Untuk α = 0,01 Untuk α = 0,02 Untuk α = 0,01 Untuk α = 0,02

T T table maka H diterima T yang digunakan adalah jumlah jenjang T yang lebih kecil.

a. Untuk α = 0,01

Dari tabel 4.8 diperoleh jumlah jenjang bertanda + = 120 dan jumlah jenjang bertanda - = 0. Jadi jumlah T = 0 adalah jumlah jenjang yang lebih kecil. Dari tabel nilai kritis T untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon untuk n = 14 dan α = 0,01 pengujian satu arah didapat bahwa T 0,01 = 13. Oleh karena T T 0,01 maka H ditolak. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan , dalam hal ini berat badan BATITA lebih besar dibandingkan setelah pemberian makanan tambahan.

b. Untuk α = 0,02

Dari tabel 4.8 diperoleh jumlah jenjang bertanda + = 120 dan jumlah jenjang bertanda - = 0. Jadi jumlah T = 0 adalah jumlah jenjang yang lebih kecil. Dari tabel nilai kritis T untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon untuk n = 14 dan α = 0,02 pengujian satu arah didapat bahwa T 0,01 = 16. Oleh karena T T 0,02 maka H ditolak. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan , dalam hal ini berat badan BATITA lebih besar dibandingkan setelah pemberian makanan tambahan. Universitas Sumatera Utara

c. Untuk α = 0,05

Dari tabel 4.8 diperoleh jumlah jenjang bertanda + = 120 dan jumlah jenjang bertanda - = 0. Jadi jumlah T = 0 adalah jumlah jenjang yang lebih kecil. Dari tabel nilai kritis T untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon untuk n = 14 dan α = 0,05 pengujian satu arah didapat bahwa T 0,05 = 21. Oleh karena T T 0,05 maka H ditolak. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan , dalam hal ini berat badan BATITA lebih besar dibandingkan setelah pemberian makanan tambahan.

4.3.2 Uji Walsh Tabel 4.9 Komputasi Harga Uji Walsh Terhadap Data Berat Badan BATITA

Sebelum dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Tahun 2009 No BB Awal BB Akhir dbeda skor Ranking d i 1 8.1 8.9 -0.8 4 2 8 8.9 -0.9 2 3 8.9 9.6 -0.7 7 4 10 10.8 -0.8 5 5 7.3 8 -0.7 8 6 9.1 9.7 -0.6 11 7 8.5 9.1 -0.6 12 8 8.6 9.5 -0.9 3 9 7.9 8.5 -0.6 13 10 8.7 9.1 -0.4 14 11 7.7 8.5 -0.8 6 12 7.3 8 -0.7 9 Universitas Sumatera Utara 13 7 7.7 -0.7 10 14 8 8 15 15 8.5 9.5 -1 1 Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut : 1. Formulasi hipotesis : a. H : tidak terdapat perbedaan pertambahan berat badan BATITA sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan µ 1 = µ 2 . b. H 1 : terdapat perbedaan berat badan BATITA antara sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan µ 1 0. 2. Taraf signifikasi dan besar sampel : Taraf signifikasi yang akan digunakan masing-masing adalah 0,01, 0,02 dan 0,05 dan besar sampel adalah 15. 3. Kriteria pengujian : Oleh karena H1 adalah µ 1 0 maka H akan ditolak jika ada diantara harga- harga yang dicantumkan dalam kolom sebelah kiri dari tabel nilai kritis untuk uji Walsh itu, untuk n = 15 ternyata terjadi.

a. Untuk α = 0,01

Dari tabel nilai kritis untuk uji Walsh ditunjukkan bahwa untuk n = 15 pengujian satu sisi bagi H 1 bahwa µ 1 0 dengan α 0,01 : Maximum [ ½ d 6 + d 15 , ½ d 10 + d 11 0 ] Universitas Sumatera Utara Kata “maximum” berarti kita harus memilih yang lebih besar diantara dua nilai tersebut. Jika 1 2 d 6 + d 15 atau 1 2 d 10 + d 11 dipilih mana yang lebih besar ternyata lebih kecil dari nol maka H diolak pada taraf signifikasi 0,01. Dari tabel 4.9 diketahui bahwa d 6 = -0,08 dan d 15 = 0 dan d 10 = -0,7 dan d 11 = -0,6 Maka didapat : Minimum [ ½ -0,8 + 0, ½ -0,7 + -0,6 ] = Minimum [ ½ -0,8, ½ -1,3 ] = -0,65 Dari hasil tersebut didapat bahwa nilai minimum telah memenuhi syarat untuk menerima H 1 sehingga H ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan.

b. Untuk α = 0,02

Dari tabel nilai kritis untuk uji Walsh ditunjukkan bahwa untuk n = 15 pengujian satu sisi bagi H 1 bahwa µ 1 0 dengan α 0,02 terdekat adalah 0,023 : Maximum [ ½ d 5 + d 15 , ½ d 6 + d 14 0 ] Kata “maximum” berarti kita harus memilih yang lebih besar diantara dua nilai tersebut. Jika 1 2 d 6 + d 15 atau 1 2 d 6 + d 14 dipilih mana yang lebih besar ternyata lebih kecil dari nol maka H diolak pada taraf signifikasi 0,023. Dari tabel 4.9 diketahui bahwa d 5 = -0,08 dan d 15 = 0 dan d 6 = -0,8 dan d 14 = -0,4 Maka didapat : Minimum [ ½ -0,8 + 0, ½ -0,8 + -0,4 ] = Minimum [ ½ -0,8, ½ -1,2 ] = -0,6 Universitas Sumatera Utara Dari hasil tersebut didapat bahwa nilai minimum telah memenuhi syarat untuk menerima H 1 sehingga H ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa berat badan BATITA setelah pemberian makanan tambahan lebih besar dibandingkan berat badan sebelum pemberian makanan tambahan.

c. Untuk α = 0,05

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Pemberian Beberapa Pakan Tambahan Penyedap Pada Rodentisida Nabati Ubi Gadung (Dioscorea hispida) terhadap Tikus Sawah Rattus argentiventer (Rodentia: Muridae) Di Laboratorium

4 34 72

Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

0 33 259

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN ANAK SEKOLAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK Perbedaan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Sebelum Dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Di SD Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta Tahun 201

0 2 15

MODEL PREDIKSI BERAT LAHIR BAYI BERDASARKAN BERAT BADAN IBU SEBELUM HAMIL DAN PERTAMBAHAN BERAT BADAN PERTRIMESTER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUUWATU TAHUN 2015-2016

0 0 10

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN-PEMULIHAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KENAIKAN BERAT BADAN IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIS (STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK KABUPATEN JEMBER)

0 0 8

ASUPAN ZAT GIZI, PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT), SERTA PERUBAHAN BERAT BADAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KECAMATAN MAKASSAR JAKARTA TIMUR TAHUN 2014. (STUDI KASUS)

0 0 6

19 PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BISKUIT DAN BAHAN MAKANAN CAMPURAN KELOR TERHADAP BERAT BADAN DAN HEMOGLOBIN Studi Pada Balita Dengan Status Gizi Kurus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalumpang Kota Ternate Tahun 2015

0 1 10

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RELAKSASI BENSON PADA PASIEN HIPERTENSI (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangayu Semarang)

0 0 7

PERUBAHAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN AROMA TERAPI PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATI KABUPATEN KUDUS

0 1 18

UJI BEDA BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN ORTODONTI CEKAT Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 10