Partisipasi Guru dan Staf/ Karyawan dalam Program RSBI

2. Partisipasi Guru dan Staf/ Karyawan dalam Program RSBI

RSBI adalah suatu program peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia yang memerlukan peran dari semua pihak/ stake holder, terutama guru. Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan maupun implementasi dalam program. Dalam sistem dan proses pendidikan mana pun, guru tetap memegang peranan penting karena siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Bapak Yanuar, selaku guru Biologi SMA 1 Salatiga sekaligus ketua MGMP Biologi pada RSBI di Jawa Tengah :

“ ya..karena ini suatu program yang bertujuan dalam peningkatan siswa, otomatis sebagai garda paling depan, guru terutama sains dan semuanya mau tidak mau harus partisipasi aktif secara penuh, baik dalam pengelolaan kelas, peningkatan kualitas teknik belajar, juga aplikasi teknik pembelajaran secara penuh ..”

( wawancara, 10-6-2009) Ibu Dra. Nur Hayani, selaku Wakasek. Urusan Kesiswaan juga

menambahkan sebagai berikut : “..guru disini sebagai fasilitator , lebih memfasilitasi, bukan lagi’ teacher center’

tapi ‘student center’ karena dengan RSBI ini guru dituntut untuk menjadi inovatif, pikiran/visi maju kedepan, pikiran mau berubah mengikuti kemajuan jaman dan teknologi, sehingga disini pun guru menjadi lebih memberikan contoh bagaimana menjadi kreatif, dimana pembelajaran tidak konvensional lagi dan mengubah yang berbasis teknologi, misalnya mengaktifkan siswa dalam penggunaan internet, browsing materi , kemudian mempresentasikan dengan menggunakan power point/ LCD ,sehingga memudahkan mereka mengambil informasi secara cepat dan tepat…ya disini dalam proses lah” ( wawancara, 10-6-2009)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Dra.Wahyu T, M.Pd selaku guru Matematika SMA 1 Salatiga sebagai berikut :

“ guru sebagai fasilitator juga motivator…..kadang anak kan bilang ngapain kita capek-capek bahasa Inggris…saya bilang kita kan RSBI ya harus ..ya jangan samakan dengan sekolah-sekolah lain yang belum RSBI…” (wawancara, 20-6- 2009)

Peranan guru sebagai fasilitator dan motivator dalam program RSBI ini memang harus dapat berpartisipasi dengan aktif secara penuh. Guru juga merupakan barisan pengembang program yang terdepan, maka guru pulalah yang selalu melakukan perbaikan penyempurnaan kualitas pendidikan itu sendiri. Guru juga dituntut untuk mengikuti perkembangan jaman dan teknologi. Pembelajaran juga harus sudah berubah dari konvensional menuju arah bertaraf internasional.

Partisipasi guru, terutama guru sains memang dituntut lebih ditingkatkan, baik dalam penguasaan materi dan proses pembelajaran yang berkualitas internasional maupun dalam hal pemanfaatan teknologi dan penguasaan bahasa Inggris. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Yanuar, selaku guru Biologi SMA

1 Salatiga sekaligus ketua MGMP Biologi pada RSBI di Jawa Tengah berikut ini: “..dalam program RSBI ini yang paling dibangun adalah membangkitkan

semangat guru sains di dalam mengikuti perkembangan jaman, semisal guru-guru sains harus mengikuti tentang penggunaan teknologi, paling tidak menggunakan komputer, kedua guru sains harus bisa menerapkan ilmu se-kualitas internasional dalam rangka peningkatan kualitas siswa juga, ketiga upaya-upaya dari guru sains mendalami tentang materi-materi referensi dari luar negeri yang berbahasa Inggris, mau tidak mau harus menguasai bahasa tersebut…” (wawancara,10-6-2009)

Pihak sekolah di SMA 1 Salatiga juga sepenuhnya mendukung akan partisipasi para guru dalam rangka mensukseskan program RSBI ini. Sejak awal , pihak sekolah selalu memberikan dukungan dan fasilitas kepada guru untuk mengembangkan program ini. Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran di SMA 1 Salatiga, pihak sekolah pun juga memberikan dukungan terhadap peningkatan kemampuan bahasa asing para guru dan penguasaan IT. Bapak

Yanuar selaku guru Biologi SMA 1 Salatiga sekaligus ketua MGMP Biologi pada RSBI di Jawa Tengah juga menuturkan hal serupa :

“…memang berbagai persiapan dan upaya untuk mencapai SBI banyak hal ;sarana prasarana,dan juga guru-guru terutama sains di SMA 1 Salatiga perlu banyak lagi peningkatan, baik berbahasa Inggris, ..termasuk saya, dan juga penguasaan IT, walupun sekolah sudah melakukan pelatihan, tapi sebagai manusia yang ingin maju harus selalu siap…dan tidak cepat berpuas diri…” (wawancara, 10-6-2009)

Ibu Dra. Nur Hayani, selaku guru Bahasa Inggris SMA 1 Salatiga mengatakan bahwa pihak sekolah selama ini, sudah berusaha melibatkan guru dalam rangka peningkatan kualitas program, seperti halnya dalam penguasaan bahasa Inggris, Sekolah juga bekerja sama dengan berbagai Perguruan Tinggi/ Universitas, seperti UKSW Salatiga dan UNS Surakarta. Pihak sekolah juga bekerja sama menyelenggarakan TOIEC dan TOEFL bagi para guru dan siswa. Di samping itu, kedatangan Miss Rushy sebagai Native Speaker selama 9 bulan juga telah mewarnai pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan cuplikan wawancara ini

“ kalau penguasaan bahasa Inggris, pihak sekolah sudah membuka banyak usaha dan kesempatan guru pada belajar kerjasama dengan universitas yaitu UKSW dan UNS, kemudian juga seperti TOIEC dan TOEFL , lalu sekolah juga mengundang para guru untuk mengaktifkan bahasa Inggris kembali dengan mendatangkan native speaker selama 9 bulan untuk memanfaatkan moment ini dengan sebaik- baiknya….tapi kendalanya juga ada seperti hal ini belajar di waktu tua / lanjut memang perlu kerja keras, masih lagi ada yang sibuk banget lah…, waktu belajar yang sempit, dan lainnya, sehingga target yang ingin dicapai sulit..” (wawancara, 3-6-2009)

Meskipun pelatihan-pelatihan bahasa Inggris sering dilakukan, namun tidak semuanya guru dan siswa bisa sepenuhnya menguasai bahasa Inggris dalam pembelajaran, berbagai kendala pun juga ada. Ada beberapa guru yang menerapkan penggunaan bahasa Inggris hanya sebatas soal-soal, tetapi dalam Meskipun pelatihan-pelatihan bahasa Inggris sering dilakukan, namun tidak semuanya guru dan siswa bisa sepenuhnya menguasai bahasa Inggris dalam pembelajaran, berbagai kendala pun juga ada. Ada beberapa guru yang menerapkan penggunaan bahasa Inggris hanya sebatas soal-soal, tetapi dalam

“…penggunaan bahasa Inggris untuk soal saja, penyampaian materi belum seutuhnya…proses lah mas,..tetapi dalam hal ini, anak pun kita khawatirkan dengan keterbatasan bahasa malah tidak kena, kan kadang-kadang kita sesuaikan…selama ini kalu menerangkan biasa, paling cuma openingnya saja bahasa inggris, tapi soal-soal sudah bahasa Inggris….itu kalo saya, guru-guru yang lain banyak yang sudah menerapkan seutuhnya….kalo sekolah mengadakan pelatihan sih itu membantu, tapi saya kan punya keterbatasan waktu…” (wawancara, 27-5-2009)

Berbeda halnya dengan apa yang disampaikan dengan Bapak Yanuar selaku guru Biologi SMA 1 Salatiga sekaligus ketua MGMP Biologi pada RSBI di Jawa Tengah yang sudah mencoba menggunakan bahasa Inggris dalam pembelajarannya sebagai berikut :

“..karena ini tuntutan, kami sudah mencoba dalam proses pembelajaran dengan bahasa Inggris, baik segi penyampaian materi maupun soal-soal, namun kadang ada kekhawatiran dengan pertimbangan dimana tidak semua siswa siap proses ini dengan bahasa asing, karena bahasa Inggris dalam ilmu sains tidak sama dengan umum, sehingga ada hal-hal tertentu yang dimaklumi…tetapi selama ini, setiap kali tatap muka kami sudah mencoba dan harus bisa….dan setiap tahun ada peningkatan …” (wawancara, 10-6-2009)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Dra.Wahyu T, M.Pd selaku guru Matematika SMA 1 Salatiga sebagai berikut : “penggunaan bahasa Inggris sudah,…minimalkan kan karena bahasa Inggrisnya

matematika dengan bahasa Inggris pada umumnya beda, kalo matematika kan sudah ada istilah-istilahnya sendiri-sendiri for example , right umumnya kanan, tapi ini segitiga siku-siku dalam triangle,… ..yang penting kita jelaskan dulu keyword-nya / kata kuncinya,…penyampaian materi sudah ya dispend condition lah…tapi kalo buku/materi/soal-soal full in English,..saya kan punya modul sendiri dalam bahasa Inggris..” (wawancara, 20-6-2009)

Dalam program RSBI, hal yang perlu diperhatikan lagi selain penggunaan bahasa Inggris adalah pemanfaatan teknologi. Partisipasi guru dalam program RSBI ini juga dapat dilihat dari bagaimana pemanfaatan Teknologi Informasi/ ICT dalam proses pembelajaran . Untuk mencapai standar proses pembelajaran, Dalam program RSBI, hal yang perlu diperhatikan lagi selain penggunaan bahasa Inggris adalah pemanfaatan teknologi. Partisipasi guru dalam program RSBI ini juga dapat dilihat dari bagaimana pemanfaatan Teknologi Informasi/ ICT dalam proses pembelajaran . Untuk mencapai standar proses pembelajaran,

1 Salatiga: “….sekarang kan sekolah RSBI, semua guru dan siswa dituntut untuk bisa

memanfaatkan teknologi itu, disini setiap kelas sudah dilengkapi dengan LCD, guru juga di beri Lap top….guru juga harus bisa pembelajaran menggunakan multimedia, seperti Lab bahasa….sehingga RSBI ini membuat guru untuk belajar mengembangkan diri,…tantangan ini mas…jadi kalo saya sih ya bagus lah mas..sekolah ini sudah memberikan fasilitasnya untuk pendidikan lebih meningkat lebih baek..tapi perlu ditingkatkan..” ( wawancara, 10-6-2009)

Meskipun fasilitas ICT belum sepenuhnya mencukupi, tetapi usaha untuk memanfaatkan ICT dalam pembelajaran memang sudah kelihatan di SMA 1 Salatiga. Berbagai upaya / pelatihan juga telah dilakukan bagi para guru. Penggunaan ICT pada sesudah jam pelajaran sekolah juga sering dilakukan baik para guru maupun siswa itu sendiri. Bapak Khamim selaku guru Teknologi dan Informasi juga mengungkapkan hal tersebut dalam cuplikan wawancara berikut ini :

“..pemanfaatan saya kira sudah maksimal, sebagai contoh layanan internet setelah jam pelajaran banyak digunakan oleh para guru dan siswa untuk mengakses materi ajar, adaptasi kurikulum dengan luar….kemampuan guru dan siswa saya kira sudah melebihi dari fasilitas yang ada….Trainning berkaitan dengan tekonologi juga dilakukan…” ( wawancara, 10-6-2009) Kegiatan atau program lain yang dilakukan oleh sekolah terkait

peningkatan kualitas guru adalah dengan mengadakan seminar/ in house training tentang pengembangan kurikulum, penggunaan bahasa asing, pemanfaatan teknologi, manajemen sekolah dan lainnya dilakukan secara rutin atau berkala (lihat foto di lampiran). Melalui kegiatan tersebut, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru peningkatan kualitas guru adalah dengan mengadakan seminar/ in house training tentang pengembangan kurikulum, penggunaan bahasa asing, pemanfaatan teknologi, manajemen sekolah dan lainnya dilakukan secara rutin atau berkala (lihat foto di lampiran). Melalui kegiatan tersebut, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru

“..pelatihan-pelatihan guru…. selama ini sudah kontinyu, setiap tahun juga ada program terkait IT, bahasa Inggris,…kami juga mengadakan in house training…itu semua dalam rangka peningkatan kualitas SDM..” ( wawancara, 10- 6-2009) Bapak Drs. Ahmad Syaefudin, selaku Wakasek Kurikulum SMA 1

Salatiga juga mengatakan hal yang serupa : “ guru diadakan pelatihan, sekolah bekerja sama dengan LTI (Lembaga TOEFL

Indonesia), perguruan tinggi seperti UNS, UKSW… per semester ada berbagai kegiatan pelatihan dan berkelanjutan…” “pelatihan itu kan keharusan semua…TI semua guru juga harus belajar dan diprogramkan untuk pelatihan..”(wawancara, 20-6-2009)

Selain itu, partisipasi guru disini dapat dilihat dari bagaimana pelibatan mereka dalam penyusunan pengembangan program. Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa guru berperan sebagai fasilitator belajar bertitik tolak dari tujuan- tujuan yang hendak dicapai. Maka guru berkewajiban mengembangkan tujuan- tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Dalam hal ini guru berperan dalam mengembangkan kurikulum dalam bentuk rencana-rencana yang lebih operasional seperti : silabus atau satuan pelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Drs. Ahmad Syaefudin, selaku Wakasek Kurikulum SMA 1 Salatiga sebagai berikut :

“ guru selain mempelajari KTSP, kan ada kurikulum adaptif, dan kurikulum itu sendiri ada penambahan dan penggabungan kurikulum KTSP ditambah kurikulum adaptif, guru dilibatkan secara detail dalam penyusunannya maupun perangkat pembelajarannya…” (wawancara, 20-6-2009)

Ibu Retno sebagai guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia juga mengungkapakan hal yang sama berikut ini :

“….dalam pengembangan kurikulum, memang guru selalu dilibatkan…misalnya seperti pembuatan KKR , kemudian pengumpulan dan membahas indikator dan silabusnya bagaimana…,kemudian setiap guru/MGMP itu harus menyusun KKS itu, kemudian diserahkan kepada kurikulum…..jadi selalu koordinasi” Untuk mengartikulasikan kebutuhan guru, tentu saja ada ya mekanismenya…tapi ini diserahkan ke kurikulum program RSBI di SMA 1 Salatiga, misalnya mereka selalu memantau perangkat pembelajaran , selanjutnya memberikan beasiswa S2 yang tentu saja ada fasilitas dari pihak sekolah…” (wawancara, 3-6-2009)

Dalam kesempatan yang sama, Bapak Drs.Jaka Agus, M.Pd selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMA 1 Salatiga juga menambahkan bahwa dalam penyusunan dan pengembangan program, para guru selalu dilibatkan perannya. Jika para guru selalu dilibatkan dalam penyusunan kurikulum, mereka akan lebih mudah memahami substansi dari implementasi program ini. Berikut cuplikan wawancaranya :

“ guru selalu dilibatkan,..sebagai contoh setiap menjelang ajaran baru, digelar In House Training,…nah disitulah guru diberi informasi tentang bagaimana mengembangkan program atau kurikulum…dimasukkan konsep-konsep yang didatangkan narasumber yang akuntabel..” (wawancara, 27-5-2009)

Dalam rangka meningkatkan kualitas guru, dari segi kompetensi dan profesionalisme, maka para guru di SMA 1 Salatiga juga turut berpartisipasi melalui kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan Kelompok Kerja Guru (KKG) baik di tingkat sekolah, kota atau provinsi (lihat foto pada lampiran). Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh Bapak Drs. Jaka Agus, M.Pd selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMA N 1 Salatiga :

“MGMP selalu dilakukan dalam setiap jenjang tingkat sekolah, kota, dan provinsi antar sekolah RSBI….yang hal ini tidak hanya menyangkut 5 mapel pilihan saja, tetapi juga mapel yang lain..dan kebetulan di SMA 1 ini adalah tempat MGMP untuk mapel Biologi pada sekolah RSBI di Jawa Tengah…” (wawancara, 3-6-2009)

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Retno sebagai guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia:

“kegiatan MGMP ini dilakukan antar sekolah RSBI…kebetulan kalau Bahasa Indonesia bertempat di SMA 3 Semarang, tidak hanya itu juga selalu ada kegiatan-kegiatan work shop/ seminar dan in house training mereka selalu dilibatkan secara berkala..” (wawancara, 10-6-2009)

Bapak Yanuar, selaku guru Biologi SMA 1 Salatiga sekaligus ketua MGMP Biologi pada RSBI di Jawa Tengah juga menuturkan hal yang sama, sebagai berikut :

“ kami selalu mengadakan kerja sama antar guru sains , dan kita tahu bahwa MGMP Biologi untuk RSBI di Jawa Tengah berada di SMA 1 Salatiga, Home Base-nya biologi ya disini , sehingga dengan mudah kami melakukan kerja sama antar RSBI di Jawa Tengah, juga bisa memanfaatkan blog tersendiri dengan group teacher, sehingga semuanya bisa mengakses kesini..” (wawancara, 10-6- 2009)

Melalui kegiatan MGMP tersebut, para guru antar RSBI bisa menjalin kerja sama, koordinasi dan komunikasi dalam rangka pengembangan program. Terlebih bagi guru biologi SMA 1 Salatiga yang mempunyai keuntungan tersendiri dalam hal koordinasi karena di SMA 1 Salatiga adalah tempat MGMP pusat Biologi di Jawa Tengah.

Selain hal diatas, kemandirian guru juga harus diperhatikan jika menginginkan berhasil dalam implementasi RSBI ini. Kemandirian ini diperlukan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai problema yang sering muncul dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus mampu mengambil tindakan terhadap berbagai permasalahan secara tepat waktu dan tepat sasaran, tetapi tidak terlepas dari aturan/standar yang ditentukan. Bapak Agus selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMA N 1 Salatiga juga mengungkapkan :

“..kemandirian guru disini adalah kewenangan guru dalam arti tetap berpedoman pada proses pembelajaran , penilaian dan KTSP yang telah distandarkan oleh sekolah, serta sesuai dengan standar nasional pendidikan (SNP)…dalam hal ini pengembangan materi, IT,..dan sebaginya..” (wawancara,3-6-2009)

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Nur Hayani,S.Pd , selaku guru bahasa Inggris di SMA 1 Salatiga yang terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dimulai, selalu ada penawaran dari guru terhadap siswa atau sebaliknya sebagai wujud kemandirian guru yang akan memfasilitasi para siswa dalam pembelajaran, sepanjang usulan tersebut masih dalam aturan standar proses pembelajaran :

“…misalnya dalam bahasa Inggris, mereka selalu bu Nur tawari, ‘anda punya usulan apa? Bu Nur akan berusaha memahami , memfasilitasi .,..yang jelas usulan mereka sepanjang koridor/ aturan standar proses pembelajaran , tapi guru tetep terbuka kok…bener!” (wawancara, 10-6-2009)

Sedangkan tugas utama karyawan atau staf administrasi adalah membantu guru dan kepala sekolah tentang keadministrsian sekolah baik itu perpustakaan, urusan kesiswaan, dan lainnya. Antara guru dan karyawan tidak bisa dipisahkan dan masing-masing tidak bisa berdiri sendiri melainkan harus mengisi satu dengan yang lain. Untuk itu, penciptaan iklim kerja yang kondusif sangat menentukan kelancaran dan kinerja yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Sumanto, selaku karyawan / pustakawan SMA 1 Salatiga :

“ peran saya dan teman-teman/karyawan mendukung program RSBI ini…, kita selalu koordinasi dengan kepala sekolah beserta jajaran dibawahnya..” (wawancara, 20-6-2009)

Ibu Dra. Rahayuni, selaku Kepala Tata Usaha di SMA 1 Salatiga juga menambahkan hal yang serupa : “ kami disini hanya membantu saja mas…tentang keadministrasian sekolah, kami

sebisa mungkin membantu kelancaran program RSBI ini”(wawancara, 10-6- 2009)

Dalam implementasi program RSBI ini, masalah keadministrasian, perijinan, komunikasi, keamanan, pengelolaan, dan koordinasi tentunya akan Dalam implementasi program RSBI ini, masalah keadministrasian, perijinan, komunikasi, keamanan, pengelolaan, dan koordinasi tentunya akan

“…sekarang kami bertambah sibuk mas, tugas-tugas juga semakin kompleks, perlu hati-hati bener…makanya kami berusaha meningkatkan kinerja kami dengan memberikan pelayanan yang memuaskan semuanya..” (wawancara, 10-6- 2009)

Keberadaan perpustakaan yang berbasis komputerisasi di sekolah memang sangat penting digunakan untuk mengakses informasi dan pengetahuan. Dengan perpustakaan yang dilengkapi sarana digital tentunya akan mempermudah warga sekolah untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya yang berbasis internasional. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Sumanto, selaku Pustakawan di SMA 1 Salatiga berikut ini :

“ kita sudah mulai membenahi diri dengan membeli buku-buku dari Cambridge, Amerika…..sedangkan untuk IT-nya kita sudah menggunakan…yah sudah…juga pemudahan peminjaman misalnya kita bisa lebih terakomodasi, tinggal menyorot tidak manual lagi tapi memakai komputerisasi atau istilahnya automasi , buku tersebut diklasifikasi…” (wawancara, 20-6-2009)

Untuk menuju SBI, kemampuan karyawan pun dituntut untuk lebih berkualitas dan professional. Dalam rangka mewujudkannya, sekolah juga melakukan pelatihan terkait manajemen, penguasaan bahasa Inggris, pemanfaatan IT dan sebagainya. Tidak hanya itu, para karyawan juga dituntut untuk melanjutkan studinya sesuai kompetensinya. Hal ini sesuai apa yang dikatakan Bapak Drs. Jaka Agus, M.Pd berikut ini :

“untuk menjadikan RSBI ini berkualitas, haruslah didukung para karyawan yang benar-benar berkualitas, mereka dituntut professional dan bisa menggunakan bahasa Inggris dan mempunyai kemampuan yang berbasis TI….tapi kami bekerja sama dengan pemkot Salatiga juga akan memberikan fasilitas studi lanjut dan berbagai pelatihan/training…” (wawancara, 10-6-2009)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Sumanto, selaku Pustakawan di SMA 1 Salatiga berikut ini : “ dan karyawan semuanya di up grade ,…….kemarin kita sudah ditranning

tentang penguasaan bahasa Inggris dari basic sampai tingkatan dalam…….,kemarin itu juga semua dari pak bon(tukang kebun) sampai kepala sekolah….ya tergantung heterogenitas kan gak sama..” “ selain dalam pelatihan, dalam pengembangan program sekolah, kita dalam mengambil keputusan itu tidak sendiri apalagi dalam melibatkan dengan siswa dan orang tua serta koordinasi dengan kepala sekolah, misalnya dalam merancang suatu program…kita tinggal mengusulkan..” (wawancara, 20-6-2009)

Dari berbagai uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi guru dan karyawan juga turut menentukan dalam keberhasilan program RSBI di SMA 1 Salatiga. Sejak awal para guru dan karyawan juga sudah selalu diberi motivasi dan pengarahan dari kepala sekolah. Pada dasarnya, dalam pengembangan program baik secara langsung atau tidak, mereka juga selalu dilibatkan. Seluruh guru dan karyawan di SMA 1 Salatiga selalu diadakan pelatihan-pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas SDM, baik dalam penguasaan ketrampilan berbahasa Inggris, IT, dan lainnya guna mendukung kelancaran program RSBI.

c. Partisipasi Siswa Dalam Program RSBI

Siswa merupakan pihak yang akan menerima dan memperoleh seperangkat kemampuan yang terumuskan dalam kurikulum. Dalam hal ini, siswa perlu diposisikan sebagai subjek dari implementasi program RSBI ini, sehingga program ini bukan diperuntukkan bagi guru saja, tetapi terlebih bagi siswa. Hal tersebut sesuai yang disampaikan oleh Bapak Agus selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMA N 1 Salatiga

“…. partisipasi siswa saya kira tergantung pada sekolah itu sendiri, saya melihat selama ini, apa yang kami lakukan di SMA N 1 Salatiga sudah sangat baik…bagi anak SMA 1 tidak asing lah dan mereka disini sebagai pelaku, bukan hanya

obyek tetapi subyek yang diberi kewenangan untuk mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya…dan luar biasa sekali hasilnya pun sudah terbukti,..” (wawancara, 27-5-2009)

Dalam RSBI ini, partisipasi peserta didik / siswa memang sangat mempengaruhi akan keberhasilan program. Hal tersebut terkait dari bagaimana input peserta didik dalam program RSBI itu dikembangkan. SMA 1 Salatiga yang notabene SMA paling favorit di Salatiga, tentunya mempunyai modal input siswa yang terbaik pula. Dengan input yang baik dan berwawasan luas, diharapkan semakin mendukung keberhasilan program. Selain itu, respon/ tanggapan yang positif dari para siswa itu sendiri juga tidak kalah pentingnya. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Ibu Dra. Nur Hayani, selaku Wakasek Urusan Kesiswaan sebagai berikut :

“ Dalam program RSBI ini, penting yang pertama adalah siswa disini itu sudah punya modal dulu, mereka adalah siswa-siswa yang terbaik dan mahir, kedua semua disini punya wawasan yang luas dan jauh kedepan, ketiga semua siswa merespons positif , karena responnya positif, mereka menjadi mudah adaptasi program yang ada, nah ini sangat membantu keberhasilan program itu sendiri…” (wawancara, 10-6-2009)

Pendapat yang hampir sama juga dikatakan oleh Martha, siswi kelas X-7 sebagai berikut : “…Dari awal sie kita sudah didukung dan diberi motivasi terus,…ya seneng

sie…ada tantangannya sendiri ..ada bedanya dengan sekolah lain…meskipun fasilitas IT dan yang lain masih banyak yang harus diperbaiki…hmm..terus dalam penggunaan bahasa inggris juga masih ada perlu ditingkatkan…termasuk saya..hehe..”(wawancara, 3-6-2009)

Bestha Andre , siswa kelas XI Anggota OSIS SMA 1 Salatiga menyatakan pendapat yang sama sebagai berikut : “…mulai tahun ajaran baru udah lah selalu diberi motivasi seperti itu, bahwa ini

adalah program RSBI, seneng lah mas…bangga punya pengalaman yang adalah program RSBI, seneng lah mas…bangga punya pengalaman yang

Dalam program RSBI di SMA 1 Salatiga ini, sejak awal tahun ajaran baru para siswa memang sudah dilibatkan perannya dengan pemberian motivasi dan beberapa informasi mengenai program yang akan dijalani para siswa. Mereka dituntut untuk bisa mendukung dan mensukseskan pengembangan program ini. Selain itu, pihak sekolah juga berusaha selalu memberikan dorongan serta melibatkan para siswa dalam pengambilan keputusan dalam rangka turut mensukseskan implementasi program RSBI ini. Siswa disini juga dijadikan subyek, sehingga mereka mempunyai kewenangan untuk turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan pengembangan program, termasuk mengartikulasikan kebutuhannya.

Kepala sekolah SMA 1 Salatiga juga berusaha untuk melibatkan para siswa untuk pengambilan keputusan dan pengembangan program. Sebagai contoh, para siswa diadakan/ diikutkan dalam program pertukaran pelajar ke luar negeri yaitu ke Brown Plains High School (BPHS) Australia , yang secara tidak langsung turut dalam pengembangan program (lihat foto pada lampiran). Seperti yang diungkapkan oleh Bestha Andre , siswa kelas XI Anggota OSIS SMA 1, Salatiga.

“….kemarin itu ada pertukaran pelajar ke Queensland, Australia dengan perwakilan sekitar 25 siswa menuju kesana…” (wawancara, 3-6-2009)

Damianus Andreas siswa kelas X-10 yang turut dalam pertukaran pelajar ke BPHS Queensland mengutarakan pengalamannya dalam cuplikan wawancara sebagai berikut :

“ …kan dari SMA itu kan punya sister school gitu di Queensland, habis itu ada guru yang nawarin gitu, ada 8 orang pertukaran pelajar…….,habis itu masuk dech…proses..orang tua dipanggil disini,…disana kita kaya di kehidupan sehari- hari, kita sekolah dan tinggalnya di home stay,…kurikulum beda banget ya..soale disana itu sekolahnya kaya gak formal juga…kalo disana kan sistemnya moving class 1 kelas ada 15 orang, itu kan lebih efektif…” “…kalo evaluasi kaya gitu ketemu kepala sekolah gitu gak ya…tapi kemarin kan ada guru yang iku/perwakilan …..kita juga bilang ma guru pendamping yang ikut, ‘pak lebih baik kaya gitu…gini-gini…gini…kita langsung usul …iya…bisa..he’eh” (wawancara, 20-6-2009)

Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Ardana, siswa kelas X-4 yang juga turut dalam pertukaran pelajar ke BPHS Queensland, sebagai berikut : “…jadi disana kita bisa tau kalo kegiatan sekolah kaya kegiatan belajar mengajar

(KBM) disana lumayan beda dengan SMA 1 Salatiga, misalnya mereka tu pake’nya moving class ato kelas berjalan gitu, jadi kita bebas menentukan kelas masing-masing,…misal kelas fisika, biologi,matematika,..”(wawancara, 20-6- 2009)

Beberapa siswa perwakilan SMA 1 Salatiga tersebut diikutkan/ dilibatkan dalam kunjungan ke BPHS Queensland untuk pengembangan program dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran. Melalui kunjungan/ pertukaran pelajar ke luar negeri tersebut, para siswa akan memperoleh pengetahuan, pengalaman dalam proses pembelajaran yang berbeda, nantinya akan diperbandingkan di sekolah mereka kaitannya pengambilan keputusan pengembangan program selanjutnya. Mereka pun dapat memberikan usulan / pendapat sesuai pengamatan dan pengalamannya masing-masing.

Adanya berbagai prestasi siswa ditingkat lokal, nasional, maupun internasional baik yang bersifat akademik/non akademik juga menunjukkan bahwa tingkat partisipasi siswa SMA 1 Salatiga dalam berbagai perlombaan/olimpiade di dalam dan luar negeri dapat diperhitungkan. Partisipasi siswa juga dapat kita lihat dari bagaimana mereka dapat mengartikulasikan kebutuhannya. Mekanisme/ cara para siswa untuk memberikan Adanya berbagai prestasi siswa ditingkat lokal, nasional, maupun internasional baik yang bersifat akademik/non akademik juga menunjukkan bahwa tingkat partisipasi siswa SMA 1 Salatiga dalam berbagai perlombaan/olimpiade di dalam dan luar negeri dapat diperhitungkan. Partisipasi siswa juga dapat kita lihat dari bagaimana mereka dapat mengartikulasikan kebutuhannya. Mekanisme/ cara para siswa untuk memberikan

“…sebagai kesiswaan,

memberikan semacam masukan/monitoring, siswa juga sebaliknya bisa melalui OSIS , kemudian kita ‘godhog’ bersama,…suara siswa tidak langsung ke kami, tapi lewat OSIS…..”(wawancara, 3-6-2009)

Pihak sekolah sudah berusaha untuk melibatkan perannya baik pemberian motivasi, juga bagaimana menanggapi para siswa yang ingin mengartikulasikan kebutuhannya. Kepala sekolah akan turun langsung kepada siswa jika ada masalah yang penting/ mendesak, mekanisme yang digunakan selama ini guru memilah-milah/ menyaring terlebih dahulu pendapat/ usulan siswa, selanjutnya untuk disampaikan kepada kepala sekolah. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bestha Andre, Anggota OSIS SMA 1 Salatiga :

“kalo pas ada masalah seperti anak sosial kemarin..yang mengatakan kurang merasakan adanya program RSBI, kepala sekolah langsung turun dan memberikan solusi….tapi biasanya diberikan guru dulu, kemudian baru disampaikan kepada siswa..” (wawancara, 3-6-2009)

Dalam proses pembelajaran RSBI, SMA 1 Salatiga juga menerapkan sistem remidial bagi siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan standar penilaian. Siswa diberikan haknya secara penuh dengan mengulang test mata pelajaran yang belum terpenuhi tersebut. Jika masih belum juga terpenuhi lagi, maka guru akan memberikan tambahan pelajaran khusus, atau diganti dengan penambahan tugas lainnya.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bestha Andre, Anggota OSIS SMA 1 Salatiga :

"…memang ada remedial kaya gitu, biasanya setelah test/UHT kalo nilainya kurang mencukupi standar, maka dikasih remedial atau tambahan pelajaran/ tugas…" (wawancara, 3-6-2009)

Ibu Dra. Asih Siti J, selaku guru Bimbingan Konseling juga mengutarakan hal yang serupa berikut ini : “.. berawal dari peraturan yang dilakukan untuk perilaku positif, sebagai contoh

nilai minimal 7,….kita akan mengusahakan biar jadi standar dan kondusif..”

Salah satu tuntutan program RSBI adalah sekolah tersebut bisa dijadikan teladan bagi sekolah lain dalam hal pengembangan akhlak dan budi pekerti. Kaitannya dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan pihak sekolah untuk pengembangan tersebut, baik secara pemberian motivasi secara terus- menerus maupun dengan memaksimalkan penertiban peraturan sekolah yang ada. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Ibu Dra. Nur Hayani, selaku Wakasek Urusan Kesiswaan sebagai berikut :

“…di SMA 1 ini sudah ada program untuk memberikan pelajaran khusus penanaman budi pekerti….intinya upaya kita bagaimana siswa tidak hanya pinter intelektualnya, tapi watak juga karakternya harus baik….kami juga bekerja sama dengan para bapak/ibu guru untuk memberikan juga pandalaman dan pentingnya budi pekerti bagi kehidupan sehari-hari..”

“di sini juga menerapkan aturan serta arahan kaitannya dengan pengendalian diri serta memberikan arahan dengan menyaring budaya yang tidak sesuai dengan budaya orang timur, sekolah internasional, tapi kita harus menghormati orang timur…”

“Kami juga kadang melakukan razia/penertiban secara random atau gebrakan- gebrakan sebagai shock therapy,….sekolah juga harus bebas rokok dan narkoba, sehingga hal diatas dilakukan juga kami memasang banner sebagai peringatan/ persuasive, juga mengingatkan ‘tepo seliro’..” (wawancara, 3-6-2009)

Bapak Drs. Ahmad Syaefudin, selaku Wakasek Kurikulum menuturkan hal yang serupa sebagai berikut :

“…dalam pengembangan budi pekerti sementara ini kami mengusahakan semua kelas ada 1 jam pelajaran tentang pendidikan budi pekerti atau pengembangan kepribadian dan kerohanian..” (wawancara, 20-6-2009)

Ibu Dra.Asih Siti Jarwani, selaku guru Bimbingan Konseling juga menambahkan hal yang sama sebagai berikut : “Menurut kami, penilaian budi pekerti siswa itu juga bisa kita lihat dari ada

tidaknya pelanggaran….disini relative gak ada, lebih jauh gak pernah ada gimana-gimana atu berurusan dengan yang berwenang itu tidak ada…sekiranya ada gejala itu muncul selama ini kami masih bisa mengatasi” (wawancara, 27-5-2009)

Partisipasi siswa disini bisa diwujudkan dengan turut mensukseskan dan mendukung program agar sekolah bisa dijadikan unggulan sekolah lain dalam hal pengembangan budi pekerti dan akhlak terpuji. Tentunya, siswa juga diharapkan dapat membekali diri dari pengaruh budaya barat yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah pun harus bebas dari rokok, narkoba, dan tindakan pelanggaran lainnya, sehingga seorang siswa tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga baik watak dan karakternya. Dengan partisipasi siswa dalam menaati peraturan yang ada secara maksimal, diharapkan akan membantu kesuksesan program di SMA 1 Salatiga ini.

Untuk menunjang pembelajaran, pihak sekolah juga memberikan layanan konseling kepada para siswa yang memerlukan. Para siswa juga diharapkan dapat kooperatif dan berpartisipasi, karena layanan ini juga tidak hanya membantu para siswa yang mempunyai gangguan fisik/psikis/emosional, tetapi bagi siswa semuanya yang ingin mendapatkan informasi karier, pengembangan kurikulum, informasi tentang perguruan tinggi negeri maupun luar negeri, serta berbagai beasiswa yang ada. Selain itu, layanan ini juga memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan dirinya yang tidak dapat mereka dapatkan dari para guru.

Hal tersebut sesuai yang dikatakan oleh Ibu Asih Siti Jarwani, selaku guru Bimbingan Konseling juga sebagai berikut :

“…kami disini memberikan layanan kepada anak, terutama bagi mereka yang mempunyai gangguan fisik, non disipliner, psikis, emosional,stress…dan kita juga mentranfer kepada yang ahli, seperti Psikolog/psikiater jika diperlukan…, kami juga selalu berikan informasi karier dan layanan lainnya yang tidak dapat diberikan oleh seorang guru…”

“….bimbingan ini sangat diperlukan sekali bagi para siswa dalam pengembangn diri siswa,..berkaitan dengan kurikulum, dan bahasa Inggris dan KTSP yang penekanannya pada pengembangan diri siswa, baik dalam bimbingan ekstrakurikuler,

konseling, kelompok konseling…memaksimalkan juga konseling pribadi

mapun

bimbingan

“Kaitannya dengan bimbingan karier…kami juga mengacu pada sekolah dan perguruan tinggi nasional dan internasional, beasiswa perguruan tinggi malah kami koordinasi dengan kedutaan tinggi..” (wawancara, 27-5-2009)

Dari beberapa uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi para siswa di SMA 1 Salatiga sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari pihak sekolah yang memposisikan siswa sebagai subyek, sehingga mereka selalu dilibatkan pada pengambilan keputusan dalam pengembangan sekolah, misalnya diikutkan dalam kunjungan ke BPHS Queensland. Para siswa juga diberikan wadah melalui MPK OSIS untuk mengartikulasikan kebutuhannya. Siswa juga diberikan haknya untuk mengembangkan dirinya serta mendapatkan layanan konseling dari sekolah.

d. Partisipasi Orang Tua dalam Program RSBI

Orang tua merupakan salah satu pihak yang ikut bertanggung jawab bagi kesuksesan program-program sekolah. Keberhasilan sekolah sangat ditentukan seberapa jauh tingkat partisipasi orang tua terhadap implementasi program- Orang tua merupakan salah satu pihak yang ikut bertanggung jawab bagi kesuksesan program-program sekolah. Keberhasilan sekolah sangat ditentukan seberapa jauh tingkat partisipasi orang tua terhadap implementasi program-

“…sebenarnya peran orang tua itu mengkondisikan pembelajaran siswa baik secar internal maupun eksternal,segala kegiatan yang bersifat akademis.. benar- benar orang tua mengikuti sekolah, kemudian juga jika ada kegiatan pengiriman siswa

tua juga sangat berperan…mendukung,berpartisipasi, memberikan fasilitas dan peluang…ya itulah yang dilakukan disini..”

“..Kemudian masalah dana, kita juga bekerja sama dengan orang tua, ini kan RSBI jadi memang butuh dana yang ekstra, tapi bagi mereka yang kurang mampu, sekolah juga memfasilitasi dengan beasiswa…disini banyak sekali beasiswa…'turah akeh mas, mbludak-mbludak'….bahkan kami juga bekerja sama dengan para alumni, STAN misalnya, malahan mereka siap sampai membiayai ke perguruan tinggi, ada juga yang beberapa donator yang jika kita datangi pasti diberi…” (wawancara, 27-5-2009)

Pendapat yang hampir sama juga dilontarkan oleh Bapak Jaka Agus selaku Penanggung Jawab program RSBI di SMA N 1 Salatiga sebagai berikut : “Permasalahan dalam proses pembelajaran adalah masalah pengadaaan buku, ini

perlu disadari oleh orang tua. Buku adalah nomor satu dulu. Pada ajaran baru, seorang siswa dituntut untuk memiliki beberapa buku yang menunjang program. …

“Koordinasi dan komunikasi dilakukan oleh pihak sekolah kepada orang tua siswa, biasanya pertemuan hanya 2 kali/setahun.. Ouw…ada,waktu ada pertemuan dengan komite itu ada berbagai masukan , contohnya keluhan parkir, perpustakaan, administrasi, laboratorium, dsb.” (wawancara, 3-6-2009)

Ibu Sri Mulyati, orangtua dari siswa yang bernama Biaunillah kelas X-4, juga mengungkapkan hal tersebut sebagai berikut : " untuk masalah keuangan disini standar ya….saya sie positive thinking yang

penting ilmunya bermanfaat, berkah, dan ikhlas….dah itu aja..ndak mikir macem-macem…ya semampunya saya….., secara lembaga saya percaya" (wawancara, 20-6-2009)

Wujud partisipasi orang tua bukan hanya dalam bantuan finansial saja, tetapi lebih dari itu, dalam pemikiran-pemikiran untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Orang tua harus disadarkan bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh semua pihak. Prestasi keberhasilan sekolah harus menjadi kebanggaan orang tua. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan Ibu Nur Hayani, selaku orang tua siswa kelas X sebagai berikut:

"…saya sebagai orang tua seneng ya..kalau sekolah mempunyai wawasan yang lebih luas dan mempersiapkan anak-anak ke lebih ke internasional …dan luas lagi,

"saya sebagai orang tua mendorong anak-anak untuk belajar lebih giat dan memfasilitasi mereka, karena memang orang tua harus mendukung baik secara dana, alat, motivasi, tuntutan kedepan, dan anak saya merespons-nya dengan positif…" (wawancara, 3-6-2009)

Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja / anggota komite yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antar guru atau sekolah dengan para orang tua siswa. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah, dan orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah. Beberapa orang tua pun ada yang memberikan fasilitas kepada anaknya Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja / anggota komite yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antar guru atau sekolah dengan para orang tua siswa. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah, dan orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah. Beberapa orang tua pun ada yang memberikan fasilitas kepada anaknya

“Saya berusaha memotivasi semaksimal mungkin….cara belajar juga harus dirubah, jadi jika mau bertaraf internasional….ya mereka saya suruh untuk lebih giat lagi…agar terbiasa, saya terus nasehatin, saya sarankan untuk les…tambahan pelajaran , atau les bahasa Inggris juga…, pokoknya kami terus memotivasi dan memfasilitasi…” (wawancara, 10-6-2009)

Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Ibu Sri Mulyati, orang tua dari siswa yang bernama Biaunillah kelas X-4, sebagai berikut : "di sekolah mana pun …apalagi di SMA 1 Salatiga, saya bilang 'kamu gak usah

terlalu bangga dengan sekolah kamu…yang penting kamu belajar yang sungguh- sungguh….apalagi di RSBI, kita juga sudah les Inggris dari SD sampai SMA sekarang…" (wawancara, 20-6-2009)

Orang tua juga secara berkala menerima laporan kemajuan anaknya dari sekolah berupa rapor dan sebagainya. Rapor juga merupakan suatu alat komunikasi tentang program atau kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Hal tersebut juga sesuai yang dikatakan oleh Ibu Nur Hayani, selaku orang tua siswa kelas X sebaga berikut :

“Orang tua biasanya akan dipanggil pada akhir semester, kemudian pertama di aula pengarahan dan disitu di buka waktu untuk berinteraktif dan memberikan usulan / saran melalui Komite sekolah, kadang juga ada yang langsung telepon atau on line dengan sekolah" Sementara pada saat pembagian raport juga orang tua memberikan masukan lewat wali kelas…jadi hal-hal yang tidak diinginkan orang tua selalu bisa disampaikan.." (wawancara, 10-6-2009)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ibu Sri Mulyati, orang tua dari siswa yang bernama Biaunillah kelas X-4, juga mengungkapkan hal tersebut sebagai berikut :

"..pada saat penerimaan raport seperti ini, bapak/ibu guru juga selalu memberikan masukan kepada saya tentang anak saya…, saya malah seneng mas…jika di sekolah anak saya baik katakana baik, jika tidak juga katakan tidak…..kita juga bisa usul apa-apa kepada sekolah" (wawancara, 20-6-2009)

Orang tua juga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan orang tua-guru, pameran sekolah, dan sebagainya. Melalui kegiatan yang tersebut, orang tua siswa secara tidak langsung turut juga mendukung pengembangan program. Di samping itu, orang tua siswa juga bisa memberikan suatu masukan atau mengontrol program secara on-line kapan saja dengan membuka web site di www.sma1salatiga.sch.id.

Dari berbagai uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa para orang tua siswa SMA 1 Salatiga dinilai cukup berpartisipasi dalam pengembangan program RSBI ini. Tidak hanya dari segi materi dan pemberian fasilitas saja, partisipasi orang tua juga dapat berwujud pemberian motivasi kepada anak secara penuh, baik dirumah maupun di sekolah. Orang tua siswa pun juga dapat mengartikulasikan kebutuhannya dan mengontrol program sekolah melalui guru konseling, mendatangi langsung ke sekolah, menghadiri pertemuan-pertemuan rutin , seminar dan juga konsultasi secara on line dengan mudah. Tidak hanya itu, peran orang tua siswa SMA 1 Salatiga melalui komite sekolah juga selalu dilibatkan dalam pengembangan program sekolah.