Review Kegiatan Industri Eksisting dan Rencana Pengembangannya
5.7 Review Kegiatan Industri Eksisting dan Rencana Pengembangannya
Berdasarkan analisis struktur ekonomi pada bab sebelumnya, kontribusi sektor terhadap struktur perekonomian Kota Lhokseumawe pada tahun 2012, ternyata sektor industri pengolahan, mempunyai kontribusi paling besar terhadap PDRB Migas atas dasar harga berlaku (ADHB), yaitu sebesar 45,18%. Sektor yang lainnya yang turut andil bagi perekonomian daerah, seperti perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 30,98%, bangunan/kontruksi 6,98% dan pengangkutan dan komunikasi 6,42%, dan pertanian sebesar 5,24%. Adapun sektor pertambangan dan penggalian berkontribusi sebesar 0,19%.
Masterplan KEK Lhokseumawe
Tabel 5.1 Distribusi PDRB Kota Lhokseumawe Tahun 2009-2012 Menurut Sektor Ekonomi dengan Migas, Atas Dasar Harga Berlaku (persen)
2010 2011 2012 Primer
Sektor Ekonomi
2. Pertambangan & Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik & Air Minum
5. Bangunan/Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan & Jasa
Sumber : BPS Kota Lhokseumawe
Dengan kondisi gambaran sektor ekonomi diatas, terbukti di wilayah KEK Lhokseumawe, kegiatan ekonomi yang paling dominan berkontribusi terhadap daerah berasal dari sektor industri pengolahan, karena pengaruh beberapa industri besar terutama industri pengolahan migas yakni PT Arun dan industri besar lainnya, seperti PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM I dan PIM II). Meskipun mengalami penurunan peranan dalam perekonomian dikarenakan produksi migas yang menurun, sektor industri pengolahan migas masih menjadi primadona dalam perekonomian Kota Lhokseumawe.
Masterplan KEK Lhokseumawe
Gambar 5.2 Peta Lokasi Industri Existing di sekitar KEK Lhokseumawe
5.7.1 PT. Arun LNG-PT Arun Gas (PAG)
Kawasan Lhokseumawe sejak beroperasinya PT. Arun LNG bulan Oktober tahun 1978 yang menandai ekspornya ke Jepang, telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Dengan berkembangnya PT. Arun yang diawali dengan pembangunan 3 unit produksi LNG (Train I, II, III) dimana produk utamanya di ekspor ke Jepang dan Korea, mampu mendorong berdirinya industri turunan yaitu industri Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM ) tahun 1982, serta PT Asean Aceh Fertilizer (PT. AAF), yang merupakan patungan Negara Asean. Sebagai pusat pertumbuhan selama 35 tahun PT. Arun LNG mempunyai lahan seluas 1.980 Ha dengan rincian untuk industri kilang
Masterplan KEK Lhokseumawe
Ha. Sejalan dengan kegiatan eksplorasi gas oleh PT. Arun LNG yang berakhir pada November 2014, yang kemudian dialihfungsikan menjadi Terminal Gas (Regasifikasi) oleh Pemerintah Pusat, maka status lahan kawasan industri besar ini dimiliki oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Historis PT .Arun LNG
• Ladang Gas Arun ditemukan Tahun 1971 oleh Mobil Oil Indonesia Inc. • Pembangunan Kilang LNG secara bertahap
Train 1, 2 & 3 - akhir tahun 1974. Train 4 &5 - tahun 1982 Train 6 akhir 1984
• Produksi dan Pengapalan : Kondensat pada Mei 1977 dan pengapalan pertama 14 Oktober 1977. LNG pada 29 Agustus 1978 dan pengapalan pertama 4 Oktober 1978
• Puncak Produksi LNG terjadi pada tahun 1994 sebanyak 224 kargo • Kilang LPG :
Pembangunan Kilang pada Pebruari 1987 Produksi pertama bulan November 1988. Produksi berhenti pada tahun 2000 ( karena kandungan gas LPG habis )
• Sumber Gas Baru ( North Sumatera Offshore ) beroperasi September 1999 • Tahun 2014 Produksi LNG akan berakhir sesuai Kontrak Penjualan LNG
Sumber : PT. Arun LNG
Infrastruktur yang ada di kawasan ini sudah sangat lengkap baik dari infrastruktur jalan, air bersih, pengolahan air limbah, sarana komunikasi, dan kelistrikan yang merupakan infrastruktur yang ada dari PT. Arun-PAG, sehingga tidak menghambat dalam percepatan implimentasi KEK Lhokseumawe. Meskipun demikian, peningkatan kualitas infrastruktur tersebut tetap diperlukan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi kawasan.
Masterplan KEK Lhokseumawe
Berdasarkan data dan potensi pengembangan dari Terminal Gas (Regasifikasi), sesuai dengan arahan pemerintah pusat diarahkan untuk mampu menyalurkan gas ke wilayah Kota Lhokseumawe beserta hinterlandnya. Gas yang disalurkan dalam Kota Lhokseumawe dapat dimanfaatkan sebagai energi untuk mendukung kegiatan industri menengah dan industri kecil. Di kawasan ini dalam mendukung pengembangan KEK Lhokseumawe akan dikembangkan sebagai berikut :
1. Proyek LNG Terminal/ReGasification ( LNG ReGas ) Bersamaan dengan proyek Pipanisasi Gas Arun-Belawan sepanjang 370 Km. Kegiatan usaha saat ini sudah beroperasi.
2. Proyek LNG Hub/ LNG Trading – Memanfaatkan excess kapasitas tanki LNG Menyimpan LNG saat low demand (summer) dan menjualnya saat high demand (winter ). Saat ini belum dilakukan.
3. Proyek LPG Hub/Tran-shipment (LPG Trading)
4. Status: Front End Engineering Design (FEED) selesai dan siap beroperasi.
5. Kilang BBM (300.000 Bbls/d) integrated Petro-Chemical Plant status sebagai suatu usulan dengan pertimbangan : - Pemanfaatan asset
Arun penghematan Rp. 10 Triliun, jika membangun dari awal dan waktu konstruksi lebih cepat karena sebagian besar peralatan sudah tersedia.
- Lokasi strategis. - Kemandirian bahan baku dan proyek berlangsung jangka panjang. - Ketahanan energi nasional dan solusi percepatan pembangunan
jangka panjang ekonomi Aceh.
6. Pembangunan Pembangkit Listrik 200 MW di area Arun oleh PT. PLN yang saat ini sedang dalam pengerjaan (selesai tahun 2015 ).
Masterplan KEK Lhokseumawe
Gambar 5.4 Lokasi PT Arun LNG di KEK Lhokseumawe
Sumber : Masterplan KIL
5.7.2 PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM I dan PIM 2)
Di kawasan pengembangan KEK Lhokseumawe terdapat industri besar PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM 1dan PIM 2). Luas kawasan Pabrik PIM mencapai 125,84 Ha dan kawasan perumahan 152 Ha. PIM 1 mulai beroperasi pada tahun 1985 dengan kapasitas produksi Ammonia 330.000 ton/tahun dan urea 570.000 ton/tahun. Adapun PIM 2, yang merupakan perluasan dan pengembangan dari PIM 1, mulai beroperasi pada tahun 2005, dengan kapasitas produksi Ammonia 396.000 ton/tahun dan urea 570.000 ton/tahun.
Fasilitas pendukung yang terdapat pada PT PIM meliputi dermaga 25.000 DWT, power plant 35 MW, nitrogen plan, dry ice plant, Water Treatment, Maintenance Facilities, Heavy Equipment, Laboratory, Bulk Storage, dan Fire Brigade. Selain itu, terdapat juga rumah sakit, fasilitas pendidikan (SD, SMP, SMA), masjid, dan sarana olahraga.
Pada tahun 2015, PT PIM diwajibkan menyalurkan pupuk subsidi urea mencapai 377.600 ton dan NPK sebanyak 374.100 ton.
Masterplan KEK Lhokseumawe
Gambar 5.5 Lokasi PT PIM di KEK Lhokseumawe
Sumber PT. PIM
Tabel 5.2 Kewajiban Penyaluran Pupuk Subsidi PT PIM Tahun 2015
Provinsi
Urea (ton)
NPK (ton)
Masterplan KEK Lhokseumawe
Sumbar
61.000 Riau & Kepri
Sumber : PT. PIM
Dalam mendukung pengembangan KEK Lhokseumawe, keberadaan industri besar PT PIM akan dikembangkan melalui upaya pengembangan kebutuhan pupuk urea di kawasan Aceh, peningkatan program pengembangan revitalisasi pupuk, dan peningkatan pembangunan industri pupuk NPK dan listrik berbahan baku batu bara. Selain itu, dilakukan juga serangkaian program pengembangan prioritas yang mendukung keberlanjutan dari aktivitas PT PIM sebagai berikut.
Tabel 5.3 Program Pengembangan PT. PIM Tahun 2016-2019
No
Nama Proyek
Keterangan
1. Proyek NPK Fusion 100.000 Ton/Tahun Untuk menurunkan harga
2. Proyek Pabrik Ammonia (Revamping) bahan baku
3. 3 Proyek Gasifikasi Batubara 210.000 Nm /Jam Upgrade Unit Perbengkelan untuk membuat
4. - alat dan mesin Pertanian
5. Pengembangan Kapasitas Penangkaran Benih 600 Ton/Tahun Proyek Pembangunan Independent Power
1x20 MW
6. Producer (IPP)
Dibangun oleh PT PIE
7. Proyek Pembangunan NPK Terpadu Proyek Pembangunan NPK Chemical
1.000.000 Ton/Tahun Proyek Pembangunan Asam Fosfat
200.000 Ton/Tahun Proyek Pembangunan Asam Sulfat
600.000 Ton/Tahun
8. Pupuk Bio-Organik (Biofertilizer) Tahap Uji Efektifitas Sumber : PT. PIM
Masterplan KEK Lhokseumawe
Gambar 5.6
Program Pengembangan PT. PIM Tahun 2016-2019
5.7.3 Potensi Industri di wilayah Hinterland KEK
1. PT. Kertas Kraft Aceh (KKA)
PT KKA didirikan tahun 1985 di Lhokseumawe dalam rangka pengadaan kertas kantong semen dalam negeri, memacu peningkatan perekonomian di daerah, dan sebagai penggerak/stabilisator pembangunan nasional. Kapasitas terpasang 135.000 ton pertahun kertas standar (MWR) atau 121.500 ton per tahun kertas Kraft Multiwall Extensible (MWX). Sejak tahun 2001, PT KKA menghadapi masalah pasokan gas dan bahan baku sehingga menghentikan kegiatan operasional pabrik pada
31 Desember 2007. Implikasinya, terjadi PHK karyawan tahun 2009, meskipun pabrik tetap dipelihara dengan personel yang minimum.
Masterplan KEK Lhokseumawe
Gambar 5.7 Lokasi PT KKA di KEK Lhokseumawe
Meskipun industri KKA berada di luar kawasan (KEK) Lhokseumawe, namun keberadaan industri tersebut turut menjadi andil penting dalam mendorong aktivitas bisnis dalam KEK Lhokseumawe. Karena itu, operasional kembali pabrik kertas tersebut dipandang penting dalam mendukung dan mendorong pengembangan kawasan antarwilayah di Aceh. Berfungsinya kembali pabrik kertas PT KKA akan mendorong percepatan ekonomi daerah, penyediaan lapangan kerja, memenuhi kebutuhan kertas semen Nasional, serta memacu percepatan ekonomi nasional. Pemerintah sangat mendukung upaya revitalisasi dan restrukturisasi PT KKA. Hal tersebut dinyatakan dalam beberapa keputusan penting sebagai berikut :
Keputusan Menteri Negara BUMN selaku Ketua Komite Restrukturisasi dan Revitalisasi BUMN nomor : KEP-02/MBU/2012; Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) PT KKA (Persero) Periode 2015-2019, Pengesahan Menteri BUMN Nomor: S-194/MBU/04/2015 tanggal 14 April 2015;
Masterplan KEK Lhokseumawe
Surat Menteri BUMN kepada PT PPA No. S-133/MBU/03/2015 tanggal
18 Maret 2015 perihal Penugasan Pelaksanaan Restrukturisasi dan/atau Revitalisasi BUMN, yang salah satunya adalah melakukan kajian atas pengoperasian kembali pabrik kertas kraft PT KKA termasuk implementasi dan monitoring pelaksanaannya.
Implementasi Program Revitasilisasi dan Restrukturisasi.
Upaya revitalisasi dan restrukturisasi PT KKA dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Tahap Awal : Mengoperasikan PLTU 2014-2017 sinergi dengan PT PLN. Agar ada revenue dan kegiatan sehingga pabrik terpelihara dengan baik serta membangkitkan harapan industri kertas akan bangkit;
Tahap Lanjutan : Mengoperasikan Pabrik Kertas - Kajian Re-operasi telah dibuat oleh PT Danareksa Sekuritas dan telah dibahas Komite RR BUMN tahun 2010. - Review Kajian PT Danareksa Sekuritas oleh PT KKA dan PT PPA.
Upaya revitalisasi dan restrukturisasi PT KKA akan terus didorong dengan rencana tindak lanjut mencakup :
1. Memastikan kesiapan program PT THL untuk mendukung operasi pabrik kertas yang berkelanjutan, yang ditindaklanjuti dengan kontrak kerjasama jangka panjang antara PT KKA dan PT THL.
2. Memastikan perijinan pengelolaan hutan produksi dan hutan APL dalam rangka program Hutan Tanaman Rakyat (HTR) untuk mendukung tambahan pasokan bahan baku PT KKA, yang ditindaklanjuti dengan pendirian badan pengelolanya
3. Menyampaikan hasil kaji ulang secara menyeluruh program re-operasi PT KKA berupa program revitalisasi dan restrukturisasi PT KKA melalui PT PPA kepada Menteri BUMN.
4. Memastikan ketersediaan sumber pendanaan untuk program RR.
Masterplan KEK Lhokseumawe
5. Persiapan pemilihan process Licensor dan kontraktor pelaksana untuk program Rekondisi Pabrik, Peningkatan Kualitas dan Konversi Energi.
6. Direncanakan pada tanggal 01 Januari 2018, PT KKA dapat berproduksi kertas secara berkelanjutan.
Untuk mewujudkan operasional kembali PT KKA, hal-hal yang perlu mendapatkan dukungan Pemerintah :
1. Kebijakan yang dapat mendorong program PT. THL dalam mendukung operasi pabrik kertas yang berkelanjutan.
2. Kebijakan dalam hal pengelolaan hutan produksi dan hutan APL dalam rangka program Hutan Tanaman Rakyat (HTR) untuk mendukung tambahan pasokan bahan baku PT KKA.
3. Kebijakan untuk tambahan Penyertaan Modal Negara kepada PT KKA untuk program RR.
5.7.3 Pabrik pengolah Kelapa Sawit (CPO)
Di wilayah hinterland KEK Lhokseumawe telah berkembang pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) menjadi CPO. Dua PKS tersebut masing-masing terletak di wilayah Kabupaten Bireuen dan di Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara. PKS yang berada di Bireuen dimiliki oleh perusahaan swasta, PT Syaukat Sejahtera, yang terletak di Desa Cot Jabet, Gandapura. Sedangkan yang berada di Cot Girek adalah milik PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1) Langsa.