pedoman bagi perusahaan-perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Dokumen lingkungan atau izin lingkungan

2. Pengendalian pencemaran air

3. Pengendalian pencemaran udara

4. Pengelolaan limbah berbahaya dan beracun Sementara, untuk kriteria penilaian aspek lebih dari dipersyaratkan

PROPER sebagai berikut:

1. Sistem manajemen lingkungan

2. Pemanfaatan sumber daya yang terdiri atas;

a. Efisiensi energi

b. pengurangan dan pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun

c. reduce, reuse dan recycle (3R) limbah padat non bahan berbahaya dan beracun

d. pengurangan pencemar udara

e. konservasi dan penurunan beban pencemaran air

f. Perlindungan keanekaragaman hayati

3. Pemberdayaan masyarakat

4. Penyusunan dokumen ringkasan kinerja pengelolaan lingkungan Kepatuhan perusahaan-perusahaan industri baik energi, logistik

dan pengolahan di KEK Lhokseumawe nantinya diarahkan untuk mengadopsi dan mengikuti kriteria tersebut di atas agar supaya dapat mengendalikan pencemaran lingkungan di kawasan sekitar. Disamping itu, melalui pendekatan PROPER, perusahaan-perusahaan tersebut nantinya diarahkan untuk mengalokasikan dana community development secara sistematik, efektif dan partisipatif.

4.3.2 Identifikasi Dampak Potensial KEK Lhokseumawe

Merujuk pada hasil diskusi FGD yang diselenggarakan untuk keperluan penyusunan dokumen KLHS Kota Lhokseumawe, ada beberapa Merujuk pada hasil diskusi FGD yang diselenggarakan untuk keperluan penyusunan dokumen KLHS Kota Lhokseumawe, ada beberapa

1. Posisi Kota Lhokseumawe yang merupakan kawasan pesisir yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka, memiliki kerentanan akan potensi gempa bumi dan tsunami.

2. Potensi bencana banjir dan bahaya abrasi pantai terutama di Kecamatan Banda Sakti

3. Terjadinya perubahan morfologi lahan akibat penggalian tanah

4. Keberadaan danau yang tidak terkelola

5. Konsentrasi permukiman dan kegiatan di Banda Sakti berpotensi menurunkan kualitas lingkungan

6. Pengembangan TPA regional yang digunakan bersama dengan Kabupaten Aceh Utara di wilayah Alue Lim, Blang Mangat

7. Pengembangan kawasan industri menengah di Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat.

Isu-isu diatas akan menjadi rekomendasi kepada lembaga yang nantinya mengelola KEK Lhokseumawe sehingga dapat diminimalisir dampaknya. Selain itu, proses pelingkupan terdiri dari dua kegiatan pokok, yakni pelingkupan dampak penting, dan pelingkupan batas wilayah dan batas waktu kajian. Langkah-langkah proses pelingkupan terdiri dari tiga tahapan, yaitu: identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik, klasifikasi dan prioritas dampak penting. Setelah memperoleh data mengenai deskripsi rencana kegiatan dan rona awal lingkungan secara umum dan menyeluruh, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan matrik interaksi yang secara detail akan dijabarkan pada dokumen AMDAL. Melalui matrik interaksi ini diharapkan dapat diperoleh daftar segenap komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak (potensial) akibat rencana kegiatan.

Kegiatan-kegiatan lain yang diperkirakan akan berpengaruh dan memberikan dampak penting terhadap kegiatan KEK Lhokseumawe ini nantinya, yaitu:

• Aktivitas di permukiman penduduk. Keberadaan kluster-kluster permukiman di sekitar lokasi KEK Lhokseumawe ini, seperti yang telah dijelaskan di atas, nantinya diharapkan mampu menopang kebutuhan tenaga kerja lokal yang berkontribusi langsung dalam pembangunan

Kelompok-kelompok masyarakat juga diharapkan mampu menjadi objek potensial yang terkena dampak kegiatan pembangunan baik secara langsung ataupun tidak.

KEK

Lhokseumawe.

• Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang dikelola oleh PLN dan mampu menghasilkan daya 200 MW. Proyek ini masih sedang dalam tahap pengerjaan. Kegiatan ini diprediksi akan memberikan dampak terhadap pencemaran lingkungan di sekitarnya.

• PLTG milik PT LNG Arun dengan kapasitas 8 x 20 MW. Di sisi barat pabrik PT PIM terdapat pabrik PT AAF yang telah berhenti berproduksi sejak tahun 2003 karena tidak adanya pasokan gas sebagai bahan baku utama untuk berproduksi. Aset PT AAF yang potensial ini sendiri sangat memprihatinkan dan terancam akan menjadi barang rongsokan jika tidak segera di perhatikan.

Sebagai informasi, PT. Arun telah menyelesaikan kewajibannya untuk membuat audit lingkungan dan telah diterima oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Audit lingkungan ini wajib dilaksanakan oleh perusahaan yang akan mengakhiri operasinya pada wilayah tertentu dengan melibatkan konsultan independen. Namun demikian, untuk beberapa perusahaan pertambangan lainnya yang masih menjalankan proses produksinya diperkirakan akan memiliki keterkaitan dengan dampak kumulatif yang timbul terhadap daerah sekitarnya seperti daerah aliran sungai, dampak gangguan berupa debu, serta potensi konflik yang kemungkinan muncul dari persoalan di atas.

Pada tahapan perkiraan dampak lingkungan yang tertuang dalam dokumen masterplan ini, penyusunan dokumen AMDAL menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Kajian AMDAL tersebut nantinya diharapkan dapat mencakup penyediaan lahan untuk kawasan industri, infrastruktur, sarana prasarana utama yang diperlukan untuk kegiatan industri yang beroperasi di kawasan KEK Lhokseumawe tersebut.

Sebagaimana tertuang dalam dokumen kerangka acuan KEK Lhokseumawe bahwa identifikasi dampak potensial merupakan tahap awal dari proses pelingkupan. Kegiatan tersebut memperkirakan segenap dampak lingkungan baik primer maupun sekunder yang mungkin timbul akibat rencana kegiatan pembangunan KEK. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:

1) Konsultasi dan diskusi dengan pakar

2) Konsultasi publik Sosialisasi rencana usaha dan konsultasi publik dalam rangka studi

AMDAL disamping bertujuan mengumumkan seluruh rencana kegiatan yang akan dijalankan beserta dampak yang akan ditimbulkan sebagai pelaksanaan keterbukaan informasi, juga bertujuan untuk menggali aspirasi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat dan juga pemberdayaan masyarakat dalam pengambilan keputusan menyangkut rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

3) Observasi lapangan Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi tapak proyek, rona lingkungan awal secara umum untuk mengetahui ada/tidaknya usaha/kegiatan lain di sekitarnya.

4) Pengumpulan data sekunder Kegiatan

dengan pelaksanaan sosialisasi/konsultasi publik dan observasi lapangan.

a) Diskusi internal tim penyusun AMDAL

b) Penggunaan matrik interaksi b) Penggunaan matrik interaksi