Upaya pemerintah Somalia mengatasi perompakan di perairan

C. Upaya pemerintah Somalia mengatasi perompakan di perairan

negaranya. Somalia merupakan negara yang mengalami krisis keamanan sejak tahun 1991, ditandai dengan turunnya diktator Muhammed Siad Barre. Sejak saat itu pemerintah Somalia tidak berjalan efektif. Tidak berfungsinya pemerintahan yang terjadi dimanfaatkan oleh klan-klan atau kelompok-kelompok bersenjata di Somalia untuk menguasai beberapa daerah di Somalia. Klan-klan ini mulai melakukan aksi-aksi krimal dengan melakukan perompakan kepada kapal-kapal yang melintasi perairan Somalia maupun perairan di sekitarnya. Teluk Aden yang merupakan akses untuk menuju terusan Suez merupakan daerah yang sangat mendukung aksi-aksi perompakan yang dilakukan oleh klan-klan bersenjata tersebut. Mereka menyandera setiap kapal-kapal berbadan besar yang tertangkap oleh radar miliknya dan meminta sejumlah uang tebusan kepada negara pemilik kapal sebagai syarat agar mereka melepaskan kapal yang telah mereka sandera. TFG Transnational Federal Government yang merupakan pemerintahan transisi sementara yang di bentuk oleh PBB. TFG telah melakukan beberapa upaya untuk menanggulangi perompakan yang terjadi di negaranya, tetapi upaya yang dilakukan TFG ini tidak berjalan dengan lancar. Kondisi pemerintahan yang tidak berfungsi lagi juga mengakibatkan melemahnya kekuatan nasional bersenjata Somalia sendiri. Kekurangan persenjataan yang dimiliki angkatan bersenjata Somalia merupakan salah satu penyebab TFG tidak dapat memberantas perompakan yang terjadi. Kelompok-kelompok perompak yang berada di daerah pesisir Somalia memiliki persenjataan yang lebih canggih dibandingkan dengan angkatan bersenjata somalia. Keadaan yang tidak dapat di kendalikan lagi oleh pemerintah Somalia membuat Presiden Abdullahi Yusuf Ahmed mengirim surat kepada Dewan Keamanan PBB untuk meminta negra-negara yang mempunyai kekuatan untuk memerangi perompak yang terjadi dinegaranya. Dengan surat ini pemerintah Somalia tidak hanya meminta PBB sebagai induk organisasi dunia untuk membantu krisis yang terjadi di negaranya, namun juga meminta negara-negara lain untuk membantu menangani perompakan yang terjadi. Surat ini ditujukan kepada Dewan Keamanan PBB, agar Dewan Keamanan PBB dapat mengeluarkan resolusi yang dapat membantu pemerintah Somalia dalam menghadapi perompak. 45 Semakin meningkatnya aksi pembajakan yang terjadi di perairan somalia, memaksa pemerintah Somalia mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan negara-negra lain yang mempunyai kepentingan dan organisasi internasional untuk memasuki wilayah teritorial Somalia baik darat maupun laut untuk mengejar para perompak. Kebijakan ini di keluarkan pemerintah Somalia TFG dengan harapan dunia internasional dapat melemahkan kekuatan para perompak yang umumnya memiliki kekuatan di darat. TFG juga telah melakukan kerjasama dengan negara Mauritius untuk mengadili perompak Somalia, ini merupakan langkah Mauritius untuk membantu 45 Somalia Ijinkan Perangi Bajak Laut Hingga Daratan. http:erabaru.nettop-news37- news225123-somalia-ijinkan-perangi-bajak-laut-hingga-daratan , Diakses Pada 22 Juni 2012 Somalia mengatasi salah satu halangan dalam penumpasan pembajakan yang mengganggu pelayaran internasional. 46 Pada bulan Agustus 2008, TFG membentuk Combined Task Force 150, yaitu sebuah koalisi multinasional satuan tugas yang terdiri dari beberapa negara, yang mengambil peran dalam pemberantasan pembajakan di Somalia dengan membentuk Wilayah Patroli Keamanan Laut di Teluk Aden. 47 TFG telah meminta agar PBB segera menggelar United Nations Peace Keeping Operation UN-PKO, namun PBB belum memenuhi permintaan TFG hingga TFG Somalia dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu pembentukan sebuah persatuan nasional Somalia secara inklusif melibatkan pihak-pihak lain yang ada diluar, pembentukan operasi Joint Security Force di Mogandishu, implementasi genjatan senjata dan kontribusi tentara dan kapasitas militer yang memadai dari negara anggota PBB. Menurut PBB pengelaran UN- PKO sekarang ini memiliki resiko tinggi karena para pihak yang menentang proses perdamaian di Somalia akan memandang misi PBB tersebut sebagai musuh baru, sehingga misi akan menjadi sasaran serangan. 48 Pemerintah Somalia juga melakukan kerjasama dengan negara-negara sekawasan dengan mengadakan rapat di Djibouti pada tanggal 29 Januari 2009. Rapat ini dihadiri oleh wakil-wakil dari Somalia, Djibouti, Ethiopia, Kenya, 46 Makin Meresakan, Perompak Somalia akan Diculik dan Diadili. http:www.republika.co.idberitainternasionalglobal120519m48r3s-makin-meresahkan- perompak-somalia-akan-diciduk-dan-diadili , Diakses Pada 22 Juni 2012 47 Bajak Laut Somalia. http:abdulmadjidarfiansyah.blogspot.com201012bajak-laut- somalia.html , Diakses Pada 22 Juni 2012 48 Perkembangan Politik, Keamanan, dan Ekonami Somalia. http:nsutedja.blogspot.com201111perkembangan-politik-keamanan-dan.html , Diakses Pada 22 Juni 2012 Madagaskar, Maladewa, Seychelles, Somalia, Republik Tanzania dan Yaman. Rapat ini bertujuan untuk mengurangi aksi perompakan melalui kerjasama antar negara-negara sekawasan. Dalam rapat ini lahirlah sebuah kesepakatan yang disebut Kode Etik Djibouti, yang berlaku efektif sejak tanggal penandatanganan oleh para wakil negara, yaitu pada 29 Januari 2009. Secara khusus, para penandatangan Kode Etik ini telah sepakat untuk bekerjasama sama, dengan cara yang konsisten dengan hukum internasional dalam : 49 a Penyidikan, penangkapan dan penuntutan orang, yang patut diduga melakukan tindakan-tindakan pembajakan dan perompakan bersenjata dalam hal kapal-kapal termasuk orang yang mendanai atau sengaja memfasilitasi tindakan tersebut. b Penyitaan kapal tersangka dan barang-barang di kapal tersebut c Penyelamatan atas kapal, orang dan barang dari perompakan dan perampokan bersenjata mendapat penanganan yang tepat. Pengobatan dan pemulangan pelaut, nelayan, awak kapal dan penumpang lainnya. d Pelaksanan operasi bersama antar negara penandatangan dan angkatan laut dari negara-negara daerah untuk memulai patrol kapal atau pesawat udara lain. 49 Djabouti Kode Etik , http:www.imo.orgOurWorkPagesHome.aspx , Diakses Pada 22 Juni 2012

BAB IV TINJAUAN YURIDIS PEROMPAKAN KAPAL LAUT DI