5. Kondisi Geografis
Kondisi geografis suatu wilayah juga dapat menjadi faktor pemicu meningkatnya aksi-aksi kejahatan di laut. Para pelaku kejahatan di
laut sebelum melakukan aksinya telah mempertimbangkan dan memperhitungkan sarana, sasaran serta tempat persembunyian
yang ideal terlebih dahulu. Dengan kemampuan kapal yang terbatas yang digunakan, mendorong para pelaku kejahatan akan memilih
jalur perdagangan yang sempit dan ramai, bukan di perairan lepasterbuka.
F. Metode Penulisan
Agar suatu penulisan mempunyai suatu manfaat, maka penulis merasa perlu adanya metode tertentu yang di pakai di dalam pengumpulan data guna
mencapai tujuan dari penulisan itu sendiri. Di dalam penulisan skripsi ini penulis memakai metode pengumpulan data
yang bersumber dari media massa yang mengangkat permasalahan khusus mengenai hal-hal yang menyangkut Pembajakan Kapal Laut di Perairan Somalia.
Dengan menggunakan metode penggabungan data-data yang telah diperoleh melaluai metode library research, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang
tidak secara langsung terjun ke lapangan aau ke objek penelitian melainkan dengan mengadakan pencatatan, penelusuran buku, dokumen, majalah, surat
kabar, internet dan tulisan-tulisan lain yang ada hubungannya dengan objek penelitian.
Maka dengan demikian diharapkan metode penggabungan pengumpulan data ini dapat membantu penulis dalam memahami permasalahan yang diangkat,
dan menjadi landasan pemikiran penulis dalam menganalisa permasalahan tersebut. Diharapkan tujuan untuk mendapatkan kebenaran akan terjawab yang
sebenar-benarnya dari permasalahan yang telah penulis angkat dalam skripsi ini dapat tercapai dengan baik.
G. Sistematika Penulisan.
Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman isi skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai gambaran dari keseluruhan skripsi
ini yang disusun secara bertahap, yaitu bab demi bab. Namun secara menyeluruh merupakan suatu kesatuan yang berkesinambungan.
Ada pun sistematika dari penulisan skripsi ini disusun dalam bab-bab yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum sebagai pendahulaun untuk pembahasan dalam bab-bab berikutnya.
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang permasalahan yang diangkat perumusan masalah, tujuan pembahasan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II : ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG
PEROMPAKAN Dalam bab ini di uraikan mengenai pengertian serta aturan hukum
internasional tentang perompakan seperti menurut United Nations Convention on the Law Of the Sea
UNCLOS, International Maritime Organization
IMO, serta International Maritime Bureau
IMB.
BAB III : PEROMPAKAN DI PERAIRAN SOMALIA
Bab ini membahas mengenai sejarah perompakan di Somalia, faktor penyebab serta perkembangan perompakan di Somalia,
beberapa kasus pembajakan yang terjadi di Somala dan upaya dari pemerintah Somalia dalam mengatasi perompakan di wilayah
perairan negaranya. BAB IV
: TINJAUAN YURIDIS PEROMPAKAN KAPAL LAUT DI PERAIRAN SOMALIA
Bab ini menguraikan tentang bagaimana pertanggungjawaban pelaku perompakan menurut hukum internasional dan pengadilan
mana yang berwenang untuk mengadili perompak Somalia serta
peranan dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa DK PBB untuk menanggulangi perompakan di Somalia.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini meguraikan tentang kesimpulan yang penulis dapatkan dari keseluruhan pembahasan yang ada, kemudian dari
kesimpulan tersebut penulis juga memberikan beberapa saran yang penulis harap dapat berguna bagi penyelesaian permasalahan
dimasa yang akan datang.
BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG
PEROMPAKAN
A. Perompakan Menurut UNCLOS United Nations Convention on the
Law of the Sea
Dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-bangsa United Nation Convention on The Law of The Sea
UNCLOS 1982 yang mengatur tentang perompakan terdapat di dalam pasal 100-107. Didalam pasal 100
disebutkan bahwa aksi kejahatan Piracy perompakan merupakan tindakan ilegal yang terjadi di laut lepas atau disuatu tempat diluar yurisdiksi suatu negara.
Kemudian dalam pasal 101 UNCLOS 1982, yang isinya sebagai berikut : a.
Setiap tindakan kekerasan atau penahanan yang tidak syah, atau setiap tindakan memusnahkan, yang dilakukan untuk tujuan pribadi oleh awak kapal atau
penumpang dari suatu kapal atau pesawat udara swasta dan ditujukan : i.
Di laut lepas, terhadap suatu kapal atau pesawat udara lain atau terhadap orang atau barang yang ada diatas kapal atau pesawat udara demikian;
ii. Terhadap suatu kapal, pesawat udara, orang atau barang disuatu tempat
di luar yurisdiksi Negara manapun; b.
Setiap tindakan turut serta secara sukarela delam pengoperasian suatu kapal atau pesawat udara dengan mengetahui fakta yang membuatnya suatu kapal
atau pesawat udara pembajak.