Status Gizi Penilaian Status Gizi Alur Penelitian

tim saring atau nasi tim halus, bubur tepung beras, biskuit yang dilumatkan dengan air atau pisang yang dihaluskan dikerik dengan sendok. 2. Makanan Lembik Makanan lembik adalah nasi tim atau nasi lembik yang dapat ditambahkan dengan lauk-pauk dan sayuran yang berganti, makanan ini merupakan peralihan dari makanan lumat menjadi makanan keluarga. Contoh : nasi tim bayi saring, nasi lembek, bubur beras, bubur kacang hijau, biskuit atau pisang dan pepaya. 3. Makanan Padat Makanan padat atau sering disebut makanan keluarga adalah makanan lengkap berbentuk padat dan diselingi dengan makanan selingan contoh: nasi, dadar telur, tempe, sayur dan buah, makanan selingan kue nagasari, bubur kacang hijau atau pisang rebus.

2.6 Status Gizi

Status gizi menurut Jahari seperti yang dikutip oleh Sukardji 2003 adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan gizi di satu pihak, serta pengeluaran oleh organisme di lain pihak yang terlihat melalui variabel-veriabel tertentu, yaitu melalui suatu indikator status gizi. Penilaian suatus gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingakan dengan buku yang telah tersedia Supariasa, 2002. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu Arnita, 2007 : Universitas Sumatera Utara 1. Faktor eksternal merliputi : keadaan infeksi, konsumsi makanan, budaya, sosial dan ekonomi, pendidikan kesehatan, sarana kesehatan, dan produksi pangan. 2. Faktor Internal meliputi : genetik dan individual.

2.7 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu : pemeriksaan klinis, antropometri, biokimia, dan biofisik. Penilian secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu : survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi Arnita, 2007. Setiap metode penelitian status gizi terdapat kelebihan dan kekurangannya. Berbagai contoh penggunaan penilaian status gizi seperti antropometri digunakan untuk mengukur karakteristik fisik seseorang dan zat gizi yang penting untuk pertumbuhan. Sedangkan pemeriksaan klinis dan biokimia dipergunakan untuk merlihat atau mengukur satu aspek dari status gizi seperti kadar mineral atau vitamin Supariasa, 2002.

2.8 Pemeriksaan Antropometri

Antropometri berarti ukuran dari tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Digunakan untuk melihat ketidak- Universitas Sumatera Utara seimbangan asupan protein dan energi. Jika dilihat dari tujuan pemerikasaan antropometri dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu : a. Untuk ukuran massa jaringan dengan ukuran : berat badan, tebal lemak bawah kulit, lingkar lengan atas, berat jenis. Ukuran massa jaringan ini sifatnya sensitif, cepat berubah, mudah naik turun dan menggambarkan keadaan sekarang. b. Untuk ukuran linear : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linear sifatnya spesifik, perubahannya relatif lambat, ukuran tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat gizi masa lalu. Beberapa indeks antropometri dapat digunakan untuk menentukan keadaan gizi seseorang :

2.8.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur BBU

Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberi gambaran tentang massa tubuh otot dan lemak. Karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi, maka berat badan merupakan antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi terjamin, serta badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan sifat- Universitas Sumatera Utara sifat inilah maka indeks berat badan menurut umur BBU digunakan sebagai salah satu indikator status gizi, dan karena sifat berta badan yang labil, maka indek BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat kini current nutritional status. Penggunaan indeks BBU sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu mendapat perhatian. Kelebihan indeks BBU yaitu : a. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, b. Sensitif untuk melihat perubahan satatus gizi jangka pendek dan dapat mendeteksi kegemukan overweight, c. Berat badan dapat berfluktuasi. Kelemahan indeks BBU yaitu : a. Dapat mengakibatkan interpensi status gizi yang keliru bila terdapat endema maupun asites, b. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk kalompok anak dibawah usia lima tahun balita. Ketepatan umur untuk kelompok umur ini masih merupakan masalah bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia, c. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

2.8.2 Indeks Tinggi Badan menurut Umur TBU

Universitas Sumatera Utara Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan yang skletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama Arnita, 2007. Berdasarkan sifat ini indeks TBU lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks TBU disamping dapat memberikan gambaran tentang status gizi pada masa lalu, juga erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi. Oleh karena itu indeks TBU sering digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat Arnita, 2007.

2.8.3 Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan TBTB

Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan percepatan tertentu. Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi saat kini, terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh, oleh karena itu indeks BBTB disebut pula indikator yang independen terhadap umur. Karena indeks BBTB dapat memberikan gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan, maka dalam penggunaannya, indeks ini merupakan indikator kekurusan. Seperti halnya dengan indeks BBTB memiliki beberapa keuntungan dan kekurangan, terutama bila digunakan untuk pengukuran anak balita Arnita, 2007. Keuntungan penggunaan indeks BBTB yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Tidak memerlukan data umur b. Dapat membedakan proporsi badan gemuk, normal, dan kurus Kelemahan penggunaan indeks BBTB yaitu : a. Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan, atau kelebihan tinggi badan, karena faktor umur tidak diperhatikan dalam hal ini b. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok anak balita c. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan angka hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non profesional d. Membutuhkan dua macam alat ukur e. Pengukuran relatif lebih lama Untuk memperoleh gambaran status gizi KEP masa kini maupun masa lampau, WHO merumuskan penggunaan gabungan beberapa indeks antropometri yaitu : BBU, TBU, dan BBTB standar yang digunakan adalah NCHS National Center for Health Statistics, USA. Distribusi data berat badan,tinggi badan dan berat badan menurut tinggi badan yang dipublikasikan WHO meliputi data anak umur 0 sampai 18 tahun. Data baku rujukan WHO-NCHS disajikan dalam dua versi yaitu persentil Percentile dan skor simpangan baku Standart deviation Score = Z- Score.

2.9 Alur Penelitian

Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Alur penelitian kesesuaian uji Wilcoxon dan uji Walsh studi kasus pada data berat badan sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan pada BATITA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang periode Oktober- Desember tahun 2009 Uji Wilcoxon Uji Walsh Data Berat badan BATITA 12-36 bulan Hasil dengan beda Hasil dengan beda Kesesuaian Uji Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Pemberian Beberapa Pakan Tambahan Penyedap Pada Rodentisida Nabati Ubi Gadung (Dioscorea hispida) terhadap Tikus Sawah Rattus argentiventer (Rodentia: Muridae) Di Laboratorium

4 34 72

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

0 33 259

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN ANAK SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK Perbedaan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta Tahun 201

0 2 15

MODEL PREDIKSI BERAT LAHIR BAYI BERDASARKAN BERAT BADAN IBU SEBELUM HAMIL DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN PERTRIMESTER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU TAHUN 2015-2016

0 0 10

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN-PEMULIHAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER)

0 0 8

ASUPAN ZAT GIZI, PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT), SERTA PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KECAMATAN MAKASSAR JAKARTA TIMUR TAHUN 2014. (STUDI KASUS)

0 0 6

19 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BISKUIT DAN BAHAN MAKANAN CAMPURAN KELOR TERHADAP BERAT BADAN DAN HEMOGLOBIN Studi Pada Balita Dengan Status Gizi Kurus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalumpang Kota Ternate Tahun 2015

0 1 10

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RELAKSASI BENSON PADA PASIEN HIPERTENSI (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangayu Semarang)

0 0 7

PERUBAHAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN AROMA TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATI KABUPATEN KUDUS

0 1 18

UJI BEDA BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN ORTODONTI CEKAT Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 10