Sejarah PT Kereta Api (Persero)
A. Sejarah PT Kereta Api (Persero)
Perusahaan yang melayani jasa angkutan kereta api di Indonesia sudah ada sebelum perang dunia ke II. Pencangkulan pertama pembuat tubuh jalan rel sepanjang 26 kilometer antara stasiun Kemijen – Tangerang oleh Gubenur Jendral Belanda Mr. L.A.J. Baron Sloet Van De Beele pada 17 Juni 1864 sebagai bukti. Empat Tahun kemudian, pada tanggal 17 Juni 1868 pengoperasian pertama perjalanan KA diantara stasiun Kemijen-Tanggung diresmikan.
Bertolak dari sukses operasi KA di lintas Kemijen-Tanggung, pembangunan jalan rel diteruskan ke lintas Semarang-Solo dan selesai pada Tanggal 18 Febuari 1870. Selanjutnya, pembangunan jaringan KA merambah sampai ke Sumatra dan Sulawesi. Namun pada masa pendudukan Jepang, Jaringan Jalan Rel di beberapa lintasan di Jawa dan Sulawesi dibongkar untuk pembangunan Jaringan Rel di Burma. Tidak hanya rel dan sebagian sarana saja yang di alihkan ke Burma, termasuk sejumlah pegawai kerta api dipindahkan ke Burma sebagai romusha.
Dahulu pemerintah Hindia Belanda menjadi kereta api sebagai sarana logistic politik untuk kepentingan strategi peperangan dan memenuhi kebutuhan ekomominya, Terutama setelah terjadinya revolosi industri di Eropa yang mendorong pemerintah Hindari Belanda untuk Mengkspor haril bumi Indonesi.
Sesudah proklamasi kemerdekaan RI, para pemuda Kereta Api (AMKA) melakukan aksi pengambilalihan kekuasaan perkereta apian dari tangan pendudukan bala tentara Jepang pada tanggal 28 September 1945 di Balai Besar yang berkedudukan di Jalan Gereta No. 1 (kini menjadi Jalan Perintis Kemerdekaan No.1) Bandung, Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kereta api yang di peringati oleh segenap warga PT kereta api (Persero) setiap tahun.
Selama perang kemerdekan (1945-1950), kantor pusat PT Kereta Api pernah berpindah-pindah tempat antara lain di Cisurupan, Gombong, Yogyakarta, Jakarta dan akhirnya kembali ke Bandung. Meskipun saat itu Djawatan Kereta Api RI (DKRI) telah terbentuk, pada lintasan tertentu masih ada yang di kuasai oleh tentara Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia.
Dua hari setelah penggambilanalihan kekuasan perkereta apian , tanggal
30 September 1945 di selenggarakan “Musyawarah pimpinan DKRI” se-jawa dan Sumatra . Musyawarah yang dipimpin oleh Mr. Soewachjo Seomodilogo tersebut kemudian memilihnya menjadi kepala DKARI. Pada Tanggal 27 September 1949 pemerintah mengeluarkan pengumuman pemerintah No. 2 pada Januari 1950 yang menggabungkan DKARI dan SS / VS menjadi satu jawatan dengan Nama Jawatan Kereta Api (DKA), berikutnya pada 4 September 1951, Surat Keputusan Mentri perhubungan No. 32312 / Ment, pemerintah menetapkan Ir. Moh Effendy Saleh sebagai Direktur Djenderal Djawatan Kereta Api (DDKA).
Kemudian melalui peraturan Pemerintah No. 22 / 1963 tanggal 25 Mei 1963 status perkeretaapian berubah dari DKA menjadi PNKA (perusahan Negara
Kereta Api pada tanggal 21 Mei 1964., dewan direksi menetapkan Hartono Wiriodionto, SH sebagai direktur utama, yang kemudian di gantikan oleh Ir, Lian Thong Tanggal 2 Juli 1966 dan digantikan lagi oleh H . Imam Soebarkah.
Selanjutnya dengan peraturan pemerintah No, 61 / 1971, PNKA berubah Stasus menjadi PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) . Berdasarkan Kepres No.
44 dan 45 tahun 1974 pasal 23, PJKA merupakan unit Organisasi dalam lingkungan departemen perhubungan dimana kedudukan, fungsi, tugas dan susunan organisasinya di atur sendiri, Pada Tahun 1978, Jabatan Direktur Utama PJKA di serahkan dari Ir. Soemali kepada Ir. Pantiarso dan tahun 1981 digantikan oleh Ir. Soejono Kramadibrata, Desember 1986 digantikan oleh Ir. Soeharsono dan tahun 1989 digantikan oleh Ir . Harbani.
Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 1990 (Lembaran Negara tahun 1990 No. 82), PJKA berubah menjadi Perumka (Perusahaan Umum Kereta Api) dengan Tujuan meningkatkan hasil guna dan daya guna penguassan, pada tahun 1991 jabatan Direktur Utama di serahkan dari Ir. A . Harbani kepada Drs. Anwar Supriadi, yang pada tahun 1995 di gantikan oleh Ir. Soemitro Eko Saputra dan Tahun 1998 di gantikan oleg Drs. Eddy Haryoto, Mulai tahun 2002, kedudukan Direktur utama di pegang oleh Ir. Omar Berto, MBA..
Selanjutnsya berdasarkan PP 19 tahun 1998 pada tanggal 1 juni 1999, perumka berubah stasus menjadi PT Kereta Api (Persero). Dengan perubahan stasus ini, ada dua misi yang di emban PT, Kereta Api (Persero) yakni misi social dan misi profit. Misi sosial yakni melalui angkutan penumpang atau barang secara Selanjutnsya berdasarkan PP 19 tahun 1998 pada tanggal 1 juni 1999, perumka berubah stasus menjadi PT Kereta Api (Persero). Dengan perubahan stasus ini, ada dua misi yang di emban PT, Kereta Api (Persero) yakni misi social dan misi profit. Misi sosial yakni melalui angkutan penumpang atau barang secara
Dalam perjalananya kemudian, kata “Daearah Operasi” pada daerah Operasi Jabotabek di ubah menjadi Divisi Angkutan Perkotaan Selanjutnya, Divisi Saran, Divisi Pelatihan, Divisi Regional menyusul di bentuknya kemudian secara bertahap dan terahir yang di bentuk adalah Divisi Usaha Pendukung.