Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras Organik (Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK
(Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)SKRIPSI
OLEH
NURUL ILDRAKASIH 080304064
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK
(Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair)SKRIPSI
OLEH
NURUL ILDRAKASIH 080304064
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera, Medan
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
ABSTRAK
NURUL ILDRAKASIH ( 080304064/AGRIBISNIS) Dengan Judul skripsi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras Organik di Kota Medan. Dosen Pembimbing Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA.
Beras organik adalah salah satu hasil produk pertanian organik. Varietas lokal yang dikembangkan saat ini adalah Pandan Wangi, Ciherang, Kuku Balam dan Beras Hitam. Semakin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan dan pelestarian lingkungan sehingga diperkirakan permintaan beras organik akan meningkat. Tujuan Penelitan adalah untuk mengetahui perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah penelitan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik di daerah penelitan.
Penelitian dilaksanakan di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair pada bulan Oktober 2012. Penentuan sampel dengan cara accidentak sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan dijumpai yang sedang berbelanja beras organik dan anorganik. Untuk pendugaan model menggunakan metode regresi logistik biner.
Hasil penelitian yang diperoleh antara lain: permintaan konsumen akan beras organik berfluktasi tiap bulannya, dan keputusan pembelian beras organik dipengaruh oleh pendapatan dan persepsi konsumen akan beras organik.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Maret 1990 dari pasangan Bapak Ismail dan Ibu Elvi Suryani. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah:
1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Al-Ulum dan tamat pada tahun 2002.
2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Harapan 2 Medan dan tamat pada tahun 2005.
3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Harapan 1 Medan dan tamat tahun 2008.
4. Tahun 2008 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, melalui jalur SNM-PTN.
5. Bulan Juni-Juli 2012 melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangann) di Desa Danau Sijabut Kabupaten Asahan.
6. Bulan Oktober melaksanakan penelitian skripsi di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefout Plaza Medan Fair.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga merupakan anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras Organik (Studi Kasus: JaPPSA, Brastagi Supermarket, Carrefour Plaza Medan Fair”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Elvi Suryani dan Papa Ismail yang telah membesarkan, memelihara, serta mendidik penulis selama ini.
2. Abang dan adik tercinta, Briptu. Alfi Syahri, dan Teguh Pribadi atas segala dukungannya baik moril maupun materil.
3. Kepada Ketua Komisi Pembimbing Ibu Ir. Diana Chalil, Msi, Ph.D dan kepada Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah dengan dengan sabar membimbing penulis mulai dari usulan penelitian, penelitian, sampai ujian akhir.
4. Kepada Manajer JaPPSA Bapak You Onse Ferianto S dan Kak Betty atas kesediannya menerima penulis untuk melakukan penelitian serta semua bantuannya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
6. Kepada sahabat-sahabat tersayang, Adinda Soraya, Anggun Nurul Mauliddar, Arisa Viniasari, Claudya Rahmi, Dewi Nadapdap, Tity, Titha,
(6)
Mina, Dana, Donnie dan Delpi atas segala perhatian, dukungan, masukan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada seluruh teman-teman seangkatan 08 atas kebersamaan dan kerja samanya selama ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I . PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penulisan ... 4
1.3. Kegunaan Penulisan ... 4
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5
2.2. Landasan Teori ... 10
2.3. Kerangka Pemikiran ... 24
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1.Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 25
3.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 25
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25
3.4. Metode Analisis Data ... 26
BAB IV. DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1.Deskriptif Daerah Penelitian ... 31
4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis ... 31
4.1.2. Tata Guna Tanah/Lahan ... 32
4.1.3. Keadaan Penduduk ... 32
4.1.1. Sarana dan Prasarana ... 35
4.2. Karakteristik Lokasi penelitian ... 37
(8)
4.2.2. Brastagi Supermarket ... 37
4.2.3. Carrefour Plaza Medan Fair ... 38
4.3. Deskripsi Karakteristik Sampel dan Variabel Bebas ... 39
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAAN 5.1. Perkembangan Permintaan Konsumen Beras Organik ... 43
5.1.1. Pandan Wangi ... 43
5.1.2. Ciherang ... 45
5.1.3. Kuku Balam ... 46
5.1.4. Beras Merah ... 48
5.1.5. Beras Hitam ... 51
5.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Respon (Membeli/Tidak Membeli) Konsumen Beras Organik ... 53
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 60
6.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA
(9)
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010………..……. 33
2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2010...………. 34
3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010………..……….. 34
4. Sarana dan Prasarana...…...……… 35
5. Distribusi Sampel………...……… 39
6. Hosmer dan Lomeshow Test……….……… 53
7. Omnimbus Test of Model Coefficient……….. 54
(10)
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran……… 24
2. Grafik Penjualan Beras Organik Pandan Wangi JaPPSA………….. 44 3. Grafik Penjualan Beras Organik Ciherang JaPPSA 2012..………… 45 4. Grafik Penjualan Beras Organik Kuku Balam JaPPSA 2012……… 47 5. Grafik Penjualan Beras Merah Organik JaPPSA 2012..……… 49 6. Grafik Penjualan Beras Hitam Organik JaPPSA 2012...………
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan
1. Data Penjualan Beras Pandan Wangi, Ciherang, Kukubalam, Beras Merah dan Beras Hitam di JaPPSA Tahun 2012
2. Karakteristik Sampel
3. Faktor-fator Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen 4. Persepsi Konsumen
5. Skor Gaya Hidup
(12)
ABSTRAK
NURUL ILDRAKASIH ( 080304064/AGRIBISNIS) Dengan Judul skripsi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Membeli Beras Organik di Kota Medan. Dosen Pembimbing Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D dan Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA.
Beras organik adalah salah satu hasil produk pertanian organik. Varietas lokal yang dikembangkan saat ini adalah Pandan Wangi, Ciherang, Kuku Balam dan Beras Hitam. Semakin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan dan pelestarian lingkungan sehingga diperkirakan permintaan beras organik akan meningkat. Tujuan Penelitan adalah untuk mengetahui perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah penelitan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik di daerah penelitan.
Penelitian dilaksanakan di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair pada bulan Oktober 2012. Penentuan sampel dengan cara accidentak sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan dijumpai yang sedang berbelanja beras organik dan anorganik. Untuk pendugaan model menggunakan metode regresi logistik biner.
Hasil penelitian yang diperoleh antara lain: permintaan konsumen akan beras organik berfluktasi tiap bulannya, dan keputusan pembelian beras organik dipengaruh oleh pendapatan dan persepsi konsumen akan beras organik.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Revolusi hijau merupakan upaya untuk meningkatkan produksi pangan melalui usaha pengembangan teknologi pertanian. Revolusi hijau dimulai sejak dekade 1960-an dengan label “pertanian modern”. Kegiatan pertanian modern ini meliputi penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, penggunaan pestisida kimia, mekanisasi pertanian, dan pnyuluhan pertanian secara massal.
Disatu sisi revolusi hjau memang dapat meningkatkan produksi pangan, namun disisi lain revolusi hijau juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Beberapa dampak negatif yang disebabkan oleh revolusi hijau terhadap lingkungan hidup antara lain adalah munculnya jenis “hama” baru yang lebih resisten terhadap pestisida sehingga terjadinya ledakan hama akibat predator alami yang ikut mati terkena semprotan pestisida. Selain itu perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat dosis pupuk yang tinggi dan terus-menerus menyebabkan penurunan kesuburan lahan yang pada gilirannya mengakibatkan turunnya produktivitas lahan dan tercemarnya kandungan air tanah (Sugito, 1995).
Menyadari besarnya dampak negatif tersebut, pakar pertanian mempelopori dan menerapkan gagasan mengenai pertanian organik, yaitu sistem pertanian yang secara ekologi ramah terhadap lingkungan sehingga produksinya aman untuk dikonsumsi manusia dan sekaligus mampu menyediakan pangan yang cukup bagi penduduk, baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Sistem pertanian
(14)
organik ini bebas dari kandungan bahan kimia karena sama sekali tidak menggunakan bahan kimia (seperti pupuk buatan, pestisida, insektisida, fungisida, dan herbisida), melainkan menggunakan bahan-bahan alami dalam proses produksinya.
Salah satu contoh hasil produk dari pertanian organik adalah beras organik. Beras organik ada yang berwarna putih, merah dan hitam. Beras organik putih sendiri memiliki bermacam-macam varietas diantaranya adalah varietas pandan wangi, kuku balam, ciherang, ramos, siredek dan sebagainya. Semua jenis beras organik memiliki manfaaat yang hampir sama. Beras organik sangat baik bagi kesehatan karena bebas dari bahan kimia berbahaya dibandingkan dengan beras lain. Memiliki kandungan nutrisi dan mineral tinggi, kandungan glukosa, karbohidrat dan proteinnya mudah terurai, aman dan sangat baik dikonsumsi penderita diabetes, baik untuk program diet, mencegah kanker, jantung, asam urat, darah tinggi, dan vertigo. Selain itu rasa nasi dari beras organik lebih empuk dan pulen. Beras organik aman dikonsumsi oleh balita, orang dewasa, dan para manula.
Kehadiran beras organik disambut gembira masyarakat yang sangat memperhatikan kesehatan dan kelestarian lingkungan. Mereka mulai sadar bahwa selama ini makanan yang dikonsumsi mengandung residu pupuk dan pestisida kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Itulah sebabnya mereka mulai mencari bahan makanan yang diproduksi secara organik sehingga aman dikonsumsi dan sekaligus ramah lingkungan. Hal tersebut terindikasi dengan pertumbuhan pasar organik diperkirakan mencapai 20-30% per tahun. Bahkan, di beberapa Negara
(15)
oleh alasan kesehatan, 94% responden di berbagai kota besar di Eropa menyatakan bahwa mereka membeli pangan organik karena mereka sangat peduli akan kesehatan pribadi serta anggota keluarganya, sehingga diperkirakan permintaan beras organik akan meningkat dan peluang pasarnya semakin lebar (Sriyanto, 2010). Namun produksi yang tersedia belum mampu memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat. Hal ini disebabkan masih sedikitnya petani yang melakukan pertanian organik daripada non-organik (Sulaeman, 2007).
Dari beberapa keunggulan, tingginya kualitas beras organik menyebabkan tingginya harga beras tersebut dibanding dengan harga beras biasa, hal ini karena jumlah produksi beras organik masih terbatas dalam skala kecil dan dilakukan oleh kelompok tani binaan. Harga beras organik yang relatif mahal tersebut sehingga menyebabkan konsumen yang mengkonsumsi beras organik pun berasal dari kalangan menengah dan kalangan atas. Penjualan beras organik pun masih dikatakan terbatas karena hanya tersedia di tempat-tempat tertentu seperti di pasar-pasar modern dan tidak tersedia di pasar tradisional. Hal ini yang membuat beras organik mempunyai segmen pasar sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik di kota Medan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah penelitian?
(16)
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik di daerah penelitan?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan permintaan konsumen beras organik di daerah penelitan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik di daerah penelitan.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pembaca yang memiliki ketertarikan terhadap faktor-faktor mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik.
2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan perilaku konsumen.
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi manusia. Di Negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, kamboja, Cina, Indonesia, Korea, laos, Filipina, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam, beras merupakan pangan pokok. Sebanyak 75% masukan kalori harian masyarakat di Negara-negara Asia tersebut berasal dari beras. Lebih dari 50% penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber kalori utama (Haryadi, 2006).
Di Indonesia, beras merupakan komuditas strategis yang memiliki sensitivitas politik, ekonomi, dan kerawanan sosial yang tinggi. Demikian tergantungnya penduduk Indonesia pada beras maka sedikit saja terjadi gangguan produksi beras, pasokan beras menjadi terganggu dan harga jual meningkat. Dengan demikian pemerintah berusaha untuk mencapai swasembada beras. Segala daya upaya ditempuh agar terwujud target produksi. Intensifikasi pertanian pun efektif diterapkan. Teknologi pertanian melalui bibit unggul, pemupukan dan pemberantasan hama penyakit diadopsi. Upaya tersebut membuahkan hasil, pada tahun 1985 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.
Untuk meningkatkan produksi hingga tercapai swasembada beras pada tahun 1985, teknik bercocok tanam tradisional benar-benar ditinggalkan. Teknik tersebut dianggap tidak praktis karena hasilnya kurang optimal, sehingga
(18)
dilakukan pertanian modern dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia sadar akan bahwa hasil dari pertanian modern akan merusak lingkungan dan tidak baik untuk kesehatan, maka mulai diterapkan kembali pertanian organik yang ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan konsumen, yaitu diterapkannya pertanian padi organik (Andoko,2002).
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan-bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2002).
Salah satu cara untuk mendapatkan beras dengan kualitas yang baik adalah dengan lebih mensosialisasikan usaha padi organik. Usahatani padi organik ini selain sangat baik untuk kesehatan orang yang mengkonsumsinya karena bebas dari kandungan bahan kimia yang berbahaya (Nainggolan,2001). Beras organik merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Oleh karena tanpa bahan kimia, beras organik tersebut pun terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida kimia. Beras organik sebenarnya bukan hal baru bagi manusia, termasuk di Indonesia. Sudah sejak dahulu nenek moyang kita membudidayakan padi tanpa bahan kimia yang saat ini dikenal dengan istilah pertanian organik.
(19)
itu, rasa dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan lainnya adalah warna dan daya simpannya lebih baik dari beras biasa. Sesudah ditanak, beras organik akan menjadi nasi yang warnanya lebih putih dibandingkan beras biasa (Andoko, 2002).
Beras organik mengandung nutrisi dan mineral tinggi, kemudian kandungan glukosa,karbohidrat dan proteinnya mudah terurai sehingga aman untuk dikonsumsi penderita diabetes dan baik untuk program diet. Selain itu, aroma dan rasa beras organik juga lebih pulen & harum serta lebih tahan lama dibandingkan dengan beras non-organik. Beberapa macam jenis beras organik adalah sebagai berikut:
1. Beras Pandan Wangi 2. Beras IR-64
3. Beras Kuku Balam 4. Beras Merah 5. Beras Hitam
Walaupun harga beras organik jauh lebih mahal dibandingkan beras non-organik namun hal tersebut sebanding dengan manfaat dan kualitas yang akan diperoleh. Dan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat mengenai arti penting kesehatan, maka tingkat konsumsi beras organik dari waktu ke waktu pun semakin tinggi.
(20)
Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Putri (2002) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik adalah harga beras organik, harga beras lain, tingkat pendidikan, besarnya pendapatan keluarga serta ukuran keluarga. Dengan menggunakan model regresi linier berganda, dijelaskan bahwa harga beras organik memilik hubungan yang negatif terhadap permintaan beras organik. Sedangkan harga beras lain, tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan dan ukuran keluarga memiliki hubungan yang positif terhadap permintaan beras organik. Analisis penilaian konsumen beras organik menggunakan Model FishBein untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu atribut produk tertentu berdasarkan pada perangkat kepercayaan dan diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut tersebut. Menurut penilaian konsumen, konsumen sangat mementingan atribut kualitas, rasa, kehigienisan, harga, dan kemudahan diperoleh dalam mengkonsumsi beras organik. Sedangkan atribut kemasan dan prestise tidak terlalu menjadi perhatian konsumen.
Dalam penelitian Januar (2006) variabel-variabel yang diduga berpengaruh nyata terhadap permintaan beras organik adalah pendapatan, usia, jumlah anggota keluarga, pendidikan, frekuensi konsumsi, dummy harga, dummy jenis kelamin, dan dummy sumber informasi. Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras organik adalah regresi linier berganda. Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan beras organik adalah pendapatan, jumlah anggota keluarga, pendidikan, dan frekuensi
(21)
Pada penelitian Arnas (2009) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumah tangga terhadap sayuran organik di Bogor, diketahui bahwa variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam organik adalah pendapatan, usia , harga bayam organik, dan dummy gaya hidup. Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan bayam organik,. Sedangkan jumlah anggota keluarga, lama pendidikan formal, dummy jenis kelamin, dan dummy sumber informasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan bayam organik. Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wortel organik adalah pendapatan, usia, lama pendidikan formal, dan dummy gaya hidup . Variabel-variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan wortel organik. Sedangkan variabel jumlah anggota keluarga, harga wortel organik, dummy jenis kelamin, dan dummy sumber informasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan wortel organik. Model terpilih yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan bayam dan wortel organik adalah model regresi linier berganda.
Dalam penelitian Hartari (2005) mengenai Atribut Produk dan Karakteristik Konsumen Beras Organik terhadap Sikap Konsumen Beras Organik menjelaskan bahwa sikap konsumen beras organik diketahui dengan menngunakan metode multiatribut fishbein. Atribut produk yang mempengaruhi sikap konsumen adalah kepulenan, rasa, harga, aroma dan kesesuaian dengan selera anggota keluarga. Sedangkan atribut produk yang menjadi kendala dalam mempengaruhi sikap konsumen adalah kurangnya pencantuman informasi atau deskripsi produk pada kemasan, ketersediaan dan keawetan.
(22)
2.2. Landasan Teori
a. Teori Permintaan
Dari segi ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan diartikan secara absolut yaitu menunjukkan jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari sudut ilmu ekonomi permintaan mempunyai arti apabila didukung daya beli konsumen yang disebut dengan permintaan efektif. Jika permintaan hanya didasarkan atas kebutuhan saja dikatakan sebagai permintaan absolut (Nicholson,1995).
Kemampuan membeli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu, pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang berubah, maka jumlah barang yang diminta juga berubah. Demikian juga halnya apabila harga barang yang dikehendaki berubah maka jumlah barang yang dibeli juga akan berubah (Sudarsono, 1990).
Teori permintaan diturunkan dari prilaku konsumen dalam mencapai kepuasan maksimum dengan memaksimumkan kegunaan yang dibatasi oleh anggaran yang dimiliki. Hal ini tentu dapat dijelaskan dengan kurva permintaan, yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah maksimum dari barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternatif pada waktu tertentu (ceteris paribus), dan pada harga tertentu orang selalu membeli jumlah yang lebih kecil bila mana hanya jumlah yang lebih kecil itu dapat diperolehnya (Sugiarto, 2000).
(23)
b. Teori Perilaku Konsumen
Konsumen dapat dibedakan atas konsumen individu dan konsumen organisasi. Penggunaan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen individu dapat diperuntukkan bagi dirinya sendiri, keluarga, saudara, teman, atau orang lain. Konsumen organisasi membeli barang dan jasa untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. Konsumen individu dan organisasi memiliki arti dan nilai yang penting bagi perusahaan penghasil barang dan jasa, namun konsumen individulah yang memberikan pengaruh secara langsung bagi kemajuan dan kemunduran perusahaan. Produk sebaik apapun tidak akan berarti bagi perusahaan, jika tidak digunakan oleh konsumen individu sebagai konsumen akhir. Konsumen individu sebagai konsumen akhir memiliki keragaman karakteristik seperti usia, latar belakang budaya, pendidikan keadaan ekonomi, dan lain-lain (Sumawarman, 2004).
Teori konsumen merupakan teori yang mencakup perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan, berupa barang ataupun jasa-jasa konsumsi. Reksoprayitno (2000), menyampaikan bahwa teori konsumen menjelaskan bagaimana reaksi konsumen dalam kesediaannya membeli suatu barang akan berubah jika jumlah pendapatan konsumen dan harga barang yang bersangkutan berubah. Fungsi utama barang dan jasa konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan langsung pemakainya, dengan terpenuhinya kebutuhan konsumen tersebut akan menimbulkan kepuasan (satisfaction) bagi konsumen itu sendiri.
(24)
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses kepuasan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Jadi dapat dikatakan prilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decisions unit), baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya (Setiadi, 2005).
Seperti yang dinyatakan oleh Boyd, dkk (2000) bahwa pengambilan keputusan konsumen pada dasarnya merupakan proses pemecahan masalah. Kebanyakan konsumen, baik konsumen individu maupun pembeli organisasi melalui proses mental yang hampir sama dalam memutuskan produk dan merek apa yang akan dibeli. Walaupun nyata sekali bahwa berbagai konsumen akhirnya memilih untuk membeli barang-barang yang berbeda disebabkan oleh perbedaan karakteristik pribadi (kebutuhan, manfaat yang dicari, sikap, nilai, pengalaman masa lalu, dan gaya hidup) dan pengaruh sosial (perbedaan kelas sosial, kelompok rujukan, atau kondisi keluarga).
Untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap beras organik, maka karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang penting. Karakteristik ini dapat dibangun berdasarkan unsur-unsur demografis, perilaku, psikografis dan geografis. Faktor lainnya yang juga penting dalam karakteristik individu berupa umur, pendidikan dan karakteristik psikologis. Dalam penyebaran ide baru atau difusi suatu inovasi (beras organik) pada suatu sistem sosial, pelakunya paling
(25)
tidak memiliki tiga karakteristik, yaitu status sosial, kepribadian dan kemampuan berkomunikasi (Hartari, 2005).
Sikap Konsumen
Sikap konsumen adalah faktor paling penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Pembentukan sikap konsumen seringkali menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap, dan perilaku. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk. Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk. Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk. Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya dan manfaatnya (Sumarwan, 2004).
Menurut Engel, et al. (1995), sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan seseorang memberikan respon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap suatu obyek atau alternatif yang diberikan. Lebih jauh, sikap dikonseptualisasikan sebagai perasaan positif atau negatif terhadap merek dan dipandang sebagai hasil dari penilaian merek dan atribut evaluatif yang penting. Sikap relevan terhadap prilaku pembelan ditampilkan oleh sikap yang terbentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung individu dengan produk, berdasarkan informasi yang diberikan oleh pihak ataupun pengetahuan yang diperoleh dari media massa.
Menurut tricomponent attitude model, sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi
(26)
konsumen, yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu objek-sikap dan informasi dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya dalam bentuk kepercayaan, yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah atribut. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, yaitu menunjukkan penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah produk itu disukai atau tidak; atau apakah produk itu baik atau buruk. Konatif menunjukkan tindakan seseorang atau kecendrungan perilaku terhadap suatu objek, konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen dan sering juga disebut sebagai intention (Sumarwan, 2004).
Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Biasanya pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi harus memperhitungkannya. Berikut adalah pengaruh dari keempat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen:
a. Faktor Budaya
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam dalam perilaku konsumen. Faktor budaya dibagi atas:
1. Budaya, adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang paling dasar. Perilaku manusia dipelajari secara luas. Tumbuh di dalam suatu masyarakat, seorang anak mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaki dari keluarga dan institusi lainnya. Setiap kelompok atau masyarakat
(27)
mempunyai budaya, dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian bisa sangat bervariasi dari yang Negara yang satu dengan Negara yang lain.
2. Subbudaya, merupakan bagian budaya yang lebih kecil atau kelompok orang yang berbagi system nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi umum. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. 3. Kelas Sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative permanen dan
berjenjang dimana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
b. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, antara lain: 1. Kelompok
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok (group) kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tempat dimana seseorang menjadi anggotanya disebut keanggotaan. Sebaliknya, kelompok referensi bertindak sebagai titik pebandingan atau titik referensi langsung atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau perilaku seseorang. Kelomok referensi memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mempengaruhi sikap dan konsep dir seseorang, dan menciptakan tekanan untuk menegaskan apa yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek seseorang. Arti penting kelompok mempengaruhi berbagai produk dan merek. Pengaruh ini berdampak paling kuat ketika produk itu dapat dilihat orang lain yang dihormati pembeli.
(28)
2. Keluarga
Anggota keluarga bisa sangat mempengaruhi perilaku pembeli. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan telah diteliti secara ekstensif. Pemasar tertarik pada peran suami, istri, serta anak-anak dalam pembelian barang dan jasa yang berbeda. Keterlibatan suami-istri dalam kategori produk dan tahap proses pembelian sangat beragam. Peran pembelian berubah sesuai dengan gaya hidup konsumen yang berubah. Anak-anak juga mempunyai pengaruh kuat dalam keputusan pembelian keluarga.
3. Peran dan Status
Posisi seseorang dalam masing-masing kelompok dapat didefenisikan dalam peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang yang disekitarnya. Masing-masing peran membawa status yang mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh masyarakat. Orang biasanya memilih produk sesuai dengan peran dan status mereka.
c. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, antara lain: 1. Usia
Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran, semua penduduk berpapun usianya adalah konsumen. Namun
(29)
segmentasi pasar produknya. Para pemasar juga harus memahami apa kebutuhan dari konsumen dari berbagai usia tersebut, kemudian membuat berbagai beragam produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut (Sumawarman, 2004).
2. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli. Pemasar berusaha mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata-rata pada produk dan jasa mereka. Perusahaan bahkan dapat mengkhususkan diri membuat produk yang diperlukan oleh kelompok pekerjaan tertentu.
3. Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar barang-barang yang sensitif terhadap pendapatan mengamati gejala pendapatan pribadi, tabungan dan suku bunga. Jika indicator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan harga kembali untuk produk mereka secara seksama. Beberapa pemasar menargetkan konsumen yang mempunyai banyak uang dan sumber daya, menetapkan harga yang sesuai. 4. Gaya Hidup
Gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografisnya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup dapat membantu para pemasar memahami
(30)
nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian.
Dua orang dengan usia, pendapatan, pendidikan bahkan pekerjaan yang sama tidak perlu menjalani kehidupan dengan cara yang sama. Mereka bisa memiliki opini, minat, dan kegiatan yang berbeda. Termasuk membeli produk dan merek yang berbeda. Pola kegiatan. Minat, dan opini yang luas ini dan perilaku yang muncul disebut gaya hidup (lifestyle). Untuk memeperoleh data gaya hidup, konsumen ditanya untuk menindikasi apakah merekah setuju/tidak setuju dengan serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan kepedulian harga, kegiatan keluarga, olahraga yang disukai, nilai-nilai tradisional, kesukaan berpetualang dan pakaian(Boyd, dkk, 2000).
5. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian setiap orang berbeda-beda dalam mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu kepada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan orang itu sendiri, kepribadian biasanya digambarkan dalam karakteristik perilaku seperti kepercayaan diri, domonasi, kemampuan bersosialisasi, otonomi, cara mempertahankan diri, kemampuan beradaptasi, dan sifat-sifat agrsif. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merek tertentu.
d. Faktor Psikologis
(31)
1. Motivasi
Keutuhan menjadi motif ketika kebutuhan itu mencapa tingkat intensitas yang kuat. Motif atau dorongan adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mengarahkan seseorang mencari kepuasan.
2. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan meninterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia berarti. Orang yang termotivasi pasti siap beraksi. Cara orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsi dirinya tentang situasi, kita semua mempelajari aliran informasi melalui lima indera kita: penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa. Meskipun demikian, masing-masing diri kita menerima, mengatur dan menginterpretasikan informasi sensorik dalam caranya sendiri. Orang juga dapat membentuk persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga proses persepsual (berhubungan dengan rangsangan sensorik): atensi selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif (Kotler, 2008).
Pemahaman terhadap persepsi dan proses yang terkait sangat penting bagi pemasar dalam upaya membentuk persepsi yang tepat. Terbentuknya persepsi yang tepat pada konsumen menyebabkan mereka mempunyai kesan dan memberikan penilaian yang tepat. Berdasar persepsi inilah konsumen tertarik dan membeli. Dua produk yang bentuk, rasa, dan kandungannya sama dapat di persepsikan berbeda, begitu konsemen melihat mereknya berbeda.
Jika konsumen mempresepsikan bahwa produk A memiliki keunggulan yang berbeda dengan produk lain dan keunggulan itu sangat berarti bagi konsumen,
(32)
maka konsumen akan memilih produk A tersebut yang sebenarnya relatif mirip dengan produk lainnya. Suatu proses presepsi akan diawali oleh suatu stimuli yang mengenai indera kita. Stimuli yang menimbulkan presepsi bisa bermacam-macam bentuknya, asal merupakan sesuatu yang langsung mengenai indera kita. Stimuli ini akan mengenai organ yang disebut sebagai
sencory receptor (organ manusia yang menerima input stimuli atau indera). Adanya stimulus yang mengenai sencory receptor mengakibatkan individu merespon. Respon langsung atau segera dari organ sencory receptor tersebut dinamakan sensasi. Tingkat kepekaan dalam sensasi antara individu satu dengan yang lain juga berbeda-beda (Suryani, 2008).
3. Pembelajaran
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Pemebelajaran terjadi melalui interaksi dorongan, rangsangan pertanda, respons, dan penguatan.
4. Keyakinan dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Keyakinan bisa didasarkan pada pengetahuan nyata, pendapat atau iman yang bisa membawa muatan emosi atau tidak. Keyakinan akan menbentuk citra produk dan merek yang mempengaruhi perilaku pembelian. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide.
(33)
Proses Pengambian Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2008), proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap, yaitu; pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evauasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian. Gambar berikut memperlihatkan bahwa konsumen melewati seluruh lima tahap itu untuk semua pembelian yang dilakukannya. Tetapi dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen sering menghilangkan atau membalik urutan beberapa tahap itu.
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal, contohnya rasa lapar dan hapus. Dan dapat juga dipicu oleh rangsangan eksternal, contohnya iklan suatu produk baru.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tertarik mungkin akan mencari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan.
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu.
(34)
4. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian. Pada umumnya, keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, dan yang kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan.
5. Perilaku Pascapembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak akan terlihat dalam perilaku pascapembelian yang harus diperhatikan oleh pemasar. Yang menentukan kepuasan atau tidak kepuasan pembeli biasanya dapat dilihat dari hubungan antara ekspektasi konsumen dan kinerja anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen akan kecewa; jika produk memenuhi ekspektasi, konsumen akan puas; dan jika produk melebihi ekspektasi, konsumen akan sangat puas.
Menurut Kotler dan Keller (2009), aktivitas pemasaran muncul dalam sebuah bentuk yang diklasifikasikan sebagai sarana bauran pemasaran dari empat jenis yang luas, yang disebut dengan empat P yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Pemasar membuat keputusan bauran pemasaran untuk mempengaruhi saluran perdagangan mereka dan juga konsumen akhir mereka. Begitu mereka memahami kelompok-kelompok ini, pemasar membuat atau menyesuaikan penawaran atau solusi, meninformasikan konsumen,
(35)
P melambangkan pandangan penjual terhadap perangkat pemasaran untuk mempengaruhi pembeli. Dari sudut pembeli, setiap perangkat pemasaran dirancang untuk memberikan manfaat bagi mereka.
2.3. Kerangka Pemikiran
Kounsumen melakukan kegiatan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap konsumen akan memenuhi semua yang diperlukan oleh tubuhnya sehingga tidak akan kekurangan apapun.
Konsumen yang mengkonsumsi beras organik atau non organik berhubungan dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen diantaranya adalah karakteristik budaya, sosial, pribadi dan psikologis.
Dimana karakteristik budaya dibagi atas subbudaya dan kelas sosial. Kelas sosial ditentukan dari tingkat pendapatan konsumen. Karakteristik sosial ditentukan oleh faktor keluarga. Karakteristik pribadi ditentukan oleh faktor tingkat pendidikan dan gaya hidup. Dan karakteristik psikologis ditentukan dari faktor tingkat pendidikan konsumen serta persepsi konsumen akan beras organik tersebut.
Dalam proses keputusan pembelian beras organik tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik dari konsumen, tetapi juga dipengaruhi oleh harga beras organik tersebut. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak membeli beras organik dalam memenuhi kebutuhannya.
(36)
Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Skema kerangka pemikran Keterangan :
: Adanya hubungan : Mempengaruhi
2.4. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
1. Pendapatan, tingkat pendidikan, keluarga , rasio harga beras organik, persepsi, dan gaya hidup mempengaruhi konsumen dalam membeli beras
KONSUMEN
KEPUTUSAN MEMBELI Pendapatan
Tingkat pendidikan
Anggota Keluarga Orang Tua Anggota Keluarga
Balita Rasio Harga Beras
Organik Persepsi
(37)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling artinya daerah penelitian dipilih berdasarkan tujuan tertentu yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah penelitian ditetapkan di Kota Medan yang ditentukan secara sengaja di Koperasi JaPPSA ( Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam), Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair.
3.2. Metode Penentuan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel dilakukan secara kebetulan (accidental sampling) karena populasi konsumen beras organik di Kota Medan tidak dapat diketahui. Metode accidental sampling yaitu siapa saja yang kebetulan ditemui dan memenuhi kriteria sampel yaitu pembeli yang sedang berbelanja beras dan bersedia diwawancarai. Setiap responden yang akan dipilih dan diwawancarai tidak ditetapkan sebelumnya. Jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian adalah 60 responden. Dengan alasan untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik sampel paling minimum adalah 30 responden (Walpole,1992).
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data dari konsumen yaitu seperti, nama, umur, alamat, keluarga, pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan sebagainya yang berbelanja beras organik. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung
(38)
dengan konsumen yang berpedoman pada daftar kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yaitu data tentang jumlah persediaan, jumlah penjualan, dan harga beras organik yang ada di Medan. Data sekunder diperoleh dari lokasi penelitian, dan dokumentasi yang mendukung penelitan seperti buku-buku literatur, jurnal, skripsi dan melalui beberapa website dengan menggunakan fasilitas internet.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif berdasarkan data di lokasi penelitian akan permintaan beras organik.
Untuk identifikasi masalah 2, untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli beras organik digunakan metode deskriptif. Data yang dikumpulkan selanjutnya akan ditabulasi dan dianalisis. Untuk pendugaan model menggunakan metode regresi logistic biner dengan rumus:
ln� ��
�−��� =α+ β1X1+ β2X2+ β3D1 + β4D2+ β5X3+ β6X4+ β7D3
Dimana:
Pi = Peluang membeli beras organik
1-Pi = Peluang tidak membeli beras organik
Y = Keputusan Pembelian 1 = konsumen membeli 0 = konsumen tidak membeli
(39)
X1 = Total pendapatan (Rp/bulan)
X2 = Tingkat Pendidikan (tahun)
D1 = Adanya anggota keluarga yang berusia ≥ 55 tahun
1 = jika ada 0 = jika tidak ada
D2 = Adanya anggota keluarga yang berusia < 5 tahun
1 = jika ada 0 = jika tidak ada
X3 = Perbandingan harga beras organik dengan harga beras anorganik
X4 = Persepsi (skor)
D3 = Gaya hidup Sehat
1 = Ya 0 = Tidak
Pada Hosmer dan Lemeshow (1989) kriteria uji model yang akan dilakukan adalah:
1) Hosmer and Lemeshow Test
H0 : (1-B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi / observasi) = 1. Artinya tidak
ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi, sehingga model dinyatakan layak digunakan.
H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi
estimasi.
Sig. > 0,05 ; H1 ditolak, H0 diterima
(40)
2) Secara serempak dari Omnibus Test
H0 : β0 = β1 = ……= β9 = 0, dimana tidak ada variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat.
H1 : setidaknya salah satu variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
terikat (β1≠ 0).
Sig. > 0,05 ; H1 ditolak, H0 diterima
Sig. ≤ 0,05 ; H1 diterima, H0 ditolak
3) Secara parsial dari Wald Test
H0 : tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
H1 : ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Wj ≤ χ2α,1 atau Sig. > 0,05 ; H1 ditolak, H0 diterima
Wj > χ2
α,1 atau Sig. ≤ 0,05 ; H1 diterima, H0 ditolak
Marginal Effect
���
��� = �̂���� (1− ���)
Dimana:
ln
�
Pi1−Pi
�
= β0+ β1 X1Pi
1−Pi= Exp (β1)
(41)
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi dan batasan operasional dimaksudkan unuk menghindari kesalahpahaman istilah-istilah yang terlibat dalam skripsi.
3.5.1.Defenisi Operasional
Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Konsumen dalam penelitian adalah orang berbelanja beras organik dan mengenal beras organik di lokasi penelitian yang menjadi responden.
2. Rasio harga adalah perbandingan harga beras organik dengan beras anorganik yang dibeli oleh sampel pada saat penelitian
3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang dijalani oleh responden. 4. Pendapatan adalah total besarnya gaji/pensiunan/keuntungan usaha
responden dalam rupiah.
5. Komposisi keluarga adalah anggota keluarga konsumen beras organik yaitu orang tua yang berumur ≥ 55 tahun, dan balita yang berumur ≤ 5 tahun. 6. Persepsi adalah pendapat ataupun pemahaman konsumen terhadap beras
organik.
7. Sampel adalah konsumen yang membeli beras organik dan beras anorganik. 8. Perilaku konsumen adalah suatu sikap konsumen beras organik untuk
mengambil keputusan membeli atau tidak beras organik yang berdasarkan pengaruh faktor-faktor tertentu.
(42)
3.5.2.Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan di JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair.
2. Sampel hanya orang yang membeli beras organik dan anorganik lokal. 3. Penelitian dilakukan ± 1 bulan
(43)
BAB IV
DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1. Deskriptif Daerah Penelitian 4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2°27'-2°47'LU - 98°35'-98°44'BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan, Barat dan Timur.
Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Dearah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia bekisar antara 23,04°C – 24,08°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,73°C – 34,47°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 22,6°C – 24,4°C dan suhu maksimum berkiar antara 32,3°C – 33,9°C. Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali perbulannya 133,75 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 161,67 mm.
(44)
4.1.2. Tata Guna Tanah/Lahan
Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak.
4.1.3. Keadaan Penduduk
a. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan
Penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 orang dengan rumah tangga yang terbesr di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 1 menunjukkan bahwa usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja berjumlah 574.129 jiwa (27,37 %). Jumlah usia produktif (15-54 tahun) yaitu orang dewasa sebesar 1.337.435 jiwa (63,76%). Dan jumlah manula
(≥ 55 tahun) sebesar 186.046 jiwa (8,87%). Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai jumlah dan persentase penduduk Kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.
(45)
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Golongan Umur
Laki-laki Perempuan
Jumlah Jiwa Persentase
(%) Jiwa
Persentase (%)
0-4 98.437 9,49 92.857 8,75 191.294
5-9 99.961 9.64 93.532 8,82 193.493
10-14 97.514 9,40 91.828 8,66 189.342
15-19 102.556 9,89 107.423 10,1 209.989
20-24 112.860 10,9 123,092 11,6 235.592
25-29 100.935 9,73 103.459 9,75 204.394
30-34 85.609 8,26 87.265 8,23 172.874
35-39 77.344 7,46 80.795 7,62 158.139
40-44 69.238 6,68 71.727 6,76 140.965
45-49 57.718 5,57 59.997 5,66 117.715
50-54 48.163 4,64 49.244 4,64 97.407
55-59 34.548 3,33 34,282 3,23 68.830
60-64 20.373 1,96 22.555 2,13 42.928
65-69 14.573 1,41 17.556 1,66 32.129
70-74 9.596 0,93 12.384 1,17 21.980
75+ 7.491 0,72 12.688 1,2 20.179
Jumlah 1.036.926 100 1.060.684 100 2.097.610 Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2010 sebesar 2.097.610 jiwa yang terdiri dari 1.036.926 jiwa laki-laki (49,43%) dan 1.060.684 jiwa perempuan (50,57 %).
b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk kota Medan bervariasi jenisnya, ada yang bekerja sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, dan sebagainya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 2.
(46)
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2010 No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Pegawai Negri 18.619 4,54
2 Pegawai Swasta 20.724 5,05
3 TNI/POLRI 14.717 3,58
4 Tenaga Pengajar 6.964 1,69
5 Tenaga Kesehatan 6.353 1,54
6 Lain-lain 342.733 83,57
Jumlah 410.110 100
Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011
Tabel 2 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk terbesar adalah sebagai pegawai swasta yaitu sebesar 20.724 orang (5,05%), pegawai negeri sebesar 18.619 orang (4,54%), TNI?POLRI sebesar 14.7170 orang (3,58%), tenaga pengajar sebesar 6.994 orang (1,69%) , tenaga kesehatan 6.353 orang (1,54%), dan mata pencaharian lainnya yaitu gabungan dari berbagai macam pekerjaan yang tidak dapat disebutkan satu per satu sebesar 342.733 orang (83,57%).
c. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD 268.921 32,27
2 SMP 114.381 13,72
3 SMA 121.843 14,62
4 Perguruan Tinggi 328.185 39,38
Jumlah 833.330 100
Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011
(47)
orang (39,38%), Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar orang 268.921 (32,27%), Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar orang 121.843 (14,62%), dan Sekolah Menengah Pertama 114.381 orang (13,72%).
4.1.4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1 Sekolah a. SD b. SMP c. SMA d. SMK
e. Perguruan Tinggi
805 353 205 134 33 2 Kesehatan
a. Puskesmas b. Pustu c. BPU
d. Rumah Bersalin e. Rumah Sakit
39 41 349 117 76 3 Tempat Peribadatan
a. Mesjid/Musholla b. Gereja
c. Kuil d. Wihara e. Klenteng
1.706 634
26 21 5 4 Tranportasi
a. Jalan Baik b. Jalan Sedang c. Jalan Rusak d. Jalan rusak berat
3.254,3 km 15,8 km 20,1 km 1,3 km 5 Pasar
a. Pasar Tradisional b. Pasar Modern
56 239 Sumber: BPS, Medan dalam angka 2011
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan sekarang ini sangat baik, hal
(48)
ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai.
Sarana pendidkan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Playgroup, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 805 unit, Sekolah Menengah Pertama berjumlah 353 unit, Sekolah Menengah Atas berjumlah 205 unit, Sekolah Menengah Kejuruan berjumlah 134 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri dan swasta yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas beragam. Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas 39 unit, Pustu 41 unit, BPU 349 unit, Rumah Bersalin 117 unit dan Rumah Sakit 76 unit yang tersebar diseluruh kecamatan.
Sarana Peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu mesjid/Musholla 1.706 unit, Gereja 634 unit, Kuil 26 unit, Wihara 21 unit, dan Klenteng 5 unit yang tersebar diseluruh kecamatan. Sarana transportasi sangat lengkap di dalam kota, angkutan kota sangat banyak ke segala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.191,5 km, jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 3.254,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km dan 20,1 km rusak sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km.
Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dangan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional maupun
(49)
dan pasar modern berjumlah 239 unit yang terdiri dari supermarket/minimarket dan mall/plaza yang tersebar di seluruh kecamatan.
4.2. Karakteristik Lokasi Penelitian
4.2.1. JaPPSA
JaPPSA (Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam) merupakan sebuah koperasi pertanian yang bergerak dibidang pemasaran komuditi pertanian. Koperasi ini membantu para petani organik yang memiliki masalah dalam pemasaran hasil produknya. JaPPSA menjual produk pertanian yang berasal langsung dari produsen (petani organik) dan kemudian dijual langsung di outlet JaPPSA yang berada di Jalan Setia Budi No.144 Tanjung Sari Medan. Produk yang dipasarkan oleh JaPPSA hanya yang berasal dari produk petani dampingan LSM jaringan yang tersebar di sejumlah kabupaten, seperti Serdang Bedagai, Langkat, Simalungun, Deli Serdang, Tanah Karo dan daerah lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengontrol kualitas produk agar tetap sesuai dengan kriteria pertanian selaras alam.
Produk-produk yang dijual di JaPPSA yaitu beras organik, sayuran organik, buah-buahan organik serta produk olahan bahan makanan seperti minyak goreng, teh, tepung, mie sayur dan lainnya. Saat ini JaPPSA memang belum memiliki sertifikat organik, tetapi sudah diuji oleh laboratorium dan dinyatakan bebas dari residu kimia.
4.2.2. Brastagi Supermarket
Brastagi Supermarket Medan berda di Jalan Jendral Gatot Subroto No. 288 Medan. Awal mulanya supermarket ini bernama The Club Store, namun pada
(50)
tanggal 6 Juli 2006 berubah menjadi Supermarket Brastagi. Produk yang dijual pada ritel ini awalnya berfokus pada buah-buahan, sayur-sayuran, makanan dan minuman, kemudian ditambah dengan kebutuhan sehari-hari dan peralatan rumah tangga. Untuk buah-buahan, sayur-sayuran ,ikan, daging, dan roti yang dijual di Supermarket Brastagi selalu dalam keadaan fresh yang sesuai dengan visi mereka sehingga strategi ini menjadi daya tarik utama untuk menjaring konsumen lebih banyak dan menjadi market leader.
4.2.3.Carrefour Plaza Medan Fair
Carrefour Plaza Medan Fair berada di Plaza Medan Fair yang terletak di Jalan Jendral Gatot Subroto No.30 Medan. Gerai Carrefour ini dibuka pada tanggal 23 September 2004 seiring dengan pembukaan Plaza Medan Fair. Dengan memiliki bangunan 11.000 m2, Carrefour menyediakan segala produk yang dibutuhan oleh masyarakat Medan seperti SEMBAKO (Sembilan bahan pokok), berbagai jenis makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, produk kecantikan, perlengkapan mandi, pakaian, perlengkapan/perabotan rumah tangga, alat-alat elektronik dan barang pelengkap lainnya.
Hipermart Carrefour Plaza Medan Fair memiliki segmen pasar yang luas yaitu mencakup semua lapisan masyarakat dari konsumen yang berpendapatan rendah, menengah sampai atas. Hal ini sebagai peluang yang sangat baik bagi manajemen untuk menarik pelanggan agar mau berbelanja ditempat ini sesuai dengan strategi yang dijalankan oleh Carrefour yang menjual produk paling murah, paling lengkap dan menjamin kualitas barangnya.
(51)
4.3. Deskripsi Karakteristik Sampel dan Variabel Bebas
Sampel penelitan adalah orang yang membeli beras organik dan beras anorganik yang dijumpai di JaPPSA (Jaringan Pemasaran Pertanian Selaras Alam), Brastagi Supermarket dan Carrefour Medan Fair Plaza. Karakteristik konsumen sampel yang dimasudkan adalah meliputi karakter sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, dan pendapatan keluarga.
Tabel 5. Distribusi Sampel
N O Karakteristik sampel dan var.bebas Satuan
JAPPSA Brastagi Carrefour
Organik Organik anorganik organik anorganik Rata2 Range Rata2 Range Rata2 range Rata2 range Rata2 range
1 Pendapatan Jutaan Rupiah
6,83 2,5-15
6,78 3-12 3 ,49 2 - 8 5,3 2,5-10 3,98 2,5-7
2 Pendidikan Tahun 17 12-23 17 12-17 17 12-17 15 12-17 12 12-17
3 Umur Tahun 38 20-62 43 30-50 37 30-48 41 30-46 43 42-52
4 Anggota Keluarga
Orang 4 2-7 3 3-5 4 2-6 4 4-6 4 4-6
5 Harga Beras Ribuan Rupiah
12,7 12,5-15
22,7 21-25 9,4 9-10 19,8 19-21 9,5 9-11
6 Jenis Kelamin
% L=11, 67 P= 30 P = 13,33 P= 16,67 P= 11,67 P= 16,67
7 Persepsi Skor 7 4-8 7 7-8 5 3-8 7 7-8 5 4-6 Sumber: Data diolah dari lampiran 2 dan 3
1. Pendapatan
Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat range pendapatan keluarga sampel yang membeli beras organik di JaPPSA adalah Rp.2.500.000 – Rp.15.000.000 dengan rataan Rp.6.830.000. Sampel di Brastagi Supermarket yang membeli beras organik dengan range pendapatan keluarga antara Rp.3.000.000 – Rp.12.000.000 dengan
(52)
rataan Rp.6.780.000, sedangkan yang membeli beras anorganik range pendapatan keluarga antara Rp.2.000.000 – Rp.8.000.000 dengan rataan Rp.3.490.000. Pada sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras organik dengan range pendapatan keluanrga antara Rp.2.500.000 – Rp.10.000.000 dengan rataan Rp.5.300.000, sedangkan yang membeli beras anorgnik range pendapatan keluarga antara Rp.2.500.000 – Rp.7.000.000 dengan rataan Rp.3.980.000.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupaun manfaatnya. Adapun pendidikan sampel di daerah penelitian Kota Medan bervariasi dari SD sampai Pertguruan Tinggi. Pada Tabel 5 dapat dilihat range tingkat pendidikan sampel yang membeli beras organik di JaPPSA adalah 12-23 tahun dengan rataan pada 17 tahun Sampel di Brastagi Supermarket yang membeli beras organik dan anorganik dengan range tingkat pendidikian antara 12-17 tahun dengan rataan 17 tahun sedangkan pada sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras organik dengan range tingkat pendidikan antara 12-17 tahun dengan rataan 15 tahun, sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range tingkat pendidikan antara 12-17 tahun dengan rataan 12 tahun.
3. Umur
Pada Tabel 5 dapat dilihat range sampel yang membeli beras organik di Jappsa antara 20-62 tahun dengan rataan 38 tahun. Sampel di Brastagi Supermarket yang membeli beras organik dengan range umur antara 30-50 tahun dengan rataan 43
(53)
dengan rataan 37 tahun. Pada sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras organik dengan range umur antara 30-46 tahun dengan rataan 41 tahun, sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range umur antara 42-52 tahun dengan rataan 43 tahun.
4. Jumlah Anggota Keluarga
Pada Tabel 5 dapat dilihat sampel yang membeli beras organik di JaPPSA memiliki jumlah anggota keluarga dengan range antara 2-7 orang dengan rataan 4 orang. Sampel di Brastagi Supermarket yang membeli beras organik memilii jumlah anggota keluarga dengan range antara 3-5 orang dengan rataan 3 orang, sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range antara 2-6 orang dengan rataan 4 orang. Pada sampel di Carrefour Plaza Medan Fair yang membeli beras organik dan anorganik memiliki jumlah anggota keluarga dengan range antara 4-6 orang dengan rataan 4 orang.
5. Harga Beras
Pada Tabel 5 dapat dilihat range harga beras organik yang dijual di JaPPSA antara Rp.12.500 – Rp.15.000 per Kg dnegan rataan Rp.12.700. Di Brastagi Supermarket range harga beras organik yang dibeli sampel antara Rp.21.000 – Rp.25.000 per Kg dengan rataan Rp.22.700, sedangkan range harga beras anorganik yang dibeli sambel antara Rp.9.000 – Rp.10.000 per Kg dengan rataan Rp.9.700. Di Carrefour Plaza Medan Fair range harga beras organik yang dibeli sampel antara Rp.19.000 – Rp.21.000 per Kg dengan rataan Rp.19.800, sedangkan range harga beras anorganik antara Rp.9.000 – Rp.11.000 per Kg dengan rataan Rp.9.500.
(54)
6. Jenis Kelamin
Pada Tabel 5 dapat dilihat jenis kelamin sampel yang membeli dan tidak membeli beras organik. Di JaPPSA sampel yang membeli beras organik adalah 7 orang laki-laki (11,67%) dan 18 orang perempuan (30%). Di Brastagi Supermarket, sampel yang membeli beras organik adalah 8 orang perempuan (13,33%) dan yang membeli beras anorganik adalah 10 orang perempuan (16,67%). Sedangkan di Carrefour Plaza Medan Fair, sampel yang membeli beras organik adalah 7 orang perempuan (11,67%) dan sampel yang membeli beras anorganik adalah 10 orang perempuan (16,67%).
7. Persepsi
Pada Tabel 5 dapat dilihat skor persepsi sampel terhadap beras organik. Sampel yang membeli beras organik di JaPPSA memiliki rentang skor pesepsi antara 4-8 skor dengan rataan 7 skor. Sampel yang berbelanja di Brastagi Supermarket yang membeli beras organik memiliki range skor persepsi antara 7-8 skor dengan rataan 7 skor, sedangkan sampel yang membeli baras anorganik dengan range skor persepsi antara 3-8 skor dan rataan 5 skor. Sampel di Carrefour Plaza Medan yang mambeli beras organik memiliki range skor persespi antar 7-8 skor dengan rataan 7 skor, sedangkan yang membeli beras anorganik dengan range skor persepsi santara 4-6 skor dengan rataan 5 skor.
(55)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Permintaan Konsumen Beras Organik 5.1.1. Pandan Wangi
Salah satu jenis beras organik adalah varietas Pandan Wangi. Beras ini merupakan beras dari varietas lokal yang dibudibayakan secara organik, alami, dan tanpa merubah susunan genetiknya. Beras organik varietas Pandan Wangi mempunyai aroma yang khas, yaitu aroma pandan. Apabila dimasak menjadi nasi, akan terasa sangat pulen dan berbau khas. Rasanya pun enak dan pulen.
Beras varietas Pandan Wangi ini dijual di JaPPSA dalam tiga ukuran yaitu ukuran 10kg, 5kg, dan 1 kg. Dengan harga Rp.125.000 per 10 kg, Rp.64.000 per 5 kg, dan Rp.13.000 per 1 kg, dan beras yang paling banyak terjual dalam ukuran 10 kg. Harga jual JaPPSA selama satu tahun tidak mengalami kenaikan maupun penurunan. Karena harga beli dari petani juga tidak mengalami perubahan. Sedangkan beras jenis ini dijual di Brastagi Supermarket seharga Rp.104.500 per 5 kg dan Rp.29.000 per 1 kg dan di Carrefour Beras Pandan Wangi dijual seharga Rp. 106.000 per 5 kg, namun harga sewaktu-waktu dapar berubah dihari-hari tertentu misalnya diskon diawal bulan dan sebagainya.
(56)
Sumber: Data olahan lampiran 1
Gambar 2. Grafik Penjualan Beras Organik Pandan Wangi JaPPSA 2012
Dari grafik diatas dapat dilihat penjualan tertinggi beras organik varietas Pandan Wangi pada bulan Juli yaitu 745 kg. penjualan beras ini mengalami peningkatan dari bulan Januari hingga Juli, dan mengalami penurunan mulai bulan Agustus. Hal ini terjadi karena pada Juni dan Juli JaPPSA juga memasukkan beras organiknya ke ritel-ritel yang ada di Kota Medan seperti Macan Group, Maju Bersama dan Kasimura. Namun, hanya bertahan 2 bulan karena di ritel-ritel tersebut peletakan beras organiknya disamakan dengan beras konvensional biasa, sehingga memasukki minggu ketiga beras organik tersebut mulai berkutu dan menyebabkan kerugian dari pihak JaPPSA. Oleh karena itu, pada bulan September JaPPSA memulai menjual produknya sendiri tanpa dimasukkan ke ritel-ritel. Dalam permintaan JaPPSA ke petani dilakukan jika stok di toko mereka sudah mau habis. Biasanya petani menggiling padi mereka jika setelah ada pemesanan dari JaPPSA sehingga beras yang mereka jual selalu dalam keadaan yang baru digiling.
0 100 200 300 400 500 600 700 800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JU
M
LA
H
(KG)
(57)
5.1.2. Ciherang
Jenis lainnya dari beras organik yang dijual di JaPPSA adalah varietas Ciherang. Berbeda dengan varietas Pandan Wangi, varietas ini tidak memiliki aroma yang wangi dan beras ini cocok bagi penderita penyakit diabetes, kolestrol dan darah tinggi karena kandungan glukosa yang rendah.
Konsumen membeli beras organik varietas ini biasanya karena mengetahui manfaat dari beras varietas ini, karena kalau dari rasanya menurut mereka tidak seenak Pandan Wangi, namun karena ada anggota keluarga konsumen yang menderita diabetes maupun kolestrol sehingga mereka memutuskan membeli beras varietas ini.
Sumber: Data olahan lampiran 1
Gambar 3. Grafik Penjualan Beras Organik Ciherang JaPPSA 2012
Dari grafik diatas dapat dilihat perkembangan permintaan konsumen dari jumlah penjualan beras organik Ciherang ini. Dapat dilihat mulai ada penjualan pada Bulan Februari, dan terus meningkat mencapai titik tertinngi penjualan pada bulan
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ju
m
la
h
(
Kg
)
(58)
Juni yaitu 166 kg. Seperti halnya dengan varietas Pandan Wangi, varietas Ciherang juga sempat masuk ke ritel-ritel yang ada di Kota Medan dan penjualan jatuh pada Bulan September disaat JaPPSA hanya memasarkan produknya sendiri. Penjualan terus meningkat sampai pada Bulan Desember hal ini terjadi karena sudah mulai banyak konsumen baru yang datang ke JaPPSA sehingga penjualan pun meningkat.
Harga jual yag ditawarkan oleh JaPPSA sama juga seperti varietas Pandan Wangi, harga dijual sesuai ukuran kemasan yang berbeda-beda dan harganya tiap kemasan juga berbeda sedikit. Harganya juga tidak mengalami perubahan dari awal tahun sampai sekarang. Dan harga beli ke petani juga tidak ada mengalami perubahan selama setahun belakangan ini.
Beras varietas ini juga selalu dijual dalam keadaan yang baru digiling sama halanya seperti varietas Pandan Wangi. Hal ini dilakukan oleh pihak JaPPSA karena beras organik ini jika disimpan terlalu lama akan muncul kutu, dalam waktu 3 minggu biasanya sudah muncul kutu-kutu beras, oleh karena itu untuk mencegah hal seperti itu JaPPSA melakukan pemesanan kepada petani pada saat stok sudah mau habis.
5.1.3. Kuku Balam
Beras varietas kuku balam yang berasal dari Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara ini juga dibudidayakan oleh petani secara organik. Beras organik varietas Kuku Balam menjadi salah satu jenis produk yang juga dijual oleh JaPPSA. Sama halnya dengan varietas yang lain karena dibudidayakan secara
(59)
Varietas Kuku Balam ini juga memiliki aroma yang wangi serta rasanya yang enak dan pulen. Konsumen yang membeli varietas ini biasanya karena sudah terbiasa mengkonsumsi beras ini dan juga biasanya selera konsumen yang berbeda-beda maka mereka membeli beras organik sesuai selera mereka masing-masing karena pada dasarnya manfaat tiap beras organik hampir sama.
Sumber: Data olahan lampiran 1
Gambar 4. Grafik Penjualan Beras Organik Kuku Balam JaPPSA 2012
Dari gambar grafik diatas pada Bulan Januari dan Bulan Februari mengalami peningkatan, namun lima bulan berikutnya mulai Bulan Maret hingga Bulan Juli tidak ada penjualan yang dilakukan, hal ini karena pada bulan ini lagi masa penanaman dan belum panen. Sehingga pada masa ini tidak ada stok barang yang untuk dijual. Mulai pada Bulan Agustus telah kembali ada penjualan. Namun, pada mulai bulan Oktober penjualan menurun kembali, hal ini terjadi karena pada Bulan September konsumen yang membeli beras varietas ini mengaku kalau rasa nasi dari beras ini kurang enak dan beda seperti biasanya, sehingga menyebabkan penjualan pada Bulan Oktober menurun. Pada Bulan November penjualan
0 100 200 300 400 500 600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JU
M
LA
H
(KG)
(60)
kembali normal hingga pada Bulan Desember juga meningkat dan pada bulan ini penjualan beras organik varietas Kuku Balam mencapai titik penjualan tertinggi yaitu 520 kg. Hal ini terjadi karena kualitas beras ini sudah kembali normal seperti biasanya.
Harga beras varietas ini juga sama dengan varietas Pandan Wangi dan Ciherang, dijual dalam tiga ukuran yaitu ukuran 10kg, 5kg, dan 1 kg. Dengan harga Rp.125.000 per 10 kg, Rp.64.000 per 5 kg, dan Rp.13.000 per 1 kg. Harga jualnya juga tidak mengalami perubahan selama satu tahun ini, walapun harga beli dari petani naik sebesar Rp.1000 per kilogram dari Bulan Oktober hingga Bulan Desember. Permintaan ke petani juga dilakukan jika stok di toko sudah mulai menipis. Lain halnya dengan Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair, beras organik Kuku Balam ini tidak dijual di dua tempat ini, karena varietas ini merupakan varietas lokal
5.1.4. Beras Merah
Beras merah organik punya banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Warna merah pada beras terbentuk dari pigmen antosianin yang tidak hanya terdapat pada perikarp dan tegmen, tetapi juga bisa di setiap bagian gabah, bahkan pada kelopak daun. Nutrisi beras merah sebagian terletak di lapisan kulitluar (aleuron) yang mudah terkelupas pada saat penggilingan. Jika butiran dipenuhi oleh pigmen antosianin maka warna merah padaberas tidak akan hilang.
Penelitian di Cina menunjukkan, ekstrak larutan beras merah mengandung protein, asam lemak tidak jenuh, beta-sterol, camsterol, stigmasterol, isoflavones,
(61)
terakhir adalah reduktase inhibitor yang dapat mengurangi sintesis kolesterol di hati. Mengandung karbohidrat, lemak, serat, asam folat, magnesium, niasin, fosfor, seng, besi, protein, vitamin A, B, C, dan B komplek, tepung beras merah pecah kulit dapat mencegah berbagai penyakit, di antaranya kanker usus, batu ginjal, beri-beri, insomnia, sembelit, wasir, gula darah, dan kolesterol (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005).
Beras merah organik ini sangat aman dan sehat dikonsumsi oleh balita, orang dewasa, maupun para manula. Beras merah ini juga sangat cocok untuk diet. Namun, tidak semua orang yang menyukai beras merah ini. Karena manfaatnya yang begitu tinggi sehingga permintaan konsumen akan beras merah ini mengalami fluktasi.
Sumber: Data olahan lampiran 1
Gambar 5. Grafik Penjualan Beras Merah Organik JaPPSA 2012 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa penjualan beras merah organik di JaPPSA mengalami perubahan tiap bulannya. Hal ini terjadi karena yang mengkonsumsi
0 20 40 60 80 100 120 140 160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ju
m
la
h
(
Kg
)
(62)
beras merah organik ini masih belum banyak. Konsumen biasanya membeli beras merah ini karena alasan tertentu seperti jika ada anggota keluarganya yang sakit, ada anggota keluarga yang masih bayi ataupun jika lagi menjalankan program diet. Banyak konsumen yang tidak menyukai rasa dari beras merah ini sehingga mereka tidak mau untuk konsumsi sehari-harinya dan lebih memilih mengkonsumsi beras organik putih yang biasa. Beras merah organik yang dijual di JaPPSA ini juga sudah menjadi langganan beberapa dokter Medan yang akan direkomendasikan kepada pasien-pasiennya.
Dari grafik diatas dapat diketahui pejualan beras merah organik teringgi pada bulan Februari yaitu 147 kg dan dan yang terendah pada bulan Agustus yaitu 47 kg, karena pada saat itu stok barang memang hanya sedikit. Stok beras merah organik yang dijual di JaPPSA tidak sebanyak beras putih organik biasanya karena konsumen beras merah organik ini masih bisa dibilang lebih sedikit daripada konsumen beras putih organik.
Beras merah inii dijual hanya dalam dua kemasan yaitu kemasan 5 kg dan kemasan 1 kg. Dan dijual Rp.16.000 per kilogramnya. Harga yang dijual juga tidak mengalami perubahan dari bulan Januari sampai bulan Desember. Pada Brastagi Supermarket beras merah organik ini dijual dengan bermacam-macam merk, sehingga harganya pun berbeda-beda bekisar Rp.27.000 per kg. Dan si Carrefour Plaza Medan Fair tidak menjual beras merah yang organik.
(63)
5.1.5. Beras Hitam Organik
Beras hitam organik mempunyai kandungan gizi paling tinggi daripada beras organik lainnya. Walaupun begitu, beras hitam ini belum begitu popular di kalangan masyarkat. Masih banyak yang belum mengetahui akan keberadaan beras ini.
Beras hitam mengadung 100% serat, banyak mengadung zat besi serta asam amino. Varietas ini tergolong langka dan sangat mahal harganya. Beras Hitam memiliki serat yang tinggi karena tidak mengalami proses penggilingan yang berulang ulang seperti beras putih. Tanaman padi hitam juga tidak memerlukan pupuk kimia, namun menggunakan pupuk organik, pupuk kimia selain merusak tanah juga membuat padi hitam tidak mau berbulir dan padi hitam ini ditanam selama 6 bulan.
Di masa lalu, beras ini hanya bisa dikonsumsi kalangan bangsawan Kerajaan Cina, kemudian menyebar ke Romawi dan Yunani. Manfaat beras hitam untuk kesehatan antara lain meningkatkan kekebalan tubuh, memperbaiki fungsi hati, mencegah gangguan fungsi ginjal, membersihkan kolesterol dalam darah, dan sebagainya. Beras hitam mempunyai aroma yang khas dan berwarna ungu setelah ditanak.
(64)
Sumber: Data olahan lampiran 1
Gambar 6. Grafik Penjualan Beras Hitam Organik JaPPSA 2012
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penjualan beras hitam organik sangat sedikit sekali yaitu pada bulan Juni hingga bulan dan yang tertingginya pada Bulan Desember. Hal ini terjadi karena stok yang ada di JaPPSA sedikit harus dipesan langsung dari Jawa dan setiap bulannya tidak selalu ada stok. Memasuki Bulan Desember penjualan meningkat yaitu 10 Kg karena pada pertengahan bulan Desember beras hitam organik yang dijual berasal dari lokal tidak lagi dari Jawa sehingga stoknya pun meningkat. Disamping itu, harga dari beras hitam organik ini juga lebih mahal daripada beras organik lainnya. Di JaPPSA beras hitam organik dijual seharga Rp.30.000 per Kg, di Brastagi Supermarket dijual bekisar Rp.38.500 per Kg, dan di Carrefor tidak menjual beras hitam organik ini. Karena harganya yang lebih tinggi maka hanya konsumen tertentu saja yang mengkonsumsi beras ini, seperti konsumen yang memang sudah sakit dan dianjurkan dokter untuk mengkonsumsi beras ini.
0 2 4 6 8 10 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JU
M
LA
H
(
Kg
)
(1)
sampel konsumsi tidak tidak tidak airputih rutin istirahat tidak ada dummy
pangan
organik fastfood
mie
instan soda
Setiap
hari olahraga cukup merokok
Tanaman dirumah total
gaya hidup
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1
6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
7 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 0
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
9 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 0
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
12 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
14 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 0
15 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
17 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
19 1 0 0 0 1 0 1 1 1 5 0
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
23 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
24 1 0 0 0 1 1 1 0 1 5 0
25 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
29 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
30 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1
31 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
35 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
36 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 1
37 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1
41 1 0 0 0 1 0 1 1 1 5 0
42 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6 0
43 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 1
44 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
45 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
46 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
47 0 0 0 1 1 0 1 1 1 5 0
48 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 1
49 0 1 1 1 1 0 1 1 1 7 1
50 0 0 0 1 1 0 1 1 1 5 0
51 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
52 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
53 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 0
54 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
55 0 0 0 1 1 0 1 1 1 5 0
56 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
57 0 0 0 0 1 0 1 1 1 4 0
58 0 1 1 1 1 0 1 1 1 7 1
59 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
(2)
Lampiran 6. Output Logistic Regression
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 60 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 60 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 60 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
.00 0
1.00 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter
coding (1) Gaya Hidup
.00 12 .000
1.00 48 1.000
Keluarga(balita) .00 40 .000
1.00 20 1.000
Keluarga(Orangtua)
.00 41 .000
1.00 19 1.000
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients Constant
Step 0
1 76.391 .667
2 76.382 .693
3 76.382 .693
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 76.382
(3)
c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Keputusan Membeli Percentage
Correct
.00 1.00
Step 0
Keputusan Membeli .00 0 20 .0
1.00 0 40 100.0
Overall Percentage 66.7
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .693 .274 6.406 1 .011 2.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0
Variables
X1 9.017 1 .003
X2 12.295 1 .000
D1(1) 6.508 1 .011
D2(1) .150 1 .699
X3 5.515 1 .019
X4 25.297 1 .000
D3(1) 4.219 1 .040
(4)
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant X1 X2 D1(1) D2(1) X3 X4 D3(1)
Step 1
1 40.023 -5.910 .153 -.008 .614 -.085 .589 .689 .530
2 31.977 -10.435 .276 -.001 .984 -.409 1.321 1.082 1.043
3 28.848 -15.541 .409 .014 1.237 -.840 2.224 1.473 1.761
4 27.953 -20.030 .512 .027 1.425 -1.085 2.868 1.845 2.450
5 27.829 -22.394 .564 .029 1.518 -1.160 3.142 2.064 2.820
6 27.825 -22.879 .575 .028 1.536 -1.171 3.191 2.112 2.897
7 27.825 -22.896 .576 .028 1.537 -1.171 3.193 2.114 2.900
8 27.825 -22.896 .576 .028 1.537 -1.171 3.193 2.114 2.900
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 76.382
d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 48.556 7 .000
Block 48.556 7 .000
(5)
Model Summary
Step -2 Log
likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 27.825a .555 .771
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 3.516 8 .898
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Keputusan Membeli = .00 Keputusan Membeli = 1.00 Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1
1 6 5.998 0 .002 6
2 6 5.931 0 .069 6
3 4 3.601 2 2.399 6
4 1 2.567 5 3.433 6
5 2 1.231 4 4.769 6
6 1 .430 5 5.570 6
7 0 .146 6 5.854 6
8 0 .079 6 5.921 6
9 0 .015 6 5.985 6
(6)
Classification Tablea
Observed Predicted
Keputusan Membeli Percentage
Correct
.00 1.00
Step 1 Keputusan Membeli
.00 15 5 75.0
1.00 2 38 95.0
Overall Percentage 88.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
Pendapatan .576 .253 5.176 1 .023 1.779 1.083 2.921
Pendidikan .028 .248 .013 1 .909 1.029 .632 1.674
Dummy Orang Tua 1.537 1.159 1.757 1 .185 4.649 .479 45.106
Dummy Balita -1.171 1.074 1.189 1 .276 .310 .038 2.545
Rasio Harga 3.193 3.010 1.126 1 .289 24.362 .067 8881.879
Persepsi 2.114 .907 5.434 1 .020 8.279 1.400 48.959
Gaya Hidup 2.900 1.955 2.200 1 .138 18.166 .394 837.820
Constant -22.896 9.049 6.402 1 .011 .000
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, D1, D2, X3, X4, D3.
Correlation Matrix
Constant X1 X2 D1(1) D2(1) X3 X4 D3(1)
Step 1
Constant 1.000 -.611 -.261 -.187 .241 -.519 -.722 -.628
X1 -.611 1.000 -.341 .261 -.358 .044 .793 .485
X2 -.261 -.341 1.000 -.023 -.097 .281 -.325 -.071
D1(1) -.187 .261 -.023 1.000 .013 -.170 .286 .058
D2(1) .241 -.358 -.097 .013 1.000 .009 -.255 -.254
X3 -.519 .044 .281 -.170 .009 1.000 -.045 -.036
X4 -.722 .793 -.325 .286 -.255 -.045 1.000 .670