norma dan standar perlindungan bagi karya intelektual manusia dan menempatkan perjanjian internasional di bidang Hak Kekayaan Intelektual
sebagai dasar. Di samping itu, persetujuan tersebut mengatur pula aturan pelaksanaan penegakan hukum di bidang Hak Kekayaan Intelektual secara
ketat.
41
Sebagai salah
satu negara yang telah menandatangani persetujuan Putaran Uruguay, Indonesia telah meratifikasi paket persetujuan tersebut
dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia Agreement
Establishing The World Trade Organization.
C. Pengertian dan Kriteria Invensi Paten Sederhana
1. Pengertian PatenPaten Sederhana. Istilah paten yang dipakai dalam peraturan hukum di Indonesia saat
ini menggantikan istilah octrooi yang berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata “auctor” atau autorizare yang berarti dibuka. Namun sesuai
perkembangan, istilah lebih populer, istilah paten tersebut diserapkan dari bahasa Inggris yaitu “patent”.
42
41
Sri Walny Rahayu, Op. Cit.
42
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit,, hal. 109
Universitas Sumatera Utara
Kata auctor yang berarti dibuka dapat diartikan bahwa suatu invensi menjadi terbuka untuk diketahui oleh umum. Namun tidak berarti
setiap orang dapat melaksanakan invensi tersebut tanpa ada izin dari inventornya. Invensi baru menjadi milik umum public domain apabila
telah habis masa perlindungan patennya, dan pada saat itu paten baru terbuka untuk umum. Adanya informasi mengenai terbukanya invensi
tersebut, memberikan kesempatan untuk orang lain yang berminat untuk pengembangan teknologi selanjutnya berdasarkan invensi tersebut.
Sukandarrumidi mengatakan
bahwa hak paten adalah hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan produk atau proses yang
berguna bagi manusia, yang dipergunakan untuk menikmati secara ekonomis hasil dari kreativitas intelektual.
43
Di dalam Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Paten diartikan sebagai :
Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, dalam jangka waktu tertentu
melaksanakan sendiri penemuannya atau memberikan persetujuan pada orang lain untuk melaksanakannya. Persyaratan bahwa suatu
penemuan dapat dikategorikan ke dalam paten harus mengandung unsur kebaruan novelty, memiliki langkah-langkah inventif
inventive steps dan dapat diaplikasikan di industri industrial applicability.
44
43
Sukandarrumidi, Paten, Pusat Pelayanan HAKI, UGM, 2007, hal. 1.
44
Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Paten, http:www.total.or.idinfo.html, diakses Mei 2009.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pasal 1 angka 1 UU Paten Tahun 2001, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan paten adalah “Hak eksklusif yang diberikan oleh
negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi , yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut
atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya”.
Penjelasan dari definisi di atas bahwa paten merupakan hak eksklusif yang hanya diberikan kepada inventor selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya atau memberikan izin kepada orang lain untuk melaksanakan paten tersebut. Invensi tersebut khusus di bidang
teknologi yang dapat diterapkan dalam industri. Orang lain dilarang melaksanakan paten tanpa ada persetujuan inventor atau pemegang paten.
Di negara-negara lain paten sederhana dikenal dengan istilah utility models atau petty patent, “yang diberikan untuk barang-barang atau alat-
alat yang digunakan sehari-hari”.
45
Dalam UU Paten Tahun 2001 tidak ditemukan rumusan pengertian utility model, hanya memberikan batasan ruang lingkup utility model.
Hal ini dicantumkan dalam Pasal 6 UU Paten Tahun 2001, yang menyebutkan bahwa “setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan
45
Amir Pamuntjak, dkk, Sistem Paten, Djambatan, Jakarta, 1994, hal. 160.
Universitas Sumatera Utara
mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, kontruksi atau komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum
dalam bentuk paten sederhana”. Dengan demikian, berdasarkan Pasal 6 UU Paten Tahun 2001, paten sederhana diperuntukkan bagi invensi yang
berbentuk produk atau alat yang baru dan memiliki nilai praktis dari invensi sebelumnya.
Paten dan paten sederhana merupakan hak khusus yang diberikan kepada penemu inventor. Menurut Kamus Komputer dan Teknologi
Informasi, Hak khusus exclusive rights diberikan kepada penemu atau pemegang paten untuk melaksanakan paten yang dimilikinya dan
melarang orang lain tanpa persetujuan membuat, menjual, mengimpor, menyewakan, memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan hasil produksi yang diberi paten.
46
Sedangkan Penemu adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama, yang melaksanakan kegiatan yang menghasilkan
penemuan
47
dan pemegang paten adalah penemu sebagai pemilik paten atau orang yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau orang lain
yang menerima lebih lanjut hak dari orang tersebut di atas, yang terdaftar
46
Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Op.cit.
47
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dalam Daftar Umum Paten.
48
Kecuali diperjanjikan lain dalam suatu perjanjian kerja, maka yang berhak memperoleh paten atas suatu
penemuan yang dihasilkan adalah pihak yang memberikan pekerjaan. Ketentuan tersebut juga berlaku untuk penemuan yang dihasilkan oleh
karyawan atau pekerja yang menggunakan data dan sarana yang tersedia dalam pekerjaannya, sekalipun perjanjian kerja tersebut tidak
mengharuskannya untuk menghasilkan penemuan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam UU Paten Tahun 2001
disebutkan bahwa yang menjadi subjek paten adalah penemu inventor, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 10 UU Paten Tahun 2001 yaitu :
1. Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang
menerima lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan. 2.
Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama, hak atas inventor tersebut dimiliki secara bersama-
sama pula oleh para inventor yang bersangkutan.
Dalam ketentuan Pasal 10 UU Paten Tahun 2001, bahwa hanya inventor atau yang menerima lebih lanjut hak inventor yang berhak atas
paten tersebut. Pengalihan lebih lanjut hak inventor dapat dilakukan melalui pewarisan, hibah, wasiat, atau pun perjanjian tertulis yang
dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
48
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Inventor adalah
seseorang yang
secara sendiri atau beberapa orang yang bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan dalam kegiatan
yang menghasilkan invensi, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 angka 3 UU Paten Tahun 2001. Oleh sebab itu seseorang atau beberapa
orang tersebut baru akan dikatakan sebagai inventor apabila seseorang atau beberapa orang itu mengajukan permohonan untuk pertama kali atas
suatu invensi yang dihasilkannya. Namun
apabila terbukti
lain sebagaimana yang diatur dalam Pasal
11 UU Paten Tahun 2001, maka yang dianggap inventor adalah seseorang atau beberapa orang yang pertama kali dinyatakan sebagai inventor dalam
permohonan. Dengan demikian, hak dan kewajiban yang dimiliki seorang
pemegang paten adalah meliputi : 1 Hak yang Dimiliki Pemegang Paten
a. Hak eksklusif dan melarang orang lain
b. Memberi lisensi
c. Menggugat ganti rugi
d. Menuntut orang yang melanggar
2 Kewajiban Pemegang Paten
a. Membayar biaya pemeliharaan
b. Wajib melaksanakan patennya di Indonesia.
49
49
Sukandarrumidi, Op.cit, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
Jadi dalam hal inventor mendaftarkan invensinya, maka terhadapnya akan menimbulkan hak dan kewajiban sebagaimana yang
diatur dalam ketentuan Undang-undang Paten Tahun 2001. Menurut
Rachmadi Usman,
mengenai hal yang dianggap sebagai pemilik paten ini diatur dalam Pasal 12 UU Paten Tahun 2001.
Berdasarkan Pasal 12 UU Paten Tahun 2001 ini, inventor yang terikat dalam hubungan kerja secara bersama-sama dapat memiliki
hak atas paten tersebut secara kolektif, kecuali ada perjanjian lain yang telah ditentukan sebelumnya. Dan hak ekonomis atas paten
tersebut pun dapat dialihkan atau beralih kepada orang lain. Sebagai imbalannya inventor akan memperoleh manfaat ekonomis
yang dibayar dalam jumlah tertentu yang disepakati oleh kedua pihak. Namun pengalihan ini tidak menghapus hak moral yang
dimiliki inventor untuk tetap dicantumkan dalam sertifikat paten.
50
Inventor memiliki hak eksklusif untuk memperoleh manfaat ekonomis dari hasil invensinya. Dalam Pasal 16 UU Paten Tahun 2001
disebutkan bahwa pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimiliki dan melarang pihak lain tanpa
persetujuannya. Pemberian hak eksklusif tersebut hanya dalam jangka waktu tertentu saja.
Penggunaan invensi
yang semata-mata untuk penelitian dan
pendidikan dikecualikan dalam UU Paten yang diatur Pasal 16 ayat 3 UU Paten Tahun 2001, namun hal tersebut dapat diberikan selama tidak
merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang paten itu sendiri.
50
Rachmadi Usman Op cit., hal. 233.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga pelaksanaan invensi tersebut tidak digunakan untuk kepentingan komersial yang dapat merugikan pemegang paten.
Pemegang paten
harus aktif dalam melindungi invensinya.
Pemegang paten wajib membuat produk atau menggunakan proses yang telah diberikan paten di Indonesia. Namun apabila produk atau
penggunaan proses tersebut dilakukan secara regional, maka ia dapat dikecualikan dan pengecualian ini ditujukan untuk menunjang alih
teknologi yang secara tegas disebutkan dalam Pasal 17 UU Paten Tahun 2001.
Paten mempunyai objek yang merupakan temuan invensi dibidang teknologi yang dapat diterapkan dalam perindustrian. Dalam
Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Penemuan invention adalah kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang dapat
berupa proses atau hasil produksi atau penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi.
51
Adapun yang menjadi objek paten sederhana itu adalah alat atau produk yang memiliki nilai kebaruan dan dapat diterapkan dalam industri
yang memiliki kegunaan praktis.
51
Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Op.cit.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 1 angka 2 UU Paten Tahun 2001, Invensi adalah “ide” inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan
masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses”. Atau dengan kata lain invensi merupakan ide yang lahir dari
proses intelektualitas inventor yang membuahkan hasil dalam bentuk benda materil yang dapat diterapkan dalam proses industri.
Dari ketentuan Pasal 6 UU Paten Tahun 2001, diketahui bahwa paten sederhana diperuntukkan bagi invensi yang berbentuk produk atau
alat yang sederhana dan memiliki nilai praktis dari pada invensi sebelumnya. Objek paten sederhana tidak mencakup proses, penggunaan,
komposisi dan produk yang merupakan Product by Process.
52
Kriteria yang termasuk paten sederhana, yaitu invensi yang diberikan untuk invensi yang berupa alat atau produk dan memiliki
kegunaan yang lebih praktis. Invensi ini bersifat kasat mata tangible yang dalam penemuannya tidak melalui penelitian dan pengembangan
yang mendalam, tetapi memiliki nilai kegunaan praktis sehingga bernilai ekonomis.
53
52
Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 232.
53
Pasal 6 dan penjelasannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Universitas Sumatera Utara
Paten sederhana berbeda dengan paten, tingkat pengembangan teknologi untuk paten sederhana belum mencapai kriterium langkah
invensi sebagaimana yang disyaratkan untuk perlindungan paten. Dalam pemeriksaan substantif, Dirjen. HKI hanya memeriksa kebaruan novelty
dari invensi tersebut yang bukan sekedar berbeda ciri teknisnya melainkan memiliki kegunaan lebih praktis dari invensi sebelumnya. Paten sederhana
juga harus dapat diterapkan dalam industri industri applicability, artinya dapat diproduksi dan diperbanyak karena sifatnya yang memiliki
kegunaan praktis dan mengandung nilai ekonomi didalamnya. Dalam Pasal 105 ayat 1 UU Paten Tahun 2001 menyebutkan
bahwa permintaan paten sederhana hanya diberikan untuk satu invensi. Karena proses penemuannya berlangsung sederhana dan hasilnya pun
bersifat sederhana, maka penemuan yang dihasilkan hanya berupa satu produk atau alat yang kasat mata. Berbeda dengan paten yang dapat
dimintakan untuk satu atau lebih invensi yang merupakan satu kesatuan dari invensi tersebut.
Kata “sederhana”
yang digunakan pada paten sederhana dipahami
bahwa invensinya tidak terlalu rumit secara teknis dan prosedural. Permintaan paten sederhana lebih dipermudah dibandingkan dengan
permintaan paten. Tahapan pemeriksaan substantif dapat langsung
Universitas Sumatera Utara
didahulukan tanpa didahului kewajiban untuk mengumumkan. Biaya yang dikenai lebih dapat ditekan dan tidak terdapat biaya pemeliharaan seperti
pada paten. Paten sederhana menyangkut teknologi yang proses penemuannya dilaksanakan secara sederhana.
2. Kriteria Paten Sederhana. Berdasarkan uraian diatas, jelaslah bahwa kriteria paten sederhana
adalah sebagai berikut : a.
Kriteria invensi yang termasuk dalam Paten Sederhana adalah merupakan invensi yang berupa produk atau alat yang baru dan
memiliki nilai kegunaan praktis dari pada invensi sebelumnya, disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, konstruksi atau
komponennya; b.
bersifat kasat mata atau berwujud tangible. c.
sifat baru dalam Paten Sederhana sama dengan Paten biasa yaitu bersifat universal.
Dalam hal perbedaan paten dan paten sederhana, Sukandarrumidi merumuskannya dalam bentuk tabulasi yang antara lain menguraikan
sebagai berikut :
54
54
Sukandarrumidi, Op.cit, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 1 Perbedaan Paten Dan Paten Sederhana
No. Keterangan Paten
Paten Sederhana
1. Jumlah Klaim
1 invensi atau lebih yang merupakan
satu kesatuan invensi
1 invensi
2. Masa perlindungan
20 th sejak tgl penerimaan
permohonan paten 10 th sejak tgl
penerimaan permohonan paten
3. Pengumuman
permohonan 18 bln setelah
tanggal penerimaan 3 bulan setelah tanggal
penerimaan
4 Jangka waktu
mengajukan keberatan 6 bulan terhitung
sejak diumumkan 3 bulan terhitung sejak di
umumkan
5. Yang diperiksa dalam
pemeriksaan subtantif Kebaruan Novelty,
langkah inventif, dapat diterapkan
dalam industri Kebaruan Novelty,
dapat diterapkan dalam industri
6. Lama pemeriksaan
subtantif 36 bln terhitung
sejak tgl penerimaan permohonan
pemeriksaan subtantif
24 bln terhitung sejak tgl penerimaan permohonan
pemeriksaan subtantif
7. Obyek paten
Produk atau proses Produk atau
alat Sumber
: Sukandarrumidi. Paten, Pusat Pelayanan HAKI, UGM, 2007.
D. Pengalihan Paten dan Lisensi Paten