Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Uji Wilcoxon

anak tergolong pendek sebagai akibat dari gizi kurang pada masa balita Depkes RI, 2007. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan otak, mental,dan fisik yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya Depkes RI, 2006. Program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan jumlah dan mutu makanan pendamping ASI, selama ini telah dilakukan, diantaranya pemberian MP- ASI kepada bayi dan anak usia 6 – 24 bulan dari keluarga miskin yang dijalankan oleh pemerintah terkhusus bagian kesehatan dalam hal ini diprogramkan pada kegiatan Puskesmas Depkes RI, 2006. Puskesmas Bandar Khalifah merupakan salah satu puskesmas yang menjalankan program tersebut. Selama tahun 2009, puskesmas ini melaksanakan program pemberian makanan tambahan kepada balita di wilayah kerja puskesmas tersebut pada bulan Oktober sampai bulan Desember. Ketersediaan data dan kesediaan pihak puskesmas serta hal lain yang mendukung menjadi pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian di puskesmas dan wilayah kerjanya.

1.2 Rumusan Masalah

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kesesuaian uji Wilcoxon dan uji Walsh dengan data berat badan bayi usia kurang dari tiga tahun BATITA sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan periode Oktober- Desember di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang 2009. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui kesesuaian uji ranking bertanda Wilcoxon dan uji Walsh terhadap data berat badan setelah pemberian makanan tambahan pada BATITA 12- 36 bulan di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui hasil analisis data pemberian makanan tambahan pada BATITA di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009 dengan menggunakan uji Wilcoxon. 2. Mengetahui hasil analisis data pemberian makanan tambahan pada BATITA di Puskesamas Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009 dengan menggunakan uji Walsh. Universitas Sumatera Utara 3. Mengetahui perbedaan hasil analisis data pemberian makanan tambahan pada BATITA di Puskesmas Bandar Khalifah Deli Serdang tahun 2009 dengan menggunakan uji Wilcoxon dan uji Wlash.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pengguna statistik tentang perbedaan penggunaan statistik uji Wilcoxon dan uji Walsh. 2. Sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin melakukankan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Wilcoxon

Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam tahun 1945 merupakan penyempurnaan dari “Uji Tanda” yakni di samping memperhatikan tanda positif dan negatif, besarnya perbedaan juga diperhatikan. Uji ini digunakan untuk menguji kondisi variabel pada sampel yang berpasangan dengan skor data yang minimal berskala ordinal atau juga untuk penelitian dengan data sebelum dan sesudah. Anggapan yang diperlukan dalam penggunaan uji bertanda Wilcoxon adalah bahwa pasangan data diambil secara acak dan tiap-tiap perbedaan antara pasangan skor d i distribusi populasi yang simetris Djarwanto, 1996. Asumsi-asumsi uji ini adalah : a. Data untuk analisis terdiri atas n buah beda D i = Y i – X i . Setiap pasangan hasil pengukuran X i , Y i diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang sama atau terhadap subjek-subjek yang telah dijodohkan menurut suatu variabel atau lebih. Pasangan-pasangan X i , Y i dalam sampel ini diperoleh secara acak. b. Selisih variabel Y i – X i mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu variabel acak yang kontinu. c. Distribusi populasi d i tersebut setangkup simetri. Hipotesis nihil H yang akan diuji mengatakan bahwa dua populasi identik. Apabila H benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang bertanda positif kira-kira akan seimbang dengan jumlah jenjang yang bertanda negatif. Jika dua Universitas Sumatera Utara jumlah jenjang tersebut sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain dapatlah disimpulkan bahwa dua populasi itu tidak identik, dan dengan demikian kita menolak H . Dengan perkataan lain H ditolak jika salah satu jumlah jenjang positif atau negatif sangat kecil Djarwanto, 1996. Uji jenjang bertanda Wilcoxon dapat didasarkan pada sampel kecil n ≤ 25 atau didasarkan pada sampel besar n ≥ 25. Untuk sampel kecil, pengujian didasarkan pada nilai T. Nilai T adalah jumlah yang lebih kecil antara jumlah jenjang positif dengan jumlah jejang negatif. Nilai T dapat dilihat pada tabel harga kritis T dalam tes ranking bertanda data berpasangan Wilcoxon dengan taraf signifikasi 0.05, 0.02, dan 0.01 untuk pengujian satu sisi atau dua sisi. Untuk sampel besar, pengujiannya dilakukan dengan pendekatan distribusi normal, dimana mean dan standar deviasi dari distribusi sampling nilai T dihitung dengan rumus Djarwanto, 1996: Mean = 4 1 + = n n T µ Standar Deviasi : 24 1 2 1 + + = n n n T σ Harga uji statistik Z = T T T σ µ − Z = 24 1 2 1 4 1 + + + − n n n n n T Universitas Sumatera Utara Langkah- langkah untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon diringkaskan sebagai berikut : Djarwanto, 1996 1. Untuk setiap pasangan skor hitunglah beda atau selisihnya d i . Beda ini bisa positif dan bisa negatif. 2. Berikan jenjang harga-harga d i tanpa memperhatikan tandanya, dari yang terkecil sampai yang terbesar. Bila ada harga-harga d yang sama maka hitunglah jenjang rata-ratanya. 3. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap-tiap beda sesuai dengan tanda dari beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan. Bila terdapat beda 0, tetapkan kembali n yaitu banyak total harga d yang memiliki tanda. 4. Tetapkan nilai T yaitu jumlah yang lebih kecil dari dua kelompok jejang yang memiliki tanda yang sama, positif atau negatif. 5. Prosedur yang digunakan dalam menetapkan signifikansi harga T sampel, tergantung pada besarnya n : a. Apabila n ≤ 25, tabel harga-harga nilai kritis T menyajikan harga- harga T untuk berbagai ukuran n n ≤ 25. Jika harga T observasi nilai T tabel maka H nol ditolak. b. Apabila n 25, harga H diuji dengan menggunakan pendekatan kurve normal. Universitas Sumatera Utara

2.2 Uji Walsh

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Pemberian Beberapa Pakan Tambahan Penyedap Pada Rodentisida Nabati Ubi Gadung (Dioscorea hispida) terhadap Tikus Sawah Rattus argentiventer (Rodentia: Muridae) Di Laboratorium

4 34 72

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

0 33 259

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN ANAK SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK Perbedaan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta Tahun 201

0 2 15

MODEL PREDIKSI BERAT LAHIR BAYI BERDASARKAN BERAT BADAN IBU SEBELUM HAMIL DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN PERTRIMESTER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU TAHUN 2015-2016

0 0 10

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN-PEMULIHAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER)

0 0 8

ASUPAN ZAT GIZI, PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT), SERTA PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KECAMATAN MAKASSAR JAKARTA TIMUR TAHUN 2014. (STUDI KASUS)

0 0 6

19 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BISKUIT DAN BAHAN MAKANAN CAMPURAN KELOR TERHADAP BERAT BADAN DAN HEMOGLOBIN Studi Pada Balita Dengan Status Gizi Kurus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalumpang Kota Ternate Tahun 2015

0 1 10

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RELAKSASI BENSON PADA PASIEN HIPERTENSI (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangayu Semarang)

0 0 7

PERUBAHAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN AROMA TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATI KABUPATEN KUDUS

0 1 18

UJI BEDA BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN ORTODONTI CEKAT Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 10