Permasalahan dalam implementasi kebijakan

2. Permasalahan dalam implementasi kebijakan

Kegiatan monitoring dilakukan melalui pendekatan kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas beberapa temuan kuantitatif. Dilakukan penilaian terhadap beberapa parameter yang mencerminkan peran Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan), pemerintah kabupaten/kota, dan puskesmas. Subyek monitoring meliputi peserta dan Tim Nusantara Sehat, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan kepala puskesmas lokasi penempatan tim Nusantara Sehat.

2.1. Peran Kementerian Kesehatan

Peran Kementerian Kesehatan dinilai berdasarkan tahapan yang dilakukan oleh Kemenkes mulai dari rekrutmen, pembekalan, penempatan, pasca penempatan, pendampingan dan supervisi serta pengelolaan secara umum.

Secara umum proses rekrutmen dinilai sudah cukup baik dalam hal keterbukaan, informasi mudah didapat, tahapan yang sesuai, netral, adil, sesuai kompetensi, transparan, tidak bertele-tele dan tidak memungkinkan peluang KKN. Keluhan umum yang disampaikan yaitu terkait proses pengumuman dan registrasi online menggunakan internet cukup menyulitkan bagi calon peserta yang berada di desa atau di pedalaman yang sulit mendapat akses internet, selain itu kadang-kadang juga sulit log in. Ketidakjelasan wajib atau tidaknya STR dan NPWP, lokasi tes yang sulit dijangkau dari tempat tinggal peserta menjadi permasalahan tersendiri. Pembekalan masih dianggap kurang memuaskan terutama dalam hal porsi materi dengan praktek dengan harapan porsi praktek bisa ditambah dan disesuaikan dengan profesi masing-masing, tidak dicampurkan semua peserta mendapat semua materi karena ada materi yang spesifik seperti dokter keluarga seharusnya cukup untuk anggota tim berlatar belakang dokter. Selama pembekalan, materi praktek masih kurang terutama untuk yang berlatar belakang non medis. Keluhan lainnya terkait dengan padatnya jadwal materi sehingga peserta kurang bisa konsentrasi akibat kelelahan disertai dengan banyaknya tugas, kegiatan terus menerus dengan waktu ibadah dan waktu istirahat yang kurang sehingga banyak peserta yang sakit. Kelas dirasakan terlalu besar sehingga tidak kondusif untuk pembelajaran.

Kegiatan bela negara disebutkan sebagai salah satu penyebab kelelahan sehingga disarankan agar waktu bela negara dikhususkan misalnya dalam satu minggu berbeda. Pelatihan bela negara, kepemimpinan, tanggung jawab, survival, team work dan problem solving perlu dipertahankan. Permasalahan lain terkait higienitas makanan, ruang yang panas dan penyampaian materi yang cenderung satu arah membuat peserta mengantuk. Pembelajaran yang perlu ditambahkan antara lain teknologi tepat guna khususnya untuk kesehatan lingkungan seperti cara pengolahan air, sampah dan pembuatan arang briket. Untuk peserta yang berlatarbelakang pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) perlu pembekalan mengenai manajemen puskesmas, BOK, akreditasi, promkes dan pelaporan di puskesmas termasuk pelaporan NS dan alur kerjanya. Pembekalan teknis lain yaitu sosial budaya setempat seperti potensi makanan lokal untuk gizi, penjaringan keswa dan praktek ATLM disertai dengan strategi mengatasi keterbatasan alat di lapangan. Advokasi dianggap merupakan hal

yang penting untuk tim NS tapi masih kurang diberikan. Hal lainnya yaitu kebutuhan untuk diberikan data puskesmas penempatan, pemberian sertifikat pelatihan dan harapan agar ada pendamping Kemenkes selama 24 jam. Permasalahan utama dalam hal penempatan adalah perlunya penyesuaian antara jenis tenaga yang dikirimkan dengan kebutuhan puskesmas baik dalam hal jenis tenaga, jumlah dan sarana prasarananya serta penempatan dokter sesuai prioritas daerah. Masih ada tim NS yang ditempatkan di puskesmas yang sudah banyak SDM atau penempatan di puskesmas kota bukan DTPK sehingga terkesan tidak adil, ada yang ditempatkan di daerah sendiri, bahkan ada yang minta ditukar penempatan tanpa alasan yang jelas. Penempatan tim NS perlu diawali dengan survei lokasi dan kesepahaman/koordinasi antara Kementerian Kesehatan dengan Pemerintah Daerah dan puskesmas sehingga tidak terjadi penolakan yang mengakibatkan tim NS merasa kurang diterima dan dipersulit oleh pihak puskesmas. Hal lain yaitu adanya usulan agar penempatan dilakukan sejak awal pembekalan, perlunya pembimbing di provinsi, memperhatikan porsi laki-laki dan perempuan sesuai kondisi daerah. Hal yang banyak dikhawatirkan tim NS pasca penugasan adalah peluang kerja pasca NS atau pemberian beasiswa untuk alumni NS. Sebagian tim NS merasa dilepas begitu saja,tidak ada yang melakukan supervisi, semua laporan tidak ada feedback , dan kurangnya komunikasi dengan pendamping. Pendamping diharapkan menjadi jembatan antara tim NS dengan Kementerian Kesehatan dan dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota. Pada kenyataannya ada pendamping yang aktif, selalu berkomunikasi bahkan mendampingi sampai survey awal dan pertemuan lintas sektor. Di sisi lain ada pendamping yang dianggap baik tapi akses komunikasinya terbatas, ada juga pendamping yang sibuk dan sulit dihubungi. Ada pendamping yang terkesan tidak tahu apa-apa tentang NS. Sebagian tim mengeluhkan masalah administrasi yang tidak tertangani seperti pengurusan STR, kartu BPJS dan NPWP. Diusulkan ada unit khusus yang menangani NS di Kementerian Kesehatan untuk menerima keluhan atau laporan dari Tim NS.

Tabel 1

Persepsi responden tentang beberapa peran Kementerian Kesehatan Ya

Aspek

% Lokasi tes mudah dijangkau

77 64,7 Porsi materi antara pengetahuan dan

49 40,8 praktek sudah sesuai

Lokasi penempatan sesuai dengan yang

33 27,5 dibayangkan Kementerian Kesehatan telah menjalankan pengelolaan program NS dengan baik

2.2. Peran Dinas Kesehatan

Persepsi tim Nusantara Sehat (NS) terhadap dinas kesehatan digali berdasarkan upaya yang dilakukan oleh dinas kesehatan dalam penerimaan Tim Nusantara Sehat mulai dari penyediaan sarana dan prasarana seperti tempat tinggal, alat transportasi, tunjangan daerah dan lain-lain, upaya peningkatan kapasitas SDM Nusantara Sehat, supervisi terhadap Tim Nusantara Sehat dan peran dinas kesehatan dalam upaya implementasi Rencana Kerja/POA Tim NS. Sebagian besar informan menyatakan mendapat sarana rumah untuk tempat tinggal dari dinaskesehatankabupaten/kota, dengan kondisi yang berbeda-beda mulai dari tempat tinggal yang nyaman dilengkapi dengan fasilitas sampai dengan tempat tinggal yang belum layak huni karena merupakan bagian dari ruangan Puskesmas. Selain rumah tinggal, sebagian Tim Nusantara Sehat juga mendapatkan alat transportasi berupa kendaraan roda dua yang digunakan untuk operasional sehari-hari. Meskipun secara umum dinas kesehatan kabupaten sudah menyediakan sarana dan prasarana, tetapi masih ada dinas kesehatan yang hanya membantu dalam koordinasi dengan kepala puskesmas untuk menyediakan sarana dan prasarana, tidak menyediakan alat transportasi sehingga Tim NS mengandalkan ojek atau sewa sepeda motor atau berjalan kaki, tidak menyediakan tunjangan daerah maupun dijanjikan untuk menjadi tenaga PNS maupun tenaga PNS daerah.

Sebagian besar tim Nusantara Sehat belum pernah dilibatkan untuk mengikuti pelatihan. Umumnya pelatihan diperuntukkan bagi PNS puskesmas, kalaupun ada tim Nusantara Sehat yang mengikuti pelatihan lebih dikarenakan tim NS tersebut ditugasi untuk memegang program di puskesmas. Pelatihan diutamakan untuk pegawai yang sudah berstatus PNS, terutama untuk pelatihan-pelatihan yang bersertifikat, karena apabila diikuti oleh pegawai yang non PNS dikhawatirkan akan pindah lokasi kerja sehingga dinas kesehatan harus mencari SDM lainnya untuk dilatih kembali. Sedikit tim NS yang dilibatkan yang dilibatkan dalam pertemuan dinas kesehatan. Hal ini disebabkan berbagai faktor, seperti sulitnya akses yang ditempuh dari puskesmas menuju ibukota kabupaten, atau jadual pertemuan tidak

sesuai

dengan

jadual

pesawat

atau

kapal laut.

Tabel 2. Persepsi tentang peran dinas kesehatan kabupaten/kota

Ya

Aspek

% Penyediaan tunjangan daerah

20 18,3 Mengusulkan menjadi PNS

9 7,6 Penyediaan peralatan/sarana puskesmas

61 50,8 Dinkes mengikutsertakan dalam

24 20,0 pertemuan rutin

Dinkes mengikutsertakan tim NS dalam

44 36,7 pelatihan

Dinkes pernah melakukan supervisi

27 22,7 khusus NS ke puskesmas

2.3. Puskesmas

Umumnya pemangku kepentingan (stakeholder) menerima keberadaan tim Nusantara Sehat, kendati demikian tim Nusantara Sehat merasa bahwa kelompok staf puskesmas merupakan kelompok yang terbanyak yang tidak menerima kedatangan tim dengan baik.

Hampir seluruh tim Nusantara Sehat telah menempati rumah tinggal, walaupun sebagian di antaranya (35%) membayar dari uang pribadi (kolektif tim). Lebih dari setengah puskesmas menyediakan sarana transportasi yang dapat digunakan oleh tim Nusantara Sehat untuk mendukung pelaksanaan tugas operasionalnya. Sebagian besar tim NS di puskesmas mendapatkan dana kapitasi. Terdapat puskesmas yang tidak memberikan dana kapitasi kepada tim NS karena sudah mendapatkan tunjangan daerah dari Pemda dan dana terpencil (Dacil), atau tunjangan dari Dinas Kesehatan.

Sebagian tim NS menilai ruangan puskesmas kurang tertata, tidak memadai, keamanan lokasi kurang, dan tidak ada sarana transportasi untuk merujuk (ambulan). Dari segi akses dan geografis ada puskesmas yang wilayah kerjanya terlalu luas, tidak ada angkutan umum, jalan rusak atau tidak ada akses jalan darat, biaya transportasi tinggi. Kendala lain yang disampaikan oleh tim adalah sulitnya transportasi pada waktu-waktu tertentu, misalnya ketika cuaca buruk.

Sebagian besar tim (83,3%) menyatakan bahwa Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang disusun oleh Tim NS telah diintegrasikan dengan PoA Puskesmas. Disayangkan masih terdapat sekitar 22,5% kepala puskesmas yang dirasakan belum memberikan bimbingan dan arahan kepada tim NS dalam menjalankan tugas sehari-hari.

Tabel . Persepsi tentang Puskesmas

Aspek

Ya n

% Tim NS telah menempati rumah tinggal

115 95,8 Sumber biaya rumah tinggal dari pribadi/kolektif tim

35 31,5 Puskesmas menyediakan alat transportasi

70 60,3 Mendapatkan tunjangan khusus atau dana kapitasi

93 77,5 RUK yang disusun Tim NS telah diintegrasikan dengan PoA Puskesmas

100 83,3 Kepala puskesmas memberikan bimbingan dan arahan terhadap Tim NS dalam menjalankan tugas sehari-hari

2.4. Sarana pendukung penugasan

Sebagian tim menyampaikan terdapatnya keterbatasan sarana komunikasi, seperti tidak adanya sinyal telepon dan internet, kurang dan sulitnya mendapatkan air bersih, ketiadaan listrik dan genset yang kadang mati kehabisan bahan bakar. Selain itu, banyak pula tim yang mengeluhkan kurangnya sarana pendukung penugasan di puskesmas, seperti peralatan laboratorium dan alat-alat medis.

Tabel 4.

Keberadaan prasarana penunjang penugasan Tim Nusantara Sehat di puskesmas

Aspek

Ya n

% Di kawasan wilayah kerja sekitar puskesmas terdapat sumber air bersih

120 103 95,8 Tersedia listrik di puskesmas

95 Di kawasan sekitar puskesmas terdapat sinyal internet

2.5. Penilaian Stakeholder atas keberadaan Tim Nusantara Sehat.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh dinas kesehatan dan kepala puskesmas, kehadiran tim NS memberikan dampak positif terhadap kinerja puskesmas secara keseluruhan,mulai dari manajerial, pelaporan hingga memicu tenaga kesehatan yang lain di puskesmas bekerja lebih maksimal. Keberadaan Tim Nusantara Sehat di puskesmas dapat meningkatkan cakupan program, meningkatkan jumlah kunjungan ke puskesmas, mengaktifkan kembali beberapa programseperti prolanis dan STBM, meningkatkanrespon time pelayanan puskesmas, administrasi menjadi lebih rapi,pelayanan laboratorium aktif kembali, sertapeningkatan jumlah Posyandu yang menggunakan 5 meja.

Secara umum penilaian kepala puskesmas tentang kinerja tim NS, termasuk di dalamnya sikap, perilaku, pengetahuan, dan pelaksanaan tugas adalah sangat baik. Hanya saja untuk ketrampilan memang harus lebih ditingkatkan dengan lebih banyak praktek terutama pada pelayanan. Ada kepala puskesmas yang menyatakan agar kinerja tim NS dapat menjadi contoh untuk staf puskesmas lainnya. Sebagian besar Tim NS juga dinilai dapat bekerjasama dengan baik dengan kepala puskesmas dan staf. Kerjasama yang baik juga ditunjukkan oleh sebagian besar tim NS kepada lintas sektor untuk menjalankan program dari puskesmas.