Pabrik Pupuk
2) Pabrik Pupuk
(1) Deskripsi Usaha
Industri pupuk telah masuk ke Aceh sejak mulai tahun 1979 yang ditandai dengan berdirinya PT. Asean Aceh Fertilizer (AAF). Munculnya pabrik pupuk yang merupakan hasil kerjasama antara negara ASEAN ini tidak terlepas dari beroperasinya PT. Mobil Oil Indonesia yang mengeksploitasi cadangan gas terbesar dunia pada masa itu di kawasan Aceh Utara. Keberadaan PT. AAF yang memproduksi urea dengan kapasitas 600.000 ton/ tahun ini diikuti dengan berdirinya PT. Pupuk Iskanda Muda (PIM) pada tahun 1985. PT. PIM yang kepemilikan usahanya dimilika oleh Pemerintah Indonesia melalui PT. Pupuk Indonesia pada awalnya mendirikan Pabrik PIM I yang memproduksi urea dan amonia masing-masing dengan kapasitas 570.000 ton urea dan 330.000 ton amonia per tahun.
Berakhirnya kontrak kerjasama pemasokan gas, yang merupakan kebutuhan pokok untuk beroperasinya pabrik pupuk baik sebagai sumber penggerak energi maupun sebagai bahan baku pabrik, antara PT. Arun dan PT. AAF dan tidak ditemukannya kata sepakat menyangkut harga kontrak gas yang baru membuat operasi pabrik harus dihentikan pada tahun 2003. Sampai saat keputusan menyangkut pembagian aset antara pemerintah Indonesia dan pemerintah negara-negara ASEAN yang terlibat dalam pendirian PT. AAF masih dalam proses negosiasi. Sebagaimana diketahui pemerintah Indonesia melalui PT Pupuk Indonesia (Persero) menguasai 60% saham PT.AAF, sisanya dimiliki oleh Malaysia melalui Petronas, Filipina melalui National Fertilizer Corporation of Philipines, Thailand, dan Singapura melalui Temasek Holding (Pte) Ltd.
Kekosongan pasokan urea yang disebabkan oleh berhentinya operasi PT. AAF ditindaklanjuti dengan beroperasinya pabrik PIM II pada tahun 2005 yang memproduksi urea dan amonia masing-masing dengan kapasitas produksi 570.000 ton urea dan 396.000 ton amonia per tahun. Inisiatif ini ternyata tidak berjalan mulus. Sejak pertama beroperasi pabrik PIM II tidak sepenuhnya bisa beroperasi disebabkan pasokan gas yang tidak mencukupi. Sebagai gambaran, untuk tahun 2013, dari kapasitas produksi yang mencapai 1.140.000 ton urea,
PT. PIM hanya mampu memproduksi 392.903 urea atau hanya 34,47% kapasitas pabrik. Demikian halnya dengan produksi amonia. pada tahun 2013, dari kapasitas produksi yang mencapai 726.000 ton per tahun, PT. PIM hanya mampu memproduksi urea sebanyak 315.817 ton per tahun atau hanya sebesar 43,50% kapasitas pabrik.
Kurangnya pasokan gas membuat PT. PIM tidak beroperasi secara efektif dan efisien. Untuk tahun 2013sendiri PT. PIM membukukan kerugian bersih sebesar Rp. 93.200.000. Walaupun di dalam laporan keuangan disebutkan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kerugian selisih kurs yang mencapai Rp. 216,6 Milyar, tak dapat dipungkiri besarnya biaya operasional dan penyusutan aset menguras keuntungan usaha yang dapat diperoleh.
Proyek Rigasifikasi Arun yang digawangi oleh PT. Perta Arun Gas (PAG) yang fokus pada upaya merevitalisasi industri di kawasan Aceh dan Sumatra Utara diharapkan akan membalikkan kondisi. Dengan demikian bukan hanya PT. PIM yang dapat berproduksi normal dengan supply gas yang cukup, tapi juga pabrik PT. AAF dapat dihidupkan kembali.
a. Strategi Pelaksanaan dan Rencana Pengembangan Proyek 5 tahun pertama Untuk mendukung upaya revitalisasi industri pupuk di Aceh, PT.PIM akan
menjadi leading sector dan melaksanakan rencana pengembangan usaha untuk tahap lima tahun pertama sebagai berikut: (1) pengembangan proyek NPK fusion dengan kapasitas produksi 100.000 ton/ tahun; (2) proyek pabrik amonia (revamping) untuk menurunkan harga bahan baku; (3) proyek gasifikasi batu
bara dengan kapasitas 210.000 Nm 3 / jam; (4) upgrade perbengkelan untuk membuat alat dan mesin pertanian; (5) pengembangan kapasitas penangkaran benih dengan kapasitas 600 ton/ tahun; (6) proyek pembangunan independent power producer (IPP); (7) proyek pembangunan NPK terpadu (proyek pembangunan pabrik pupuk NPK chemical dengan kapasitas 1.000.000 Ton/Tahun, proyek pembangunan pabrik asam fosfat dengan kapasitas 200.000 bara dengan kapasitas 210.000 Nm 3 / jam; (4) upgrade perbengkelan untuk membuat alat dan mesin pertanian; (5) pengembangan kapasitas penangkaran benih dengan kapasitas 600 ton/ tahun; (6) proyek pembangunan independent power producer (IPP); (7) proyek pembangunan NPK terpadu (proyek pembangunan pabrik pupuk NPK chemical dengan kapasitas 1.000.000 Ton/Tahun, proyek pembangunan pabrik asam fosfat dengan kapasitas 200.000
(2) Analisis Produksi Sebagaimana disebutkan di atas, kapasitas terpakai pabrik PT. PIM tidak
beroperasi secara maksimal sejak PT.PIM II dibangun. Pada kisaran waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, produksi urea rata-rata hanya 38% dari kapasitas produksi. Jumlah ini sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan rata-rata kapasitas terpakai untuk industri pupuk nasional yang mencapai 85% tingkat pemakaian. Tabel 6.5 memperlihatkan kapasitas produksi, jumlah produksi dan kapasitas produksi yang terpakai pabrik pupuk urea di Indonesia:
Tabel 6.5
Kapasitas Produksi, Jumlah Produksi dan Kapasitas Produksi Yang Terpakai Pabrik
Pupuk Urea di Indonesia
Rata- Tingkat Produsen Pupuk
Kapasitas
Jumlah Produksi
Tahun rata Utilitas Urea
2014 Produksi Pabrik
PT. Pupuk Sriwijaya Palembang
2.262.000 2.031.700 1.968.410 1.960.060 1.980.000 2.010.050 1.990.044 88% PT. Pupuk Kujang Cikampek
961.000 973.879 85% PT. Petro Kimia Gresik
416.635 433.498 94% PT. Pupuk Kalimantan Timur
2.980.000 2.887.285 3.008.266 2.885.000 2.955.025 3.019.346 2.950.984 99% PT. Pupuk Iskandar Muda
Sumber: Laporan Tahunan PT. Pupuk Indonesia 2010-2014 Kondisi yang sama juga terjadi pada produksi amonia. Dari kapasitas produksi
amonia yang mencapai 766.000 ton per tahun, dalam kurun waktu 2010 sampai dengan 2014, PT. PIM hanya mampu memproduksi amonia secara rata-rata sebanyak 318.769 atau hanya 42% dari kapasitas produksi yang ada. Angka ini jauh lebih rendah dari rata-rata tingkat utilitas pabrik amonia nasional yang mencapai 80% sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.6
Kapasitas Produksi, Jumlah Produksi dan Kapasitas Produksi Yang Terpakai Pabrik Pupuk
Amonia di Indonesia
Produsen Kapasitas
Tingkat Pupuk
Jumlah Produksi
Rata-rata Utilitas Amonia
Produksi Pabrik
PT. Pupuk Sriwijaya Palembang
1.286.000 1.335.100 1.309.131 93% PT. Pupuk Kujang Cikampek
591.999 623.823 95% PT. Petro Kimia Gresik
424.000 427.263 96% PT. Pupuk Kalimantan Timur
1.939.021 2.433.945 1.969.759 78% PT. Pupuk Iskandar Muda
Sumber: Laporan Tahunan PT. Pupuk Indonesia 2010-2014
Rendahnya tingkat utilitas pabrik PT. PIM diakibatkan oleh rendahnya pasokan gas untuk kebutuhan operasi. Adanya proyek rigasifikasi Arun diharapkan akan akan memberikan solusi bagi PT.PIM.
Dalam rangka meningkatkan profitabilitas dan pelayanan kepada masyarakat Indonesia yang sebagian besar hidup dari pertanian, PT. PIM diharapkan akan menjadi salah satu motor penggerak sektor pertanian regional. Untuk itu PT. PIM harus bisa melepaskan diri dari persoalan yang ada dan melaksanakan terobosan lain untuk menigkatkan produktifitas. Salahsatu strategi yang akan dilaksanakan PT. PIM adalah dengan melakukan diversifikasi produk dengan rencana produksi sebagai berikut: (1) pupuk urea dengan kapasitas 1.740.000 ton/ tahun; (2) amonia dengan kapasitas 726.000 ton/ tahun; (3) pupuk NPK Fusion 100.000 ton/ tahun; (4) NPK Chemical 1000.000 ton/ tahun; (5) Asam Fosfat dengan kapasitas 200.000 ton/ tahun; (6) Asam Sulfat 600.000 ton/ tahun; (7) benih padi dengan kapasitas 600 ton/ tahun. Selain itu diharapkan PT.PIM juga akan mampu memproduksi pupuk organik dan berbagai jenis peralatan pertanian.
Jika kebutuhan energi dapat terpenuhi dan invetasi yang direncanakan dapat terealisasi, diharapkan PT. PIM mampu meningkatkan produksinya secara bertahap. Tabel 5.3 berikut memperlihatkan proyeksi produksi PT. PIM:
Tabel 6.7 Proyeksi Jumlah Produksi PT.PIM
Kapasitas Produksi (Ton) Jenis Produk
1.740.000 870.000 978.750 1.101.094 1.238.730 1.393.572 Pupuk Urea
Amonia
545.326 613.492 Asam Sulfat
300.000 337.500 Asam Fosfat
100.000 112.500 NPK Chemical
500.000 562.500 NPK Fusion
50.000 56.250 Bibit Padi
300 338 Sumber: Data Olahan
(3) Analisis Potensi Pasar Situasi keuangan dan ekonomi global mempengaruhi permintaan akan pupuk.
FAO mengestimasi konsumsi pupuk dunia untuk tahun 2014 mencapai 186.900.000 ton, meningkat 2% dari jumlah konsumsi 2013. Diproyeksikan kebutuhan pupuk antara tahun 2014-2018 tumbuh padakisaran 1,8% pertahun. Secara lebih detil, pada periode yang sama, permintaan pupuk dengan unsur nitrogen, fosfat, dan potasium masing-masing meningkat 1,4%, 2,2% dan 2,6%. Tabel 5.1 memperlihakan jumlah total permintaan masing-masing jenis pupuk dari tahun 2014 sampai tahun 2018.
Tabel 6.8 Proyeksi Permintaan Pupuk Nutrisi Utama Dunia
Sumber: FAO; World Fertilizer Trend and Outlook to 2018 Jika dibadingkandengan tabel 5.2 akan dapat dilihat bahwa total pemintaan
akan pupuk dengan unsur nitrogen lebih sedikit dari jumlah supply pupuk dengan unsur yang sama pada kisaran tahun bersangkutan. Kondisi ini berbeda dengan pupuk dengan unsur posfat dan potasium. Supply pupuk jenis ini diprediksi akan masih mengalami kekurangan pada kisaran tahun bersangkutan. Hal ini didorong oleh tingginya kapasitas produksi pupuk yang pada tahun 2013 mencapai 278.000.000. Pada tahun 2014, total kapasitas poduksi diperkirakan meningkat sebesar 2,3% dan diproyeksikan akan meningkat lebih jauh pada pada lima tahun berikutnya. Peningkatan kapasitas ini juga dikuti dengan peningkatan produksi yang mencapai 2,6% pada kisaran waktu yang sama.
Tabel 6.9 Proyeksi Supply Pupuk Nutrisi Utama Dunia
Sumber: FAO; World Fertilizer Trend and Outlook to 2018 Walaupun supply pupuk dunia dengan unsur nitrogen akan mengalami surplus
pada tahun 2014-2018, kondisi tersebut tidak merata di seluruh dunia. Untuk kawasan Asia jumlah supply untuk ketiga kelompok pupuk tersebut diperkiraanmengalami defisit sebagaimana terlihat pada tabel 5.3 berikut:
Tabel 6.10 Proyeksi Supply dan Permintaan Pupuk di Asia
Sumber: FAO; World Fertilizer Trend and Outlook to 2018 Kondisi lebih detil menyangkut kondisi keseimbangan pasokan pupuk untuk
tiap regional dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.11 Proyeksi Supply dan Permintaan Pupuk di Asia
Sumber: FAO; World Fertilizer Trend and Outlook to 2018
Untuk kasus Indonesia, Irawan dari Badan Litbang Pertanian (Irawan et al: 20..) memperkirakan bahwa pada tahun 2015 kebutuhan unsur hara untuk pupuk Sektor Pertanian mencapai 3 juta ton N, 1,2 juta ton P2O5, dan 2,7 juta ton K2O. Jumlah kebutuhan unsur hara tersebut pada tahun 2020 akan meningkat menjadi
P2O5, dan 2,8 juta ton K2O. Proyeksi lebih rinci menyangkut hal ini dapat dilihat pada tabel
Tabel 6.12 Kebutuhan Unsur Hara
Lebih jauh Irawan menyimpulkan bahwa apabila kebutuhan unsur hara di masa depan akan dipenuhi dengan pupuk tunggal maka pada tahun 2015 Sektor Pertanian akan memerlukan pupuk urea 6,7 juta ton, SP36 3,3 juta ton, dan KCl 4,5 juta ton. Kemudian pada tahun 2020 akan dibutuhkan pupuk urea 7,5 juta ton, SP36 3,8 juta ton, dan KCl 4,7 juta ton.
Sesuai dengan keputusan pemerintah, PT. PIM ditunjuk sebagai pen a n ggu n g j a wa b pen ga d a a n d a npenyaluran pupuk bersubsidi untuk wilayah Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Ekses produksi yang dihasilkan selanjutnya dapat didistribusikan ke pasar internasional dengan target wilayah pemasaran Asia Timur dan Asia Selatan yang diperkirakan akan mengalami kekurangan pasokan pupuk sampai lima tahun ke depan.
(4) Rencana Pengembangan dan Estimasi Investasi Rencana pengembangan invetasi akan di bagi ke dalam 4 tahap sebagai berikut:
1. Tahap revitalisasi dan penguatan usaha; pada tahap ini PT. PIM akan fokus pada upaya optimalisasi produksi dari fasilitas yang telah ada dan difrensiasi produk pupuk yang merupakan core compentency PT. PIM.
2. Tahap ekspansi bisnis; diharapkan dalam lima tahun pertama tahap revitalisasi dan penguatan usaha dapat berjalan dengan baik sehingga PT. PIM dapat mengakumulasi modal untuk ekspansi usaha. Pada tahap ini PT. PIM akan masuk pada industri pegolahan produk pertanian dan perkebunan. Selain untuk menambah portofolio usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dan diferensiasi resiko usaha, upaya ini juga dilakukan untuk mendukung industri pertanian dan perkebunan di Aceh.
3. Tahap ekpansi bisnis lanjutan; pada tahap ini PT. PIM diasumsikan sudah cukup mapan secara bisnis dan siap untuk melakukan ekpansi lanjutan dengan memproduksi peralatan pertanian.
4. Tahap revitalisasi dan modernisasi pabrik; setelah lebih dari 15 tahun beroperasi, infrastruktur dan faslitas pabrik perlu direvitalisasi dan disesuaikan dengan teknologi terbaru.
Tabel 5.6 berikut memperlihatkan rencana pengembangan dan estimasi invetasi PT.PIM selama 20 tahun:
Tabel 6.13 Rencana Pengembangan dan Estimasi Investasi Usaha PT. PIM
Alokasi Dana Investasi
NO NAMA PROYEK
2025-2030 1. Proyek NPK Fusion 100.000
2016-2020
2020-2025
Ton/Tahun
Proyek Pabrik
Proyek Gasifikasi Batubara dengan 3. kapasitas 210.000 Nm3/Jam
4. Upgrade Unit Perbengkelan untuk membuat alat dan mesin Pertanian
kapasitas 600 ton/ tahun
6. Proyek Pembangunan Independent Power Producer (IPP) dengan kapasitas 20 MW
Proyek Pembangunan
NPK
7. Terpadu
Proyek Pembangunan
NPK
Chemical 1.000.000 Ton/Tahun
Proyek Pembangunan Asam Fosfat 200.000 Ton/Tahun
Proyek Pembangunan Asam Sulfat 600.000 Ton/Tahun
8. Pupuk Bio-Organik (Biofertilizer)
9. Revitalisasi Pabrik PT. AAF
Pengembangan Industri Pengolahan Komoditas Pertanian 10. dan Perkebunan Pembangunan dan pengoperasian Kilang Padi dengan kapasitas 24 ton per jam
$ 12.000.000,00 Pembangunan dan pengoperasian
Pabrik Coklat dengan kapasitas 8 ton per jam
$ 10.000.000,00 Pembangunan Pabrik Pengolahan
Produk Turunan CPO $ 20.000.000,00 Pabrik pengolahan tepung
singkong (modified cassava flour) dengan kapasitas 24 ton per jam
$ 15.000.000,00 Pabrik pengolahan kelapa terpadu
$ 5.000.000,00 Pabrik pakan ternak dengan
11 kapasitas 24 ton per jam $30.000.000,00 Produksi peralatan Pertanian 13 modern
$250.000.000,00 14 Revitalisasi infrastruktur
*Sumber data PT. Pupuk Indonesia (Persero)
(5) Prospek Finansial ke Depan
a. Proyeksi Harga
b. Proyeksi Penjualan (6) Rencana Pembiayaan