Hubungan Produktivitas Primer dengan Kelimpahan Fitoplankton

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Perairan Dari hasil penelitian diperoleh nilai produktivitas primer, konsentrasi klorofil a dan kelimpahan fitoplankton perairan pada setiap stasiun. Tabel 2. Nilai Produktivitas Primer, Konsentrasi Klorofil a dan Kelimpahan Fitoplankton pada Setiap Stasiun Penelitian di Sungai Bah Bolon Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Stasiun Penelitian Produktivitas Primer Klorofil a Kelimpahan Fitoplankton mgCm 3 hari mgm 3 Indl I 376,35 4,1620 42979,59 II 301,08 3,4170 39346,94 III 263,44 2,4170 7918,36 IV 225,81 2,2730 9183,67 V 112,90 1,9595 7591,837 Keterangan Stasiun I :Daerah bebas aktivitas Stasiun II :Penambangan Pasir Stasiun III :Pabrik Stasiun IV :Pemukiman Penduduk Stasiun V :Pertanian

4.1.1 Hubungan Produktivitas Primer dengan Kelimpahan Fitoplankton

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai produktivitas primer yang tertinggi pada stasiun I sebesar 376,35 mgCm 3 hari dan terendah pada stasiun V sebesar 112,90 mgCm 3 hari. Demikian juga pada stasiun 1 mempunyai nilai kelimpahan fitoplankton paling tinggi sebesar 42979,59 indl dan terendah pada stasiun 5 sebesar 7591,837 indl. Tetapi nilai produktivitas primer mulai menurun dari stasiun 2 sampai stasiun 5 disertai dengan menurunnya nilai kelimpahan Universitas Sumatera Utara fitoplankton kecuali pada dibandingkan pada stasiun 4 sebesar 9183,673 indl sementara nilai produktivitas primer di stasiun 3 lebih tinggi sebesar 263,44 mgCm 3 hari dibandingkan dengan stasiun 4 sebesar 225,81 mgCm 3 hari. Hal ini dikarenakan pada stasiun 3 adalah daerah pembuangan limbah pabrik rokok seperti TAR dan nikotin akan mengganggu aktivitas fitoplankton dan mempengaruhi faktor fisik kimia perairan. Tingginya nilai produktivitas primer pada stasiun I dikarenakan pada lokasi ini tidak terdapat aktivitas manusia sehingga aktivitas fotosintesis fitoplankton tidak terganggu. Kelimpahan fitoplankton di stasiun 1 lebih tinggi dibandingkan stasiun yang lain. Demikian juga faktor fisik kimia yang lain yang terdapat pada stasiun 1 seperti suhu, intensitas cahaya, pH, DO, kejenuhan oksigen, penetrasi cahaya dan kadar fosfat dan nitrat sangat mendukung bagi keberadaan dan aktivitas fitoplankton. Adanya perbedaan dari nilai produktivitas primer yang diperoleh pada setiap lokasi penelitian diakibatkan juga oleh pergerakan air yang membuat fitoplankton tersebar pada setiap stasiun. Pada stasiun 2, nilai produktivitas primer mulai menurun karena pada lokasi tersebut merupakan penambangan pasir. Aktivitas penambangan pasir akan mengganggu aktivitas fotosintesis sehingga mempengaruhi penurunan nilai produktivitas primer. Pada stasiun 4 yang merupakan daerah pembuangan limbah rumah tangga, nilai produktivitas primer lebih menurun dibandingkan pada stasiun 2. Limbah organik seperti sisa deterjen yang dibuang ke badan air akan mempengaruhi distribusi fitoplankton dan faktor fisik kimia perairan. Menurut Darmono 2001, limbah organik mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob sehingga lama-kelamaan oksigen terlarut dalam air berkurang. Dalam kondisi demikian, hanya spesies organism tertentu yang bisa bertahan hidup. Berkurangnya jumlah spesies tersebut mengakibatkan nilai produktivitas primer menurun. Demikian halnya dengan stasiun 5, nilai produktivitas primer dan kelimpahan fitoplankton paling rendah dari semua stasiun penelitian. Sisa pupuk dan berbagai jenis pestisida yang masuk ke badan air akan mempengaruhi kehidupan biota air dan seluruh faktor fisik kimia perairan. Seluruh faktor fisik kimia perairan harus mendukung bagi keberadaan fitoplankton. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, besarnya nilai produktivitas primer pada setiap stasiun penelitian sebanding dengan kelimpahan fitoplankton. Adanya perbedaan nilai produktivitas primer dari setiap stasiun penelitian juga disebabkan oleh pergerakan air yang membuat fitoplankton tersebar. Menurut Nybakken 1992 tingginya nilai produktivitas primer dapat dipengaruhi oleh total kelimpahan dari fitoplankton yang dapat melakukan fotosintesis. Jelas terlihat bahwa nilai produktivitas primer sebanding dengan nilai kelimpahan fitoplankton dimana semakin tinggi nilai produktivitas primer diikuti oleh semakin tingginya kelimpahan. Setiap fitoplankton mempunyai toleransi yang berbeda terhadap kecepatan pergerakan air. Menurut Barus 2001 adanya perubahan keanekaragaman fitoplankton di suatu ekosistem perairan dapat menyebabkan laju fotosintesis yang berbeda sehingga menghasilkan produktivitas primer yang berbeda juga.

4.1.2 Hubungan Produktivitas Primer dengan Konsentrasi Klorofil a