Penurunan Karies Gigi Pada Anak Balita

Penurunan Karies Gigi Pada Anak Balita

Ringkasan

Karies gigi masih menjadi masalah utama dan mengenai 60-90% murid sekolah. Tingkat karies gigi pada kelompok usia ini lebih cepat berubah daripada gigi permanen dan usia 5 tahun merupakan usia anak mulai sekolah. Kebiasaan anak makan makanan manis dan lengket serta tidak benarnya waktu dan frekuensi menyikat gigi merupakan faktor penyebab karies gigi. Policy brief ini disusun untuk meningkatkan perawatan kesehatan gigi dan mulut anak usia taman kanak-kanak. Hasil penelitian menunjukkan perilaku

menyikat gigi yang benar berhubungan dengan kejadian karies gigi. Demikian juga kebiasaan konsumsi makanan kariogenik berhubungan dengan kejadian karies gigi.

Promosi menyikat gigi yang benar perlu dilakukan lebih intensif melalui media cetak dan elektronik. Pengurangan konsumsi makanan kariogenik perlu diterapkan untuk mencegah

terjadinya karies gigi.

Latar Belakang

Penyakit gigi dan mulut yang paling sering ditemui di masyarakat adalah karies gigi. Karies gigi biasa menyerang pada orang dewasa dan anak-anak. Riskesdas 2013 diperoleh indeks status kesehatan gigi pada dewasa adalah 4,6 dan prevalensi aktif 53,2. Prevalensi karies gigi anak balita cukup tinggi yaitu 50% dan cenderung meningkat di beberapa negara.

Karies gigi dapat dihindari dengan melakukan perawatan sejak dini. Perawatan gigi anak membutuhkan peran aktif orang tua untuk menghindari kelainan atau gangguan gigi agar gigi tetap sehat, teratur, rapi, dan indah. Memperhatikan kesehatan gigi anak atau gigi susu sangat berpengaruh pada pertumbuhan gigi tetap.

Hal ini dikarenakan gigi susu merupakan gigi pertama tumbuh saat usia bayi sekitar

6 –8 bulan yang mengalami pertumbuhan secara lengkap mencapai 20 buah dan berhenti saat bayi berusia tiga tahun. Memasuki usia 6 tahun gigi secara perlahan akan tanggal dan digantikan dengan gigi tetap sebanyak 32 buah.

Kenyataan yang ada, tidak semua orang tua memperhatikan kesehatan gigi anak terutama gigi susu. Hal tersebut disebabkan masih adanya paradigma dari orang tua yang mengatakan bahwa, “Nanti juga akan digantikan oleh gigi permanen”.

Masalah gigi dan mulut seperti karies gigi banyak dijumpai pada anak usia sekolah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta menunjukkan 85% anak prasekolah sudah mengalami karies gigi.

Upaya promotif dan preventif perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya karies gigi melalui pengendalian faktor risiko. Pencegahan terhadap karies gigi sudah menjadi perhatian dan telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun organisasi kesehatan regional dan dunia. Perilaku konsumsi makanan kariogenik belum mendapat perhatian yang berarti.

Suplemen Fluor

Penyediaan air minum mengandung fluor masih sulit terwujud. Saat ini kadar fluor dalam air minum yang digunakan oleh masyarakat Indonesia berasal dari air tanah, air PDAM dan air kemasan di bawah 0,3 ppm. Padahal, kadar fluor dalam air minum yang dapat mengurangi terjadinya karies gigi adalah 1 ppm. Untuk itu perlu melakukan tindakan pencegahan primer yaitu pemberian suplemen fluor. Fluor bisa diberikan dalam bentuk air minum, cairan tetes, tablet, obat kumur, dan pasta gigi. Bisa juga diberikan topical fluoridasi yang diaplikasikan pada gigi. Suplemen fluor berupa tablet yang diminum berguna untuk benih-benih gigi yang akan tumbuh nanti. Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg.

Hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi

Makanan sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat memicu timbulnya kerusakan gigi, seperti Makanan sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat memicu timbulnya kerusakan gigi, seperti

Beberapa penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan adanya hubungan bermakna antara konsumsi makanan kariogenik dengan kasus karies gigi. Penelitian oleh Badan Litbangkes tahun 2014 menunjukkan kebiasaan anak mengkonsumsi makanan manis dan lengket setiap hari sebesar 35,3%.

Konsumsi makanan manis diantara waktu makan akan lebih berbahaya dari pada saat waktu makan utama.

Penyuluhan Kesehatan Gigi

Masa lima tahun awal kehidupan dalam tahap perkembangan anak adalah masa emas dalam tumbuh kembang anak atau golden age. Pada masa ini segala hal yang tercurah dan terserap pada diri anak akan menjadi dasar dan memori yang tajam. Terkait dengan kesehatan gigi, jika pada masa emas telah terbentuk memori, perilaku, kebiasaan dan sikap yang benar tentang cara merawat gigi dan mulut, maka akan terbawa hingga dewasa. Oleh karena itu pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi perlu ditanamkan pada masa kanak-kanak, selain orang tua menjadi contoh yang baik bagi anak. Banyak orang tua beranggapan bahwa gigi sulung hanya sementara karena akan digantikan oleh gigi tetap, sehingga mereka tidak memperhatikan kebersihan gigi anak. Pada masa gigi sulung justru harus mulai diajarkan cara untuk menjaga kebersihan gigi. Untuk menjaga kesehatan gigi, orang tua juga perlu memeriksakan gigi anak-anak secara rutin minimal 6 bulan sekali. Pengetahuan tentang kesehatan gigi dapat dilakukan oleh guru Taman Kanak-kanak (TK) dan kegiatan menyikat gigi bersama dilakukan setiap hari setelah makan bersama.

Rekomendasi Kebijakan

Beberapa alternatif kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemegang kebijakan di Kementerian Kesehatan bersama dengan PDGI dan instansi-instansi terkait yaitu:

1. Mengurangi konsumsi makanan kariogenik, meningkatkan konsumsi makanan karioprotektif seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

2. Memperluas promosi cara menyikat gigi yang benar melalui media elektronik.

3. Meningkatkan pemakaian pasta gigi mengandung floride.

4. Menyikat gigi dua kali setiap hari pada pagi hari setelah sarapan dan sesaat sebelum tidur malam.

5. Memasukkan materi kesehatan gigi dalam kurikulum pendidikan Taman Kanak- kanak.

Kebijakan di atas diharapkan akan berimplikasi pada penurunan jumlah karies pada anak balita.

Daftar rujukan

1. Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. 2013.

2. Raharja S. 2005. Hubungan Pola Makan Makanan Karies Gigi Anak Prasekolah (Study Kasus di TK Aba Bodeh. Gamping Sleman;

3. Setiawati F. 2012. Peran Pola Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dalam Pencegahan Early Chilhood Carries (ECC) di DKI Jakarta. Disertasi

4. Seow WK. Clifford H. Battistuta D. Moranoska A. 2009. Case Control Study of Early Childhood Carries in Australia. Carries Res. 43 (1): 25-35;

5. Vahirarojpisan T. Shinada K. Kawaguchi Y. et al.2004. Early Childhood Caries in Children Aged 6-19 months. Community Dental Oral Epidemiology. 32 (2): 133- 42;

6. Schroth R. Dahl P. Haque M. et al. 2010. Early Childhood Caries among Hutterite Preschool Children in Manitoba Canada. Rural Remote Health. 10 (4): 1535;

7. Iida H. Auinger P. Billings RJ. Et al. 2007. Association Between Infant Breastfeeding and Early Childhood Carries in the United States Pediatrics. 120 (94):

8. Sroda, R. 2010. Nutrition for a healthy mouth. 2nd edition. Lippincot, Williams & Wilkins. Philadelphia.

9. What is the Burden of Oral Disease? http:/www.who.int/oral health/disease burden/global/en/index.html. Diunduh pada tanggal 13 Januari 2014

10. Adyatmaka I. 2008. Model Simulator Risiko Karies Gigi Pada Anak Prasekolah. Disertasi. Universitas Indonesia.

11. Rosyana. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Usia Prasekolah Di Pos Paud Perlita Vinolia Kelurahan Mojolangu. Juli 2015. Jurnal Keperawatan.

12. Margarit R, Andrei OC, Daguci C. Diet and Hygiene as Risk Factors in Dental Caries Case Report. Romanian Journal on Oral Rehabilitation. Vol. 3, No. 1, January 2011.

13. Kementerian Kesehatan. 2012. Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Anak Usia Balita Bagi Tenaga Kesehatan di Fasililitas Pelayanan Kesehatan.

14. Nova. 2010. Rawat Gigi Sedini Mungkin.http://www.pdgi-online.com/v2/index.php (diakses 2 Januari 2017)