Jenis dan Teknik Evaluasi

3. Jenis dan Teknik Evaluasi

a. Jenis Evaluasi

Aunurrahman (2009: 221) memb edakan jenis evaluasi hasil belajar menjadi tiga yaitu evalu asi formatif, su matif dan diagnostik.

1) Evaluasi Formatif Evaluasi fo rmatif adalah kegiatan evaluasi yang d ilaku kan pad a akhir tiap pokok bahasan, satuan pelajaran maupun komp etensi. Evaluasi formatif biasanya dilaksanakan pada pertengahan pro gram p embelajaran. Cangelosi (1995:2) menyatakan bahwa, ”Penilaian fo rmatif ad alah penilaian tentang prestasi siswa yang mempengaruhi rencana p elajaran guru”. Hal ini dikarenakan evaluasi formatif bertujuan untuk memperoleh masu kan tenta ng tingkat keberhasilan p elaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi formatif biasanya digunakan sebagai ump an balik bagi guru dan siswa. Seperti dijelaskan Linn dan Groundlund (2000 : 41), ”Formative assessment is used to monitor learning prog ress during instruction. Its purpose is to provid e con tinuous feedback to bo th stud en t and teacher concerning learning successes and failure ”. Umpan b alik siswa dapat berup a pengu atan b agi siswa yang berhasil dan remidiasi bagi yang gagal. Sedangkan umpan balik bagi guru berupa masukan untuk perbaikan dalam strategi mengajarnya. Jadi evaluasi formatif bukan u ntuk menentukan keberhasilan hasil belajar semata, tetapi juga untu k mengetahui keb erhasilan pro ses pembelajaran.

2) Evaluasi Sumatif Aunurrahman (2009: 222 ) menyatakan, “Evaluasi sumatif adalah evalu asi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalam nya tercakup leb ih dari satu pokok b ahasan dan dimaksu dkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari su atu unit ke unit berikutnya”. Pendapat senada dikemukakan oleh Linn dan Gronlu nd (2000: 41), “Summative evaluation typically comes at the end of the course (or unit) of instruction ”. Jadi evaluasi sumatif merup akan evaluasi yang dilaksanakan tiap akhir p emb elajaran atau semester. Evaluasi sumatif dirancang u ntuk mengetahui sejauh mana tu juan pembelajaran telah dicapai. Linn dan Grou ndlund (2000: 41) menyatakan,“It is designed to determine the extent to which the instru ctional goals have b een achieved and is used primarily fo r assigning course grades or for certifying student mastery of th e intended learning outco mes” . Pendapat senada diungkap kan Saiffudin Azwar (2002: 11) yang menyatakan, “Fungsi sumatif ad alah penggu naan tes prestasi untuk mempero leh info rmasi mengenai penguasaan p elajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu pro gram pelajaran”. M ateri p ada evalu asi su matif harus mewakili semua bahan yang telah d iajarkan agar semua tujuan pembelajaran dapat teru kur. Tingkat keberhasilan evalu asi sumatif dap at dinyatakan dengan nilai, sertifikat, piagam dan sebagainya.

3) Evaluasi diagno stik Evaluasi diagnostik merup akan sala h satu cara untuk mengetahui

kesu litan siswa terhad ap materi pelajaran yang telah diberikan gu ru. Tes diagnostik bertu ju an untu k mengetahui kesulitan atau bagian-bagian materi yang belum dikuasai siswa terhadap suatu pelajaran. Aunurrahman (2009 : 222) menyatakan, “Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada p ada siswa sehingga dapat diberikan p erlakuan yang tepat”. M ateri evalu asi diagnostik umumnya d itekankan pad a bahan tertentu yang biasanya sulit dipahami p eserta didik. Hasil evaluasi ini memberikan informasi tentang kesu litan yang dialami peserta d idik untuk kemudian d icarikan solu si yang kesu litan siswa terhad ap materi pelajaran yang telah diberikan gu ru. Tes diagnostik bertu ju an untu k mengetahui kesulitan atau bagian-bagian materi yang belum dikuasai siswa terhadap suatu pelajaran. Aunurrahman (2009 : 222) menyatakan, “Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada p ada siswa sehingga dapat diberikan p erlakuan yang tepat”. M ateri evalu asi diagnostik umumnya d itekankan pad a bahan tertentu yang biasanya sulit dipahami p eserta didik. Hasil evaluasi ini memberikan informasi tentang kesu litan yang dialami peserta d idik untuk kemudian d icarikan solu si yang

b. Teknik Evaluasi

Istilah teknik dapat diartikan sebagai alat, jadi yang dimaksud denga n teknik e valuasi yaitu alat yang d igunakan u ntuk evaluasi. Peserta did ik merupakan individu yang memiliki karakter, latar belakang dan kemamp uan beragam. Menyikapi perbed aan tersebu t, d iperlu kan suatu alat yang dapat mengukur kemampuan tiap individu secara akurat. Secara umum teknik evaluasi digolongkan menjadi dua yaitu teknik non tes d an tes.

1) Teknik Non Tes Hasil belajar mencakup sejumlah aspek, d i mana setiap aspek terseb ut memerlukan alat ukur yang b erbed a. Teknik non tes merupakan alat evalu asi untu k mengukur perub ahan sikap dan pertumbuhan psikologi (Zainal Arifin, 2012: 152). Teknik non tes memiliki ked udukan yang penting dalam evaluasi, terutama dalam mengu kur perubahan p sikologi. Data yang diku mpulkan dari

teknik tes saja belu mlah lengkap dan tidak akan b ermakna karena belum mencakup semua aspek hasil belajar.

Pengukuran teknik non tes dapat menggunakan alat ukur yang beragam. Zainal Arifin (2012: 152) menyebutkan teknik non tes dapat berupa

observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala p enilaian, angket, studi kasu s, catatan insidental, sosiometri dan inventori kepribad ian. Anas Sudijono (2008: 76 ) menyatakan,

Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan d engan tanp a menguji peserta didik melainkan dilakukan dengan melakuka n pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyeb arkan angket (questionnaire) dan memeriksa atau meneliti do kumen-dokumen (documen ta ry ana lysis).

Observasi merupakan cara pengambilan data dengan melaku kan pengamatan dan pencatatan secara sistematis suatu objek yang akan diukur. Observasi sering digunakan sebagai alat ukur tingkah laku ind ividu atau proses Observasi merupakan cara pengambilan data dengan melaku kan pengamatan dan pencatatan secara sistematis suatu objek yang akan diukur. Observasi sering digunakan sebagai alat ukur tingkah laku ind ividu atau proses

Wawancara merupakan cara pengambilan data dengan melakukan tanya jawab lisan d engan tuju an yang telah ditentukan sebelumn ya. Ada dua je nis wawancara yaitu wawancara terp impin dan tidak terpimpin. Wawancara terpimpin yaitu wawancara di mana evalu ator berpegang p ada panduan wawancara yang item pertanyaann ya telah dipersiap kan terleb ih d ahulu. Sed angkan wawancara tidak terpimipin merupakan wawancara di mana evalu ator menanyakan pertanyaan d engan bebas tanpa pand uan wawancara (Anas S udijono, 2008: 82).

Angket merup akan cara pengu mpulan data dengan memberikan pertanyaan tertulis yang biasanya berhubungan dengan kepribadian dari responden. Oleh karena itu , angket sering digunakan untuk menilai hasil belajar afektif. Angket dapat berb entu k pilihan ganda dan skala sikap. Angket

berb entu k pilihan ganda terdiri d ari pernyataan tidak lengkap yang d iikuti beb erap a alternatif jawaban yang dapat melengkapi pernyataan terseb ut. Angket berbentuk skala sikap terdiri dari pernyataan yang diikuti d engan skala kepribad ian (Anas Sud ijono , 2008: 84).

Pemeriksaan dokumen merupakan cara menghimpun d ata melalui pemeriksaan dokumen-dokumen siswa yang b erisi riwayat hidup, riwayat orang tua maupun lingkungan tempat tinggalnya. Informasi-informasi terseb ut dap at direkam melalui d okumen berbentuk formulir yang telah diisi sebelumnya oleh siswa. Dengan d emikian, kapan pun informasi-informasi Pemeriksaan dokumen merupakan cara menghimpun d ata melalui pemeriksaan dokumen-dokumen siswa yang b erisi riwayat hidup, riwayat orang tua maupun lingkungan tempat tinggalnya. Informasi-informasi terseb ut dap at direkam melalui d okumen berbentuk formulir yang telah diisi sebelumnya oleh siswa. Dengan d emikian, kapan pun informasi-informasi

2) Teknik Tes Tes merupakan hal pertama yang diingat ketika membahas tentang penilaian hasil b elajar. Tes sering digunakan d alam proses penilaian sehingga lambat laun tes menjadi identik dengan penilaian. Tes merupakan alat pengu kuran terencana yang d igunakan guru untuk memberikan kesemp atan bagi siswa memperlihatkan prestasi mereka dalam kaitannya d engan tujuan yang telah ditentukan (Cangelosi, 1 995:23). Airasian dan Russel (2008: 9) menyatakan,”A test is a forma l, systematic pro cedure used to gather informa tion about students achievement or other cognitive skills” . Anas Sudijono (2005 : 66) mengungkap kan, ”Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian”. Berdasarkan pengertian terseb ut dapat disimpu lkan tes merupakan prosedur untu k mengukur kemampuan siswa dalam kaitannya d engan tujuan yang telah d itentu kan sebelumnya.

Beb erapa istilah yang sering diju mp ai dalam tes yaitu testing , testee, dan tester . Testing adalah waktu pelaksa naan tes. Testee ad alah orang yang

mengerjakan tes yang akan diukur baik dalam hal kemampuan, minat, bakat atau p encapaiannya. Sed angkan tester adalah pelaksana tes yang bertugas menyiap kan ruangan d an kep erluan yang dibutuhkan, membagikan lembaran tes, menerangkan cara mengerjakan tes, mengawasi jalannya tes, memberikan tanda-tanda waktu, mengu mpulkan pekerjaan testee dan mengisi berita acara yang dip erlukan.

Collins (2 011: 32), menyatakan, ”Different assessment practices leads to different types of attitudes toward student learning, wh ich can be tra ced back to theoritical p erspectives” . Praktek asesmen yang berbeda menyeb abkan berb agai jenis sikap belajar siswa yang berbeda pula. Perbedaan ini tampak dalam tujuan diadakannya tes, tuju an yang tidak jelas akan mengab urkan hasil pengu kuran. Djemari Mardap i (2008: 72) menyebutkan ada delap an tujuan tes yang p enting. Terkadang satu item tes dapat digunakan u ntuk beberap a tujuan.

Meski demikian tidak semua tes a kan memiliki efektivitas yang sama untuk semu a tujuan.Tujuan tersebu t antara lain (Djemari Mardapi, 200 8: 72)

(1) mengetahui tingkat kemamp uan peserta didik, (2) mengu kur pertu mbuhan dan perkembangan peserta did ik, (3) mendiagno sis kesu litan belajar peserta did ik, (4) mengetahu i hasil pengajaran, (5) mengetahui hasil belajar, (6) mengetahu i p encap aian kurikulum, (7) mendorong peserta didik belajar, dan (8) mendorong pendidik mengajar yamg lebih baik dan peserta didik bela jar lebih baik

Berdasarkan bentuk pertanyaannya tes dibagi menjadi du a kelompok yaitu tes esai dan tes objektif. Tes esai merupakan tes yang menuntut

kreativitas, di mana peserta didik diharuskan mampu menyusun sendiri kata- kata dan kalimat-kalimat untuk merumuskan jawaban yang benar. Tes esai berupa p ertanyaan tertulis yang membutuhkan uraian jawaban yang relatif panjang. Dalam pengerjaannya, peserta didik diharap kan memiliki kemamp uan menje laskan, membandingkan d an mengiterpretasikan materi yang dip elajari. Sehingga tes bentuk ini cocok d igunakan untuk mengukur hasil belajar yang tingkat kognitifnya komp leks (Purwanto, 2009: 70).

Tes esai meski mampu mengukur tingkat kognitif yang ko mpleks, namun memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tes esai yang pertama adalah tingkat subjektivitasnya tinggi. Penilai yang berbed a dap at memberika n penilaian yang berbeda pula meski jawaban yang dinilai sam a. Kelemahan kedua, tes esai membutuhkan jawab an yang panjang sehingga tidak memungkinkan menuliskan b utir tes dalam jumlah yang banyak. Hal ini menyebab kan tes esai tidak rep resentatif dalam mengukur kemampuan p eserta didik. Kelemahan ketiga yaitu waktu pengoreksian yang lama. Guru harus mengoreksi jawaban p eserta didik dengan hati-hati untu k menghindari adanya subjektivitas (Purwanto, 2009: 72).

Purwanto (2009: 72) menyatakan, ”Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi ya ng diperlukan untuk menjawab tes telah tersed ia”. Artinya dalam tes objektif poko k so al telah mengandung kemungkina n jawaban yang harus d ipilih atau dikerjakan oleh p eserta didik. Sedangkan Harjanto (2006: 279) menyatakan, ”Tes objektif adalah tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes tersebu t dap at dinilai secara objektif, dinilai Purwanto (2009: 72) menyatakan, ”Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi ya ng diperlukan untuk menjawab tes telah tersed ia”. Artinya dalam tes objektif poko k so al telah mengandung kemungkina n jawaban yang harus d ipilih atau dikerjakan oleh p eserta didik. Sedangkan Harjanto (2006: 279) menyatakan, ”Tes objektif adalah tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes tersebu t dap at dinilai secara objektif, dinilai

Tes objektif memiliki beberapa keunggulan dib anding jenis tes esai. Pertama, tes objektif memiliki tingkat objektivitas yang tinggi. Sebuah jawaban dalam tes o bjektif hanya memiliki satu kemungkinan yaitu benar atau salah. Dengan kata lain tingkat kebenaran tes objektif bersifat mutlak. Sehingga penilai yang berbeda akan memberikan nilai yang sama pada jawaban yang sama. Kedu a, tes objektif didesain untuk waktu pengerjaan yang relatif singkat sehingga memungkinkan penulisan item tes dalam jumlah b anyak. Hal ini berarti tes objektif bersifat lebih representatif mewakili materi p elajaran (Purwanto, 2009: 72).

Kelemahan tes objektif yaitu tes jenis ini jarang d igunakan untuk mengukur tingkat ko gnitif yang kompleks. Selama ini tes objektif lebih sering digunakan untu k mengukur tingkat kognitif rendah seperti mengingat, memahami d an menerapkan. Selain itu tes objektif memungkinkan adanya peluang melakukan tebakan (guessing) yang tinggi. Unsur guessing menyebab kan hasil tes yang diperoleh kurang akurat d alam menguku r kemampuan peserta didik (Purwanto, 2009: 73). Namu n demikian, penyusuna n tes objektif secara hati-hati dap at mengatasi kelemahan-kelemahan yang ad a pad a tes objektif itu sendiri.

Anas Sudijono (2005: 107) membedakan tes objektif menjadi lima yaitu ”(1) tes objektif benar salah (tru e-false test); (2) tes objektif menjodohkan (matching test); (3) tes objektif melengkapi (completion test); (4) tes objektif isian (fill in test); (5) tes objektif pilihan ganda (multiple cho ice item test)”. Kelima bentuk tes objektif tersebut memiliki kelebihan dan keku rangan masing-masing. Biasanya u ntuk pemilihan bentuk tes yang digu nakan disesu aikan dengan materi pelajaran dan waktu pengerjaan.