Indeks Berat Badan Menurut Umur BBU Indeks Tinggi Badan menurut Umur TBU

seimbangan asupan protein dan energi. Jika dilihat dari tujuan pemerikasaan antropometri dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu : a. Untuk ukuran massa jaringan dengan ukuran : berat badan, tebal lemak bawah kulit, lingkar lengan atas, berat jenis. Ukuran massa jaringan ini sifatnya sensitif, cepat berubah, mudah naik turun dan menggambarkan keadaan sekarang. b. Untuk ukuran linear : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linear sifatnya spesifik, perubahannya relatif lambat, ukuran tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat gizi masa lalu. Beberapa indeks antropometri dapat digunakan untuk menentukan keadaan gizi seseorang :

2.8.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur BBU

Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberi gambaran tentang massa tubuh otot dan lemak. Karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi, maka berat badan merupakan antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi terjamin, serta badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan sifat- Universitas Sumatera Utara sifat inilah maka indeks berat badan menurut umur BBU digunakan sebagai salah satu indikator status gizi, dan karena sifat berta badan yang labil, maka indek BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat kini current nutritional status. Penggunaan indeks BBU sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu mendapat perhatian. Kelebihan indeks BBU yaitu : a. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, b. Sensitif untuk melihat perubahan satatus gizi jangka pendek dan dapat mendeteksi kegemukan overweight, c. Berat badan dapat berfluktuasi. Kelemahan indeks BBU yaitu : a. Dapat mengakibatkan interpensi status gizi yang keliru bila terdapat endema maupun asites, b. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk kalompok anak dibawah usia lima tahun balita. Ketepatan umur untuk kelompok umur ini masih merupakan masalah bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia, c. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

2.8.2 Indeks Tinggi Badan menurut Umur TBU

Universitas Sumatera Utara Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan yang skletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama Arnita, 2007. Berdasarkan sifat ini indeks TBU lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks TBU disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi pada masa lalu, juga erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi. Oleh karena itu indeks TBU sering digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat Arnita, 2007.

2.8.3 Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan TBTB

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Pemberian Beberapa Pakan Tambahan Penyedap Pada Rodentisida Nabati Ubi Gadung (Dioscorea hispida) terhadap Tikus Sawah Rattus argentiventer (Rodentia: Muridae) Di Laboratorium

4 34 72

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

0 33 259

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN ANAK SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK Perbedaan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta Tahun 201

0 2 15

MODEL PREDIKSI BERAT LAHIR BAYI BERDASARKAN BERAT BADAN IBU SEBELUM HAMIL DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN PERTRIMESTER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU TAHUN 2015-2016

0 0 10

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN-PEMULIHAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER)

0 0 8

ASUPAN ZAT GIZI, PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT), SERTA PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KECAMATAN MAKASSAR JAKARTA TIMUR TAHUN 2014. (STUDI KASUS)

0 0 6

19 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BISKUIT DAN BAHAN MAKANAN CAMPURAN KELOR TERHADAP BERAT BADAN DAN HEMOGLOBIN Studi Pada Balita Dengan Status Gizi Kurus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalumpang Kota Ternate Tahun 2015

0 1 10

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RELAKSASI BENSON PADA PASIEN HIPERTENSI (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangayu Semarang)

0 0 7

PERUBAHAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN AROMA TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATI KABUPATEN KUDUS

0 1 18

UJI BEDA BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN ORTODONTI CEKAT Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 10