Analisis Mikro

B. Analisis Mikro

B.1. Analisis Kegiatan dan Kebutuhan Ruang

B.1.1. Analisis Pelaku Kegiatan

 Dari Kegiatan Yoga ini meliputi :  Yoga For Kids  Yoga For Teenage  Yoga For Beginning  Yoga For Intermediet  Yoga Pre Natal (Ibu Hamil)  Yoga For Woman  Yoga For Scoliosis  Teacher Training

 Kegiatan Inventarisasi/dokumentasi  Kegiatan Inventarisasi/dokumentasi

 Kegiatan Pengembangan  Kegiatan informasi

merupakan kegiatan workshop ataupun seminar terhadap semua jenis kegiatan termasuk promosi dan pemasaran.

 Kegiatan Penunjang

Merupakan kegiatan pelayanan dan service sebagai kegiatan penunjang.

 Kegiatan Pengelolaan

Merupakan kegiatan administrasi yang meliputi kegiatan koordinasi, keuangan, pemeliharaan, serta keamanan.

Dari penjelasan diatas, didapatkan jenis-jenis pelaku kegiatan berdasarkan aktifitas macam kegiatan yang dilakukan, yaitu:

1. Murid/Siswa/Pengunjung Sebagai pelaku kegiatan Yoga Kelompok ini dibedakan menurut umur, yaitu :  Kelompok anak-anak/kids (5-12th)

Karakter sifatnya serba ingin tahu, menyukai sesuatu yang bersifat permainan dan penuh dengan gerak dalam ruang yang berskala kecil.

 Kelompok umur remaja/teenage (13-23th) Karakter sifatnya cenderung rasional, suka bersaing, menyukai petualangan, olahraga, dan bersifat romantis.

 Kelompok umur Dewasa, Ladies, Man (24-45th) Karakter sifatnya menyukai kegiatan yang lebih tenang seperti melakukan yoga sebagai wujud relaksasi dan olahraga.

 Kelompok umur Orangtua/Lansia (diatas 45th)

Karakter sifatnya menyukai kegiatan santai seperti kegiatan senam yoga, menikmati pemandangan alam, duduk santai dan kegiatan yang bersifat rileks.

2. Pembina/Instruktur/Yogi

Yang melakukan pembinaan, bimbingan, pengarahan, dan sebagainya, baik instruktur maupun para yogi atau orang yang dianggap mampu.

3. Pengelola

Yang melakukan pengelolaan dan pemeliharaan agar supaya kegiatan yang ada di dalamnya berlangsung secara baik dan lancar.

B.1.2. Analisis Frekuensi Dan Pelaksanaan Kegiatan

1. Frekuensi Kegiatan

Frekuensi kegiatan tergantung pada jenis kegiatan yang dilaksanakan.

2. Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan frekuensi kegiatan - kegiatan tetap

adalah kegiatan yang diselenggarakan pengelola setiap saat sesuai dengan jadwal yang diatur.

- kegiatan temporer

adalah kegiatan yang diselenggarakan secara temporer yang biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dianggap aktual atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar.

Berdasarkan penyelenggaranya - Kegiatan intern

adalah kegiatan yang dilakukan pihak pengelola Yoga Centre. - Kegiatan ekstern adalah kegiatan yang dilakukan pihak pengelola Yoga Centre. - Kegiatan ekstern

berkenaan dengan program pembinaan dan

pengembangan dengan persetujuan pengelola.

B.1.3. Analisis Aktifitas Kegiatan Yoga Centre

 Kegiatan Aktifitas Penerima

 Kegiatan Aktifitas Utama (Yoga, Meditasi, dan Olahraga)

 Kegiatan Aktifitas Instruktur Yoga

Datang Parkir Pulang Mencari Informasi

(Receptionist)

Melihat Menunggu

Pendaftaran

Metabolism Ibadah

Perpustakaan, dll

Datang

Parkir

Olahraga Yoga, Meditasi, Relaksasi, dll

Makan/Minum

Olahraga Yoga dan

Absen Meditasi

R. Tinggal Instruktur

Metabolisme

Ibadah

Makan/Minum

Pulang

Skema. III. 2. Analisis Kegiatan Penerima

Skema. III. 3. Analisis Kegiatan Utama

Skema. III. 4. Analisis Kegiatan Instruktur Yoga

 Kegiatan Aktifitas Pengelola

 Kegiatan Aktifitas Penunjang

B.1.4. Analisis Kebutuhan Peruangan

 Dasar pertimbangan :  Kriteria kegiatan yang ada  Jenis kegiatan yang terjadi  Pelaku kegiatan

Tabel III.1. Analisis Kegiatan dan Peruangan

MACAM KEGIATAN

KEBUTUHAN RUANG

A. Kegiatan Penerimaan

Pelaku : Seluruh Pengguna

1. Penerimaan/Menunggu

2. Informasi/Pendaftaran

 Area Parkir (Pos Keamanan,

Car Call)  Hall/Lobby  Ruang Tunggu

R. Receptionist

Menuju R. Staff,

Pertemuan, dll

Metabolisme

Ibadah

Makan/Minum

Pulang

Service, Pelayan, dll

Datang

Parkir

Menuju Wisma,

Perpustakaan

Menuju Plaza

Menuju Visual Pertunjukkan Yoga

Metabolisme

Ibadah

Makan/Minum

Pulang

Skema. III. 5. Analisis Kegiatan Pengelola

Skema. III. 6. Analisis Kegiatan Penunjang

7. Makan/Minum

R. Promosi R. Perpustakaan R. Gallery R. Visual Pertunjukkan Yoga R. Mushola R. Lavatory Restaurant (Vegetarian)

B. Kegiatan Utama (Yoga Dan Meditasi) Pelaku : Anak-anak (Kids)

1. Senam Yoga

2. Meditasi

R. Latihan Senam  Latihan Bersama R. Latihan Meditasi  Latihan Meditasi Bersama

Pelaku : Teenage

1. Senam Yoga

2. Meditasi

R. Latihan Senam  Latihan Bersama (indoor) R. Latihan Meditasi  Latihan Bersama(indoor)

Pelaku : Dewasa

1. Senam Yoga

2. Meditasi

R. Latihan Senam  Latihan Bersama (indoor) R. Latihan Meditasi  Latihan Bersama (indoor)

Penunjang Kegiatan Yoga

1. Theraphy Scoliosis

2. Bimbingan Training Teacher

3. Visualisasi gerakan Yoga

4. Membaca/Mendalami Yoga

R. Theraphy R. Bimbingan Teacher Training R. Visual/Pertunjukkan R. Perpustakaan R. Diskusi R. Konsultasi Hall

8. Ganti baju

9. Menyimpan Peralatan

10. Metabolisme

R. Ganti/Kamar Mandi Gudang R. Lavatory

C. Kegiatan Instruktur Yoga

Pelaku : Instruktur

a) Kerja

b) Ibadah

c) Metabolisme

d) Makan/Minum

R. Instruktur Masjid R. Lavatory R. Makan

D. Kegiatan Olahraga

Pelaku : Pengunjung

a) Fitness

b) Aerobic

c) Ganti baju

d) Metabolisme

R. Fitness R. Aerobic R. Loker dan R. Ganti/Kamar Mandi R. Lavatory/Kamar Mandi

E. Kegiatan Pengelola Ruang Pimpinan (pelaku : pengelola)

1. Pimpinan (Memimpin)

2. Sekretaris

3. Staff

4. Administrasi (Keuangan)

5. Arsip

6. Rapat

7. Public Relation (Humas)

8. Ruang Tamu

9. Makan/minum

10. Metabolisme

11. Ibadah

R. Pimpinan R. Sekretaris R. Staff R. Administrasi (Tata Usaha) R. Arsip R. Rapat R. Public Relation (Humas) Hall (Lobby) R. Makan (Pantry) R. Lavatory R. Mushola

Pengelola Restaurant (pelaku : karyawan)

1. Memasak

2. Metabolisme

R. Dapur R. Lavatory

F. Kegiatan Service

Pelaku : Staff Karyawan

1. Ibadah

2. Metabolisme

3. Mekanikal elektrikal

4. Ground Reservoir

5. Perawatan air

6. Perawatan alat

7. Mengontrol

Masjid R. Lavatory R. MEE R. Ground Reservoir Water Treatment R. Maintenance R. Kontrol

B.2. Analisis Besaran Peruangan

Dasar Pertimbangan:  Jenis/Karakter kegiatan yang diwadahi  Perkiraan besaran dan jumlah perabot  Perkiraan jumlah staf

Flow/Sirkulasi:

10% : untuk flow minimum 20% : untuk flow gerak 30% : untuk flow kenyamanan fisik 40% : untuk flow kenyamanan psikis 50% : untuk flow kegiatan yang spesifik 60% : untuk flow kegiatan servis

70-100% : untuk flow terhadap keterkaitan dengan banyak kegiatan Perhitungan besaran ruang berdasarkan standard dan studi literature sebagai berikut:

 Ernst Neufert, Architect Data (AD)  Time Server Standard For Building Types (TSS)  Studi Ruang

Tabel III.2. Analisis Besaran Ruang Kelompok Penerimaan

Tabel III.3. Analisis Besaran Ruang Penunjang Kelompok Penerimaan

Flow Luas (m 2 )

1 R. Perpustakaan R. Koleksi buku : 1

m 2 /org

R. Baca : 2 m 2 /org Loker : 1 m 2 /org

2 Rumah Makan

1,2 m 2 /org

1,5 m 2 /KM/WC 1,5 m 2 /wastafel

6 bilik(pa-pi)

Tabel III.4. Analisis Besaran Ruang Kegiatan Yoga No

Flow Jmlh Luas (m 2 )

1. R. Senam Yoga  R. Latihan fisik

4m 2 /org

2. R. Meditasi  R. Meditasi Bersama

4m 2 /org

3. R. Diskusi

1,5 m 2 /org

4. R. Konsultasi

1,5 m 2 /org

1,5 m 2 /org

6. R. Peralatan

Flow Luas (m 2 )

1 Area Parkir  Mobil

2 Hall Penerimaan

1,5 m 2 /org

1,2 m 2 /org

3 org penerima

3,6

TOTAL

866,1

7. R. Lavatory

1,5 m 2 /KM/WC 1,5 m 2 /wastafel

6 bilik(pa-pi)

Tabel III.5. Analisis Besaran Ruang Penunjang Kegiatan Yoga

No Ruang

Jmlh Luas (m 2 )

1. R. Theraphy

4m 2 /org

2. R. Bimbingan Teacher Training - Class For Kids - Class For Teenage - Class For Adult - Class For Theraphy

4m 2 /org 4m 2 /org 4m 2 /org 4m 2 /org

3. R. Visual/Pertunjukkan 4 m 2 /org

4. R. Hall

1,5 m 2 /org

5. R. Lavatory

1,5 m 2 /KM/WC 1,5 m 2 /wastafel

6 bilik(pa-pi)

Tabel III.6. Analisis Besaran R. Tinggal Instruktur Yoga No

Luas (m 2 )

1 R. Tinggal Instruktur Yoga

16 m 2 /org

Tabel III.7. Analisis Besaran Ruang Bangunan Wisma No

Luas (m 2 )

1 R. Penginapan

16 m 2 /org

TOTAL

Tabel III.8. Analisis Besaran Ruang Kegiatan Olahraga Penunjang

Jmlh Luas (m 2 )

1. Fitness

4m 2 /org

4m 2 /org

3. R. Loker

1.5 m 2 /org

4. R. Ganti/Kamar Mandi

3m 2 /org

1 org/bilik

5. R. Lavatory

1,5 m 2 /KM/WC 1,5 m 2 /wastafel

6 bilik(pa-pi)

Tabel III.9. Analisis Besaran Ruang Kegiatan Pengelola

No Ruang

Standart

Kapasitas

Flow Luas (m 2 ) Ruang Pimpinan dan Manajerial

1. R. Pimpinan

16 m 2 1 16

2. R. Sekretaris 8m 2 1 8

3. R. Staff 8m 2 20 160

4. R. Administrasi 8m 2 20 8

5. R. Public Relation 8 m 2 20 8

6. R. Arsip 9m 2 9

7. R. Rapat

1,6 m 2 /org

8. Hall (Lobby)

1,5 m 2 /org

9. R. Lavatory

1,5 m 2 /KM/WC

1,5 m 2 /wastafel

6 bilik(pa-pi)

4 buah

TOTAL

Tabel III.9. Analisis Besaran Ruang Kegiatan Pengelola

Rekapitulasi Total Besaran Ruang

1. Plaza Penerimaan

866,1 m 2

2. R. Penunjang Penerimaan

379 m 2

3. R. Kegiatan Yoga

: 1022 m 2

4. R. Penunjang Kegiatan Yoga

432 m 2

5. R. Wisma

160 m 2

6. R. Olahraga Penunjang

597,96 m 2

7. R. Tinggal Instruktur Yoga

384 m 2

8. R. Pimpinan Manajerial

297 m 2

9. R. Service

277 m 2 + Total Luas Ruang

4415,06 m 2

NO Ruang

Standart

Kapasitas Luas (m 2 )

1 R. Mushola

Tempat sholat: 1,3x0,75 m 2 /org

Tempat Wudhu: 0,8 m 2 /org

2 R. Lavatory

1,5 m 2 /KM/WC 1,5 m 2 /wastafel

6 bilik(pa-pi)

2 buah

11

3 R. MEE  R. Genset  R. Panel

Asumsi Asumsi

27

4 Ground Reservoir

Asumsi

27

5 Water Treatment

Asumsi

32

6 R. Maintenance

Asumsi

12

7 R. Kontrol

Asumsi

TOTAL

277

B.3. Analisis Pola Hubungan Ruang dan Organisasi Ruang

Alur pengelola

Alur service Alur pengunjung

Alur Instruktur Yoga

Skema. III. 7. Alur Pergerakan Hubungan Antar Kelompok Kegiatan Peruangan

Kelompok Penerimaan Kelompok Kegiatan Yoga

Kelompok Penunjang Penerimaan

Kelompok Penunjang Kegiatan Yoga

Wisma

Tempat Tinggal Instruktur Yoga

Pimpinan Manajerial

Kelompok Service

B.4. Pendekatan Desain Bangunan

Suatu bentuk yang menampilkan desain memiliki unsur pembentuk garis yang :

a. Menampilkan suatu alur gerak dinamis seperti gejolak, luncuran, lonjakan, lenturan, pusaran, pantulan, dan sebagainya.

b. Menunjukkan suatu irama hidup, seperti langkah naik-turun, maju- mundur dan sebagainya.

c. Menampilkan perubahan secara perubahan secara kualitas dan kuantitas seperti menjadi banyak, berkurang, bertambah besar, semakin tinggi, mengecil dan sebagainya.

B.4.1. Ungkapan Fisik Bangunan

Ungkapan-ungkapan fisik bangunan yang dirasa dapat mendukung suasana tersebut diantaranya adalah:

1. Memberikan kesan mengundang dan menerima » Plaza sebagai penangkap arus pola pergerakan

pengunjung » Melalui kanopi sebagai ruang transisi dan penerima » Pemberian bidang transparan pada fasade sebagai

refleksi penampilan terbuka.

2. Kejelasan fungsi bangunan dan peruangan » Perbedaan ketinggian lantai atau perbedaan pola lantai untuk membedakan fungsi atau peran antar ruang. » Melalui pemberian pintu dan jendela serta penyempitan lorong pada selasar untuk memperjelas perbedaan fungsi ruang. Ruang sirkulasi/koridor diusahakan berbeda antara sirkulasi pengunjung dengan staff serta tidak menimbulkan kesan yang menyeramkan.

» Memasukkan sinar matahari dengan penggunaan bahan transparan seperti kaca atau polycarbonate untuk memberikan kesan lapang dan terbuka.

3. Selaras dengan unsur 5 elemen Vaastu

Vastu hanya mengajarkan kita untuk mengikuti aturan alam dan menyeimbangkan lima elemen dari mana kita semua, alam semesta ini terdiri dari Api, Udara, Bumi/Tanah, Air, Ether (Space). » Penempatan vegetasi pada bangunan, baik pada interior

maupun eksterior bangunan. » Pemberian elemen arsitektural pada pengolahan landscape, misal sculpture, air mancur dan kolam. » Pemilihan warna dan material yang selaras dengan

nuansa alami.

4. Memberikan suatu pengalaman yang baru. » Penampilan bangunan yang sesuai keadaan iklim Indonesia yaitu iklim tropis namun bentuk bangunan berbeda dengan bentuk bangunan di lingkungan sekitar dan menimbulkan kesan bangunan mendominasi sehingga bangunan mempunyai daya tarik tersendiri.

» Bentuk simetris memberi kesan dinamis dan seimbang.

5. Penataan interior bangunan di usahakan menampilkan suasana yang akrab, nyaman dan tidak membosankan/tidak menimbulkan tekanan mental. » Pada ruang latihan Yoga di usahakan untuk memberikan

kesan cozy layaknya di rumah sendiri. Sehingga di harapkan penataan ruang dalam yang nyaman, dapat mendukung proses penyembuhan.

» Pada ruang terapi atau ruang dengan peralatan dipilih elemen-elemen desain yang dapat mengalihkan perhatian pengguna sehingga beban psikologis dapat direduksi dengan tampilan yang dinamis dan menarik dan sesuai dengan karakter anak dan karakter orang dewasa.

» Sedangkan pada ruang tunggu selain memasukkan unsur taman kedalam ruang untuk mengatasi kebosanan di perlukan juga fasilitas tambahan yang dapat mendukung » Sedangkan pada ruang tunggu selain memasukkan unsur taman kedalam ruang untuk mengatasi kebosanan di perlukan juga fasilitas tambahan yang dapat mendukung

6. Konsep warna pada interior bangunan

Para psikolog percaya bahwa warna mempengaruhi suasana hati menjadi yang sangat kuat dan berapa banyak waktu yang kita gunakan di dalam ruang kita. Sehingga warna sangat berperan serta mempengaruhi psikologi usia.

Konsep Warna Pada Psikologi Pengunjung (Anak, Remaja, Dewasa dan Lansia

Kesukaan anak terhadap warna tergantung pada selera pribadi dan sikap budaya, anak kecil menyukai warna yang cerah dan menyala serta kurang menyukai warna pastel. Dengan bertambahnya usia, sikap mereka berubah. Kebanyakan anak menyukai warna merah, biru, kuning, hijau dan kurang menyukai warna hitam, putih dan coklat. Konsep keindahan warna pada gambar lebih dipengaruhi warna daripada bentuk dan mereka mengartikan berdasarkan pengalaman, contoh warna kuning (warna matahari) yang memberi rasa kebahagiaan dan kehangatan. Kombinasi warna sangat tidak menentu pada anak kecil, merah- hijau dan merah-biru merupakan warna yang sangat disukai sedangkan coklat-hijau yang paling tidak disukai. Warna-warna tersebut disukai oleh para orang dewasa dan juga disukai oleh para lansia.

7. Desain Rekreatif Pada Bangunan

a) Desain Rekreatif Bagi Anak dan Remaja » Irama bangunan mengolah bentuk-bentuk non formil

(tidak monoton) » Terdapat

pengulangan/repetisi

bentuk agar

menimbulkan tidak jenuh

» Adanya kesatuan/unity antara bentuk satu dengan

bentuk-bentuk lainnya. » Pemakaian warna yang menarik dan dinamis.

b) Desain Rekreatif Bagi Orang Dewasa dan Lansia » Irama bangunan sedikit formil dan sedikit tidak

monoton. » Terdapat

pengulangan/repetisi

bentuk agar

menimbulkan tidak jenuh » Pemakaian warna dinamis.

B.5. Pendekatan Struktur

Dasar pertimbangan:

 Beban yang harus didukung.  Kondisi tanah.  Bentuk dan dimensi vertikal bangunan.  Karakter bangunan.  Pengaruh terhadap lingkungan sekitar.

Analisa: Beberapa pendekatan sistem struktur yang biasa digunakan sebagai bangunan komersial yaitu:  Sistem struktur konvensional

Sistem struktur ini pada umumnya menggunakan struktur rangka maupun core wall sebagai struktur badannya, struktur rangka baja sebagai struktur penutup atapnya.

Gb. III. 12. Struktur rangka dan struktur atap rangka baja.

 advanced structure system Sistem struktur ini menggunakan bahan, teknologi dan bentuk yang mutakhir seperti penggunaan struktur kabel, cangkang, spaceframe, truss, dan membran.

zHasil analisa: Bangunan Pusat Yoga yang direncanakan menggunakan

penggabungan antara sistem struktur konvensional dan advanced structure. Pada bangunan konvensi akan direncanakan menggunakan sistem struktur spaceframe, penggunaan dak pada bangunan utama sebagai roof garden dan roof photovoltaic, penggunaan baja ringan pada pada struktur rangka, zincalume dan aluminium pada bahan penutup atap dan bahan- bahan aman terhadap lingkungan lainnya.

B.6. Pendekatan Sistem Utilitas Bangunan

B.6.1 Analisa pencahayaan

1) Pencahayaan alami Dasar pertimbangan :

 Sistem pencahayaan yang hemat energi.  Pemanfaatan matahari untuk pencahyaan alami pada

ruang-ruang publik seperti atrium/ hall dan ruang pameran.

Gb. III.13. Struktur space frame, struktur kabel.

Sumber: dokumen pribadi

 Penggunaan pencahayaan sesuai dengan kebutuhan tanpa

pemborosan.

Analisa:

Sistem pencahayaan yang digunakan adalah sistem pencahayaan alami dengan memanfaatkan sinar matahari. Cahaya alami akan memberikan kesan transparan pada bangunan sehingga interior dapat terekspose dengan baik pada siang hari.

Hasil analisa  Penggunaan cahaya matahari sebagai sumber penerangan

utama pada siang hari.  Penggunaan sunshading pada bagian luar jendela sebagai pengatur banyaknya cahaya matahari yang masuk.

2) Pencahayaan buatan Dasar pertimbangan  Kebutuhan kuat penerangan.  Jenis penerangan.  Jenis ruang.

Analisa Pencahayaan digunakan selain untuk memberikan penerangan saat kondisi cuaca buruk atau malam, juga

Skema III. 8. Macam pencahayaan. sumber: analisa penulis.

Sinar matahari

Pencahayaan alami, menggunakan cahaya matahari

Pencahayaan artifisial

membutuhkan pencahayaan khusus sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Terdapat beberapa alternatif pencahayaan buatan, diantaranya:

 Fluorescence

Digunakan untuk ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan tinggi, seperti: koridor, ruang pameran dan sebagainya.

 Lampu pijar

Digunakan untuk ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan sedang, seperti: lift, shaft, dan sebagainya.

 Special lighting (spot light)

Digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan kuat penerangan khusus dalam upaya menciptakan suasana khusus, seperti; hall, ruang pameran, ruang pertunjukan dan sebagainya.

Hasil analisa  Pencahayaan buatan di dalam ruang-ruang pada

bangunan yang direncanakan menggunakan perpaduan antara fluorescence, lampu pijar dan special lighting yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing fungsi ruang. Agar pemanfaatan cahaya benar-benar optimal,

penggunaan

kisi-kisi

lampu untuk memfokuskan cahaya merupakan salah satu alternatif tindakan yang perlu diterapkan.

 Penggunaan cahaya pada saat malam atau kondisi cuaca buruk diantisipasi dengan penggunaan pencahayaan buatan. Untuk menghemat energi, penerangan dikontrol dengan pemasangan saklar dan dimmer control berupa alat peredup photo elektrik untuk mengendalikan

Skema III.9. Macam sistem penghawaan. sumber: analisa penulis.

Penghawaan alami

Fan

Cross Ventilation

B.6.2 Analisa Penghawaan

1) Sistem Penghawaan Alami Dasar Pertimbangan  Pemanfaatan angin sebagai penghawaan alami.  Penggunaan sistem penghawaan buatan yang ramah

terhadap lingkungan.

Analisa Angin barat laut banyak mengandung butir air hujan sangat baik untuk penghawaan alami. Cross ventilation melalui bukaan-bukaan bangunan dapat menjaga kesegaran udara dalam ruangan. Untuk membantu penghawaan di dalam ruangan yang berukuran besar dan ruang-ruang khusus dibantu dengan menggunakan penghawaan buatan.

Hasil analisa Pemanfaatan angin untuk penghawaan alami melalui cross ventilation pada bukan-bukan bangunan.

2) Sistem Penghawaan Buatan Dasar Pertimbangan

 Luasan bangunan yang membutuhkan pelayanan sistem

 Efisiensi pemakaiannya sesuai dengan volume ruang.

Analisa Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan konstan, maka bisa digunakan penghawaan buatan, seperti:

Tabel III.11 Macam-macam sistem air conditioning dalam bangunan sumber : Utilitas Bangunan, Ir. Hartono Poerbo, M Arch

Jenis Penghawaan

Kelebihan

Kekurangan

AC sentral

- scope pelayanannya

besar. - udara segar

terdistribusi secara merata ke dalam beberapa zone yang terkontrol oleh sebuah induk/pusat.

- Apabila beban kalor besar, AHU

harus berkapasitas besar pula.

- Jika pusat mati, keseluruhan area

penghawaan terkena.

AC split

Kondisi penghawaan antar tiap ruang tidak akan saling tergantung.

scope pelayanannya kecil.

Exhaust Fan

membantu pembuangan dan pergantian udara kotor.

Biasa digunakan pada area servis, beban kalor besar

Skema III.10. pengkondisian udara dengan AC

Chiller

AHU

Distribusi ke

ruangan

Kompresor

Hasil Analisa Pada ruang-ruang tertentu di Pusat Yoga akan digunakan

bantuan AC sebagai penghawaan buatan namun dimaksimalkan AC yang digunakan adalah AC yang ramah lingkungan. Penggunaan pengkondisian udara pada ruang-ruang:  Sistem sentral AC, digunakan pada ruang-ruang

tertentu seperti ruang-ruang pemasaran, ruang informasi dan promosi, serta ruang-ruang yang terdapat perangkat elektronik. Namun diperkirakan perangkat elektronik tersebut dapat menimbulkan panas.

 Sistem Split AC, digunakan pada ruang-ruang privat yang membutuhkan pengaturan penghawaan tersendiri dan skope yang kecil, seperti: ruang pengelola.

 Exhaust Fan, digunakan pada ruang servis, seperti

dapur, fasilitas parkir basement dll.

B.6.3 Analisa Mekanikal Elektrikal

1) Analisa Penyediaan Energi Listrik

a) Panel Photovoltaic.

Panel ini berfungsi sebagai pengubah energi matahari menjadi energi listrik. Pada aplikasi bangunan Pusat Yoga di Surakarta ini yang direncanakan, panel ini berfungsi sebagai penyedia sumber energi terutama pada siang hari dengan pemanfaatan sinar matahari.

Gbr. III. 14. Panel Photovoltaic sumber: Dimensi vol.4 No.1 Juni 2001 :13

b) PLN

Sumber listrik utama sebuah bangunan umumnya berasal dari PLN yang didukung oleh genset. Apabila terjadi kerusakan pada pendistribusian listrik dari PLN, maka akan diganti dengan menggunakan sistem standby emergency power (SEB) dari genset. Instalasi listrik di dalam bangunan secara umum dibagi 2 jenis, yaitu:

 Instalasi untuk penerang

Instalasi yang mendistribusikan energi listrik untuk seluruh jaringan peralatan penerangan baik di dalam maupun di luar bangunan.

 Instalasi untuk power

Panel Photovoltaic

Menangkap dan

mengumpulkan sinar

matahari

Baterai

Disimpan untuk digunakan pada malam hari atau saat cuaca dalam kondisi buruk

Konverter

Mengubah arus DC

menjadi arus AC

Titik penggunaan lampu

arus

DC

Skema III.11. Proses kerja Photovoltaic sumber: Dimensi vol.4 No.1 Juni 2001 :13

MATAHARI

Skema III.12. Analisa penyediaan listrik PLN sumber: analisa penulis

Meteran

Panel utama

Panel skunder

Panel skunder

Distribusi

Genset Distribusi

PLN

Instalasi yang mendistribusikan listrik untuk alat-alat elektronik lainnya seperti lift, AC, pompa dan sebagainya.

c) Hasil

Sumber energi pada Pusat Yoga menggunakan perpaduan yaitu dengan panel photovoltaic dan PLN. Hal ini diterapkan dalam rangka untuk penghematan energi mengingat kebutuhan listrik untuk bangunan publik sangat tinggi.

Sistem jaringan listrik yang dipakai utamanya dipasok dari Panel Photovoltaic (PV) yang disalurkan ke konverter sebagai pengubah arus DC menjadi arus AC. Sedangkan listrik dari PLN setempat merupakan sumber listrik cadangan apabila cuaca buruk dan persediaan listrik pada baterai penyimpan sudah habis. Sumber listrik cadangan lain adalah generator set yang dilengkapi ATS (Automatic Transfer Switch). Genset ini merupakan alternatif terakhir yang dipakai setelah listrik dari PV dan listrik dari PLN.

Instalasi ini secara umum dapat dibedakan menjadi 2:  Instalasi listrik untuk penerangan

 Instalasi listrik untuk power (pompa, dll).

Skema III. 13. Analisa aplikasi aliran listrik bangunan sumber: analisa penulis

Panel Sekunder (penerangan)

Panel Photovoltaic

Menangkap dan

mengumpulkan

sinar matahari

Konverter

Mengubah arus DC menjadi arus

AC

Baterai

Disimpan untuk digunakan pada malam

hari atau saat cuaca dalam kondisi buruk

ATS

PLN

Meteran PLN

Panel Distribusi Utama

Panel Sekunder (power)

B.6.4 Analisa Sistem Komunikasi

- Intern Menggunakan telepon interkom, PABX (Private Automatic Branch Exchange ), melayani komunikasi eksternal dan menghubungkan komunikasi dengan internet melalui operator.

- Ekstern Komunikasi pegawai di dalam bangunan dengan pihak luar, menggunakan telepon dan fax.

Skema III.14. Analisa jaringan komunikasi sumber: analisa penulis

PT. Telkom

Panel Kontrol

Telepon Lokal Faks Internet

Operator

SLJJ/SLI

B.6.5 Analisa Sistem Sanitasi dan Pengolahan Sampah

1) Analisa Penyediaan Air Bersih

Sumber air bersih berasal dari PDAM dan sumur yang ditampung pada bak penampungan dan didistribusikan melalui pipa-pipa saluran. Pendistribusian air bersih di dalam bangunan menggunakan sistem down feed distribution , air dari PDAM dan sumur disalurkan menuju tangki yang berada di atas (roof tank) melewati water treatment dengan menggunakan pompa, kemudian disalurkan menuju ruang-ruang yang memerlukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Penyalaan pompa air menggunakan saklar otomatis yang menyala apabila air pada roof tank mencapai batas minimal dan mati apabila air mencapai batas maksimal.

2) Analisa Sistem Sanitasi

Sistem sanitasi harus memiliki kemampuan tidak merusak lingkungan pada saat pengoperasian maupun pembuangan. Sistem Sanitasi di dalam bangunan mencakup pembuangan atau penyaluran air kotor dan air hujan.

Skema III. 15 Sistem down feed distribution sumber: analisa penulis

PDAM

Pompa

Top Reservoir

Distribusi Sumur

Fasilitas

Pompa Hydrant Hydrant

Ground tank

Air hujan dari atap

Pipa Vertikal

Top Reservoir

Air hujan sekitar site

Bak kontrol

Groun tank Khusus

Fasilitas Toilet& Distribusi

Taman

Air kotor merupakan air yang berasal dari area servis, cafetaria atau pantry dan lavatory.

 Air hujan

Pembuangan air hujan melalui saluran-saluran terbuka maupun tertutup.

Untuk saluran horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah dan daerah yang terkena jatuhan air hujan. Untuk membantu penyerapan ke dalam tanah selain menggunakan lapangan rumput di sekitar bangunan, jalan-jalan yang ada dibuat dengan menggunakan bahan grass block. Namun pada komplek bangunan yang di rencanakan, air hujan dapat diproses kembali menjadi air untuk pembersihan toilet ataupun untuk meyiram taman.

Dapur

Penangkap lemak

Air kotor

Bak penampung Toilet

Sumur

Tinja Resapan STP

Skema III.16. Sistem sanitasi bangunan sumber: analisa penulis

WWTP

dimanfaatkan kembali

Skema III.18. Analisa pengelolaan sampah sumber: analisa penulis

Sampah yang dapat

didaur ulang

Sampah yang tidak

dapat didaur ulang

Bak penampung sampah daur ulang

Shaft sampah

Bak penampung sampah non daur

ulang

Pupuk Taman

Pengolahan sampah plastik&

kerajinan tangan

3) Analisa Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah yang masih bisa didaur ulang dan sampah yang tidak bisa didaur ulang. Hal ini bertujuan untuk menghindari pembuangan sampah yang dapat merusak lingkungan dengan cara memisahkannya dan ditempatkan secara terpisah dari sampah-sampah lain yang memungkinkan bisa ditangani lebih lanjut sebelum dibuang.

Sistem pembuangan sampah dengan cara mengumpulkan sampah melalui shaft sampah yang dilengkapi lubang hawa, dilapisi bahan kedap suara dan pintu berpegas yang mampu menutup sendiri. Pembuangan sampah melalui shaft ini memanfaatkan gaya grafitasi menuju bak penampungan sampah sementara. Setelah pemisahan barulah di olah kembali menjadi pupuk maupun kerajinan daur ulang lainnya.

B.6.6 Analisa Pengamanan Kebakaran dan Petir

1) Analisa Pengamanan Kebakaran

a) Dasar Pertimbangan

Untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran, faktor yang menentukan adalah:

 Fungsi bangunan.  Luasan bangunan.  Peralatan yang ada di dalam bangunan yang dapat

memicu terjadinya kebakaran.

b) Analisa Sistem yang biasa digunakan yaitu:  Sistem Fire Alarm

Berfungsi

untuk

mengetahui dan memperingatkan terjadinya bahaya kebakaran. Jenis alarm ini menggunakan dua sistem, yaitu sistem otomatis yang menggunakan smoke and heat detector dan one push button system. Di setiap detector dan button dilengkapi sensor untuk mengetahui lokasi terjadinya kebakaran.

Di setiap lantai jaringan detector, button dan sensor dipusatkan pada sebuah junction box yang kemudian diteruskan ke kontrol panel. Kontrol panel ini akan memberikan isyarat dalam bentuk indikasi yang dapat dilihat (lampu) dan didengar (alarm) serta mengaktifkan sprinkler.

 Sistem Sprinkler Air

Berfungsi mencegah terjadinya kebakaran pada radius tertentu untuk melokalisir kebakaran. Sprinkler air berfungsi apabila dipicu oleh heat and smoke detector yang memberikan pesan ke junction box . Setiap sprinkler juga dilengkapi dengan sensor untuk mengetahui lokasi kebakaran.

 Fire Estinguisher

Berupa tabung karbondioksida portable untuk memadamkan api secara manual oleh manusia. Tempatkan di tempat-tempat strategis yang mudah dan dikenali serta di tempat yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi.

 Indoor Hydrant

Berupa gulungan selang dan hydrant sebagai sumber airnya, digunakan untuk memadamkan api yang cukup besar. Diletakan di tempat-tempat strategis yang mudah dan dikenali serta di tempat yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Sumber air hydrant diambil dari ground tank yang dipompa dengan pompa hydrant.

 Outdoor Hydrant

Dihubungkan pada pipa ground tank dan pompa hydrant untuk mendapatkan kepastian sumber air dan tekanan air yang memadai.

 Tangga Darurat

Lebar

tangga

direncanakan mampu digunakan untuk 2-3 orang yang berjalan bersampingan.

c) Hasil

Dari analisa di atas, maka dapat diketahui kebutuhan pengamanan terhadap bahaya kebakaran:

 Dalam ruangan

Menggunakan fire alarm, sprinkler air, fire estinguisher , indoor hydrant dan tangga darurat.

 Luar Ruangan Menggunakan outdoor hydrant.

2) Analisa Pengamanan Bahaya Petir

a) Dasar Pertimbangan

 Kemampuan untuk melindungi gedung dari

sambaran petir.  Tidak menyebabkan efek elektrifikasi atau flashover pada saat penangkal petir mengalirkan arus listrik ke grounding.

 Pemasangannya tidak mengganggu penampilan

bangunan.

b) Analisa

Macam sistem penangkal petir yang sering digunakan:

Tabel III.12. alternatif pemilihan sistem pengamanan bahaya petir. sumber: Utilitas Bangunan, Ir. Hartono Poerbo, M Arch.

Sistem Franklin

Sistem Faradday

Prinsip kerja

Bila terjadi petir akan terjadi ionisasi di awan. Loncatan ion-ion dapat ditahan oleh preventor sehingga tidak mengenai bangunan. Radius perlindungan sama dengan tinggi preventor.

Tiang-tiang faraday yang berjarak kurang lebih 20 m (antar tiang) terletak di sekeliling bangunan untuk melindungi bangunan dari sambaran petir.

Keuntungan Harganya lebih murah

dibandingkan sistem Faradday.

Sifat perlindungan lebih baik karena aliran listrik langsung dialirkan ke ground di tanah.

Kerugian

Bila suatu saat ion-ion

Lebih mahal Lebih mahal

dibandingkan sistem Franklin.

c) Hasil

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sistem yang digunakan adalah sistem Faradday. Sistem Faradday berupa tiang setinggi 50 cm. Tiang-tiang ini dipasang di puncak bangunan atau atap, kemudian dihubungkan dengan kawat yang dimasukkan ke dalam pipa yang tidak memiliki kemampuan menghantarkan listrik (pipa paralon), dan kemudian dihubungkan dengan ground . Pada ujung ground diberi kolam air untuk memperbesar penghantaran listrik ke tanah.