Rencana Kegiatan Pembangunan KEK Lhokseumawe
4.2 Rencana Kegiatan Pembangunan KEK Lhokseumawe
4.2.1 Kegiatan Yang Sedang Berlangsung
Kegiatan-kegiatan industri yang sedang berlangsung saat ini di Kota Lhokseumawe dapat dipisahkan menjadi industri pertambangan, jasa dan pertanian. Industri pertambangan saat ini direpresentasikan oleh PT. Arun, Perta Arun Gas, dan PT. PIM. Perusahaan-perusahan industri ini Kegiatan-kegiatan industri yang sedang berlangsung saat ini di Kota Lhokseumawe dapat dipisahkan menjadi industri pertambangan, jasa dan pertanian. Industri pertambangan saat ini direpresentasikan oleh PT. Arun, Perta Arun Gas, dan PT. PIM. Perusahaan-perusahan industri ini
Berdasarkan masterplan Kawasan Industri Lhokseumawe (KIL) yang disusun oleh Badan Investasi dan Promosi Aceh Tahun 2014 menyebutkan bahwa Kawasan Industri Lhokseumawe adalah kawasan strategis nasional yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Berdasarkan Qanun Kota Lhokseumawe Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Lhokseumawe Tahun 2012 sampai 2032, pengembangan Kawasan Industri Lhokseumawe meliputi:
1) Kawasan Industri Besar, yaitu meliputi kawasan industri gas arun yang terletak di Blang Lancang Kecamatan Muara Satu dengan luas lebih kurang 915 ha.
2) Kawasan Industri Sedang, yang meliputi:
a) Pengembangan kawasan di Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat seluas lebih kurang 182 ha.
b) Pengembangan kawasan industri di Blang Naleung Mameh, Kecamatan Muara Satu seluas lebih kurang 152 ha.
Industri jasa sendiri saat ini khususnya Kota Lhokseumawe telah memiliki berbagai industri kecil dan menengah yang mampu menghasilkan produk unggulan. Contoh produk unggulan Kota Lhokseumawe yang merupakan hasil dari industri kecil adalah sebagai berikut; industri bordir, industri kerajinan, kerupuk opak dan keripik upi, industri makanan ringan, dan industri jajanan kuliner.
Terkait dengan rencana pengembangan KEK Lhokseumawe, bahwa lokasi dan kebutuhan infrastruktur merupakan syarat mutlak untuk pengembangan suatu kawasan menjadi kawasan industri. Disamping itu, kegiatan industri juga hendaknya memenuhi standar teknis Terkait dengan rencana pengembangan KEK Lhokseumawe, bahwa lokasi dan kebutuhan infrastruktur merupakan syarat mutlak untuk pengembangan suatu kawasan menjadi kawasan industri. Disamping itu, kegiatan industri juga hendaknya memenuhi standar teknis
Keterkaitan berbagai kegiatan dalam satu wilayah menjadi hal penting untuk dioptimalkan dalam upaya merumuskan format yang sinergi dan kolaborasi yang tepat. Hal ini penting dilaksanakan dalam berbagai kegiatan tersebut baik dalam perlindungan, pengendalian dan pengelolaan dampak lingkungan hidup. Kerjasama yang terpadu antara kegiatan-kegiatan industri ini adalah solusi tepat untuk optimalisasi kegiatan pengelolaan dan pengendalian dampak terhadap lingkungan hidup dan sosial KEK Lhokseumawe nantinya.
4.2.2 Tahapan Rencana Kegiatan dan Eksternalitasnya
4.2.2.1 Tahapan Rencana Kegiatan
Adapun tahapan rencana kegiatan pembangunan KEK Lhokseumawe ini terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu; pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.
1. Tahap Pra-Konstruksi
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra-konstruksi meliputi:
a) perizinan
b) survey dan pemetaan
c) sosialisasi rencana pembangunan KEK Lhokseumawe, serta
d) pengurusan lahan peruntukan KEK Lhokseumawe yang merupakan aset negara di bawah Kementerian Keuangan c.q Dirjen Kekayaaan Negara yang saat ini sedang dalam proses pengalihan ke Pemerintah Aceh.
2. Tahap Konstruksi
Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi meliputi:
a) Penerimaan tenaga kerja Khusus dalam merekrut tenaga lokal, kontraktor yang menjadi mitra kerja lembaga pengelola KEK Lhokseumawe diharapkan mampu menjalin kerjasama dengan aparatur kecamatan/desa agar supaya tenaga lokal dapat diberdayakan. Penerimaan tenaga kerja akan memprioritaskan penduduk setempat selama mereka layak dan memenuhi syarat untuk bekerja, jika tidak maka akan direkrut dari tempat lain. Mobilisasi tenaga kerja ini termasuk pembuatan bedeng sementara serta penanganan limbah cair domestiknya.
b) Mobilisasi peralatan (alat berat) dan material Beberapa kegiatan pada tahapan konstruksi ini seperti pembukaan dan pematangan lahan, pembangunan infrastruktur (jalan, drainase, power plant , WTP, STP) dan pembangunan kawasan hunian yang membutuhkan mobilisasi alat berat. Disamping itu, rencana pengembangan sistem jaringan transportasi terdiri dari sistem jaringan transportasi darat (termasuk railway), laut dan udara. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi ini dipandang penting untuk mewujudkan konektivitas (connectivity) dan mobilitas (mobility) antar kluster yang ada dalam KEK Lhokseumawe, sehingga nantinya sistem pergerakan arus barang dan jasa akan semakin baik.
Sementara untuk kegiatan pengangkutan material konstruksi akan mengikuti jadwal pelaksanaan konstruksi infrastruktur kawasan. Jenis dan jumlah material konstruksi yang diangkut akan terus menerus dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemajuan pembangunan dengan menggunakan alat angkut yang sesuai dengan jenis ataupun kapasitas material. Mobilisasi ini termasuk penyediaan lapangan parkir, bengkel dan gudang suku cadang serta tempat penampungan sementara oli bekas.
3. Tahap Operasi
Kegiatan pada tahap ini terdiri dari:
a) penerimaan tenaga kerja Jika kegiatan operasional kawasan telah berjalan, maka diprediksi akan berdampak pada penerimaan tenaga kerja karyawan, pengangkutan bahan baku dan hasil produksi, pengoperasian pabrik dan pengoperasian utilitas dan fasilitas kawasan. Dampak pada penerimaan tenaga kerja tersebut diharapkan dapat diikuti oleh dampak pada sektor lainnya atau disebut juga dengan multiplier effects.
b) Pengoperasian kawasan ekonomi khusus, pengoperasian power plant (jika dibutuhkan). Energi listrik yang dihasilkan akan didistribusikan ke kegiatan pabrik di dalam kawasan KEK Lhokseumawe. Hingga saat ini, PT. Arun telah menghibahkan beberapa aset turbin kepada Pemerintah Aceh untuk kemudian dapat dimanfaatkan sebagai tambahan daya listrik untuk mendukung KEK Lhokseumawe secara khusus dan Kota Lhokseumawe secara umum. Pada tahapan operasi ini, ada beberapa rincian rencana kegiatan sebagai upaya revitalisasi kawasan industri Lhokseumawe yang diinisasi oleh PT. Arun dan PT. PIM. Tabel 4.1 merincikan rencana pengembangan kegiatan yang diusulkan oleh PT. Arun.
Tabel 4-1
Rencana Pengembangan Fasilitas eks kilang PT. Arun
No.
Rencana Pengembangan
Proyek LNG Terminal atau regasifikasi, bersama dengan proyek
1. pipanisasi gas Arun – Belawan sepanjang 370 km, saat ini sudah beroperasi Proyek LNG Hub atau LNG Trading yang memanfaatkan excess
2. kapasitas tangkiLNG. Menyimpan LNG saat low demand (biasanya musim panas) dan menjuanya saat high demand (biasanya musim 2. kapasitas tangkiLNG. Menyimpan LNG saat low demand (biasanya musim panas) dan menjuanya saat high demand (biasanya musim
3. ini untuk Front End Engineering Design (FEED) selesai dan siap beroperasi Kilang BBM (300.000 bbls perhari) integrated petro-chemical plant status sebagai suatu usulan dengan pertimbangan:
• Pemanfaatan aset Arun sebagai penghematan Rp. 10 Trilyun jika dibandingkan pembangunan dari awal karena sebagian
besar sarana telah tersedia
4. • Lokasi strategis
• Kemandirian bahan baku dan proyek berlangsung jangka panjang • Ketahanan energy nasional dan solusi pembangunan jangka panjang ekonomi aceh Pembangunan pembangkit listrik 200 MW di area Arun PT. PLN
5. yang saat ini sedang berlangsung
Sementara itu, untuk rencana pengembangan kegiatan industri PT. PIM akan difokuskan pada saat pasokan gas dari PT. Arun telah habis. Tabel 4.2 menunjukkan rencana pengembangan kegiatan industri di PT. PIM.
Tabel 4-2
Rencana Pengembangan Fasilitas kilang PT. PIM
No. Rencana Pengembangan Keterangan
1. Proyek NPK fusion 100.000 ton per tahun
2. Proyek pabrik ammonia Untuk menurunkan harga (revamping)
bahan baku
3. Proyek gasifikasi batubara 210.000 NM kubik per jam
4. Upgrade unit perbengkelan - untuk membuat alat dan 4. Upgrade unit perbengkelan - untuk membuat alat dan
5. Pengembangan kapasitas 600 ton per tahun penangkaran benih
6. Proyek pembangunan
1 x 20 MW dibangun oleh independent power
PT. PIE
producer (IPP)
7. Proyek pembangunan NPK terpadu
• Proyek pembangunan 1.000.000 ton per tahun
NPK chemical • Proyek pembangunan 200.000 ton per tahun
asam fosfat • Proyek pembangunan 600.000 ton per tahun
asam sulfat
8. Pupuk bio-organik
Tahap uji efektifitas
(biofertilizer)
Dari rencana kegiatan dan pengembangan tersebut, dokumen lingkungan yang tersedia adalah sebagai berikut:
i. AMDAL PIM-1
ii. AMDAL PIM-2 sampai dengan PIM 4
iii. UKL/UPL NPK fused granulation iv. UKL/UPL Power plant (IPP)
v. UKL/UPL pabrik pimit (sulfur absorption) vi. UKL/UPL rumah sakit PIM
4. Tahap Pasca Operasi
Kegiatan industri yang berkelanjutan dan berkesinambungan merupakan salah satu tujuan utama dari pembangunan KEK Lhokseumawe. Oleh karena itu, tahap pasca operasi diperkirakan tidak Kegiatan industri yang berkelanjutan dan berkesinambungan merupakan salah satu tujuan utama dari pembangunan KEK Lhokseumawe. Oleh karena itu, tahap pasca operasi diperkirakan tidak
4.2.2.2 Eksternalitas
Aktivitas-aktivitas tersebut diatas baik secara langsung ataupun tidak langsung akan memberikan dampak yang signifikan kepada masyarakat. Pencemaran udara yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan tersebut adalah contoh dari eksternalitas kegiatan ekonomi atau pembangunan yang mesti ditanggung oleh masyarakat sekitar. Lazimnya, otoritas lokal dapat memberikan pilihan kepada pelaku kegiatan untuk dapat membayar atau menekan dampak negatif dari pencemaran yang ditimbulkan. Keempat tahapan yang telah dijelaskan diatas, memiliki eksternalitas yang berbeda-beda tergantung pada skala luasan pekerjaannya. Tahap konstruksi dan operasi merupakan 2 (dua) tahap yang sangat berpotensi menimbulkan eksternalitas yang negatif. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah-langkah yang komprehensif guna mengatasi persoalan yang berpotensi muncul di kemudian hari akibat dari kegiatan-kegiatan pembangunan KEK Lhokseumawe.