Uji Walsh Pemberian Makanan Tambahan PMT

2.2 Uji Walsh

Uji Walsh berlaku untuk dua sampel berpasangan dengan data yang berskala interval. Anggapan dari uji ini adalah bahwa skor-skor selisih d i yang terobservasi dalam dua sampel yang berpasangan berasal dari populasi yang simetris, atau bahkan tidak harus dari populasi yang sama. Karena dianggap populasinya simetris, maka nilai mean, merupakan gambaran yang akurat dari nilai tengah, dan sama dengan nilai median Djarwanto, 1996. Bedaselisih masing-masing n pasangan d i diurutkan berdasarkan besarnya. Dimulai dengan d 1 = skor beda yang terendah mungkin negatif, d 2 = skor beda kedua dari yang terendah, dan seterusnya. Dengan demikian d 1 ≤ d 2 ≤ d 3 ≤ .....d n . Hipotesis nihil yang akan diuji mengatakan bahwa harga-harga d i itu ditarik dari suatu populasi yang nilai mediannya = 0 atau dari sekelompok populasi yang memiliki “median bersama” sama dengan nol. Uji Walsh menganggap bahwa sejumlah d i itu adalah dari populasi dengan distribusi simetris. Dalam distribusi yang simetris, nilai mean dan median berimpit, maka H Nol mengatakan bahwa µ = 0, dan H 1 mengatakan bahwa µ 1 ≠ 0 uji dua sisi atau µ 1 0 atau µ 1 0 uji satu sisi. Untuk menentukan signifikansi berbagai hasil dengan uji Walsh dapat diperiksa tabel nilai kritis untuk uji Walsh yaitu Tabel harga-harga kritis untuk uji Walsh. Tabel ini menyajikan harga-harga signifikansi baik untuk uji satu sisi maupun dua sisi. Universitas Sumatera Utara Langkah-langkah dalam menggunakan uji Walsh adalah sebagai berikut Djarwanto,1996 : 1. Tentukan pasangan skor beda dengan tanda d i untuk masing-masing pasangan yang dijodohkan. 2. Tentukan n yakni banyaknya pasangan yang dijodohkan. 3. Urutkan harga-harga d i berdasarkan besarnya dari di hingga d n . Tanda beda diperhatikan sehingga d i adalah d negatif yang terbesar dan d n adalah d positif yang terbesar. 4. Periksa tabel nilai kritis Uji Walsh untuk menentukan apakah H ditolak dan menerima H 1 dengan harga-harga d 1 , d 2 , d 3 ,........, d n yang terobservasi.

2.3 Pemberian Makanan Tambahan PMT

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu adanya suatu pengaturan pola makan yang benar dalam usaha memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan sesuai dengan tingkat usianya Arnita, 2007. Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen penting Usaha Perbaikan Gizi Keluarga UPGK dan program yang dirancang oleh pemerintah. PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana untuk penyuluhan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa makanan dari luar keluarga, dalam rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap hari, sampai keadaan gizi penerima makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan Universitas Sumatera Utara dan hendaknya benar-benar sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari di rumah Arnita, 2007. Makanan sapihan atau Weaning Foods juga diberikan pada bayi sebagai persiapan menghadapi penyapihan atau penghentian pemberian ASI. Makanan sapihan penting untuk mempersiapkan agar bayi tidak kaget dan sudah terbiasa memakan makanan yang bermacam-macam dengan demikian bila sewaktu-waktu pemberian ASI dihentikan sama sekali tidak akan terjadi kesuliatan Moehji, 1992. Menurut World Health Organization 2003 dalam Arnita 2007, pemberian makanan tambahan berarti memberikan makanan lain selain ASI, oleh karena ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi, dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan, dan jika mungkin sampai usia 6 bulan. Meskipun demikian setelah periode ini dibutuhkan makanan tambahan atau makanan pelengkap. Selama periode pemberian makanan tambahan, seorang bayi perlahan-lahan terbiasa memakan makanan keluarga. Pemberian makanan tambahan dapat juga bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah Arnita, 2007. Di masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan makan yang ada pada masyarakat di mana seorang anak hidup. Pola makan masyarakat tersebut tentu juga menjadi pola makan anak. Seorang anak dapat memiliki kebiasaan makan dan selera makan yang terbentuk dari pola masyarakatnya. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh Universitas Sumatera Utara pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang penting Arisman, 2004 Anak yang sehat adalah anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih, dan dapat menyesuiakan diri dengan lingkungannya Moehji, 1992. Menurut Lenz seperti yang dikutip oleh Theodor Hellbrugge 1988 dalam Arnita 2007 pertumbuhan anak pada tahun ke-3 begitu cepat. Pertumbuhan dalam hal ini mencakup pertumbuhan dalam fisik, mental, dan juga pertumbuhan otak dimana volume otak anak mencapai 80 otak dewasa pada usia 2 tahun pertama dan berangsur-angsur menurun sehingga pada periode pra-sekolah dan masa sekolah kurva kecepatan pertumbuhan akan membentuk kurva yang hampir datar. Atas dasar tersebut maka usia 3 tahun pertama anak disebut sebagai periode emas sekaligus juga sebagai periode kritis karena pada usia ini sangat menentukan masa depan seorang anak. Jika pada periode ini anak memperoleh asupan makanan dan zat gizi yang mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangannya maka dapat dipastikan masa depan yang baik bagi anak dari segi fisik dan mental dan tinggal mengisinya dengan ilmu dan pengetahuan yang baik dan jika anak tidak mendapatkan asupan makanan dan zat gizi yang dibutuhkannya maka yang terjadi adalah sebaliknya Sunita,2001 . Pada umumnya keluarga telah memiliki pengetahuan dasar mengenai gizi. Namun demikian, sikap dan keterampilan serta kemauan untuk bertindak memperbaiki gizi keluarga masih rendah. Sebagian keluarga menganggap asupan Universitas Sumatera Utara makanannya selama ini cukup memadai karena tidak ada dampak buruk yang mereka rasakan. Sebagian keluarga juga mengetahui bahwa ada jenis makanan yang lebih berkualitas, namun mereka tidak ada kemauan dan tidak mempunyai keterampilan untuk penyiapannya Depkes RI, 2007. Oleh sebab itu pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan menerbitkan 17 strategi dalam upaya perbaikan kesehatan masyarakat dimana salah satunya adalah seluruh keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi KADARZI. KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan: Depkes RI, 2007. a. Menimbang berat badan secara teratur. b. Memberikan Air Susu Ibu ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur enam bulan ASI eksklusif. c. Makan beraneka ragam. d. Menggunakan garam beryodium. e. Minum suplemen gizi sesuai anjuran. Pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan preventif dan promotif sangat diperlukan dalam mewujudkan keluarga yang sadar gizi. Namun demikian kajian saat ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masih menitikberatkan pada upaya kuratif dan rehabilitatif. Di lapangan saat ini kegiatan dan ketersediaan media promosi masih sangat terbatas. Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan dalam usaha tersebut diperlukan dukungan dari semua aspek yang bersangkutan Arnita, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.4 Usia Pemberian Makanan Tambahan

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Pemberian Beberapa Pakan Tambahan Penyedap Pada Rodentisida Nabati Ubi Gadung (Dioscorea hispida) terhadap Tikus Sawah Rattus argentiventer (Rodentia: Muridae) Di Laboratorium

4 34 72

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

0 33 259

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN ANAK SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK Perbedaan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta Tahun 201

0 2 15

MODEL PREDIKSI BERAT LAHIR BAYI BERDASARKAN BERAT BADAN IBU SEBELUM HAMIL DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN PERTRIMESTER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU TAHUN 2015-2016

0 0 10

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN-PEMULIHAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER)

0 0 8

ASUPAN ZAT GIZI, PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT), SERTA PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KECAMATAN MAKASSAR JAKARTA TIMUR TAHUN 2014. (STUDI KASUS)

0 0 6

19 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BISKUIT DAN BAHAN MAKANAN CAMPURAN KELOR TERHADAP BERAT BADAN DAN HEMOGLOBIN Studi Pada Balita Dengan Status Gizi Kurus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalumpang Kota Ternate Tahun 2015

0 1 10

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RELAKSASI BENSON PADA PASIEN HIPERTENSI (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangayu Semarang)

0 0 7

PERUBAHAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN AROMA TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATI KABUPATEN KUDUS

0 1 18

UJI BEDA BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN ORTODONTI CEKAT Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 10