Penerapan Tanggung Jawab Produk Product Liability dalam Layanan Purna

g. Kerugian yang terjadi diakibatkan oleh Acts of God atau force majeur.

C. Penerapan Tanggung Jawab Produk Product Liability dalam Layanan Purna

Jual Sesuai dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia, seorang konsumen bila dirugikan dalam mengkonsumsi barang atau jasa, dapat menggugat pihak yang menimbulkan kerugian itu. Pihak tersebut di sini bisa berarti produsenpabrik, supplier, pedagang besar, pedagang eceranpenjual ataupun pihak yang memasarkan produk, bergantung dari siapa yang melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang menimbulkan kerugian bagi konsumen. Tuntutan ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh konsumen sebagai akibat penggunaan produk, baik yang berupa kerugian materi, fisik maupun jiwa, dapat didasarkan pada beberapa ketentuan, yang secara garis besar hanya ada dua kategori, yaitu tuntutan ganti kerugian yang berdasarkan wanprestasi dan tuntutan ganti kerugian berdasarkan perbuatan melanggar hukum. 61 a. Tuntutan berdasarkan wanprestasi Ganti kerugian yang diperoleh karena adanya wanprestasi merupakan akibat tidak dipenuhinya kewajiban utama atau kewajiban tambahan yang ada dalam suatu perjanjian antara konsumen dengan produsen. Tuntutan untuk membayar ganti kerugian di sini tidak lain daripada akibat penerapan klausula dalam perjanjian. b. Tuntutan Berdasarkan Perbuatan Melanggar Hukum Berbeda dengan tuntutan ganti kerugian yang didasarkan wanprestasi, tuntutan ganti kerugian yang didasarkan pada perbuatan melanggar hukum tidak perlu didahului dengan 61 Miru dan Yodo,Op.cit., Hal.127-129. Universitas Sumatera Utara perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen, sehingga tuntutan ganti kerugian dapat dilakukan oleh setiap pihak yang merasa dirugikan, walaupun tidak pernah terdapat hubungan perjanjian antara pelaku usaha dengan konsumen sebelumnya. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, terkait dengan tanggung jawab produk, secara umum tanggung jawab produk adalah tanggung jawab hukum yang disebabkan oleh keadaan tertentu produk cacat atau membahayakan orang lain yang sifat tanggung jawabnya adalah mutlak strict-liability, semua kerugian yang diderita seorang pemakai produk cacat atau membahayakan diri sendiri dan orang lain merupakan tanggung jawab mutlak dari pembuat produk atau mereka yang dipersamakan dengannya. Tanggung jawab ini dapat berupa pemberian ganti rugi, Suatu produk dikatakan cacat jika terdapat kesalahan produksi, cacat desain atau informasi yang tidak memadai. Berdasarkan hal tersebut diatas penerapan tanggung jawab produk dengan sifat pertanggungjawaban mutlak hanya jika terdapat suatu produk yang cacat dan syarat adanya produk yang cacat merupakan hal yang mutlak. Penerapan konsep product liability ternyata tidak mudah. Sebab dalam sistem pertanggungjawaban secara konvensional, tanggung jawab produk didasarkan adanya wanprestasi default dan perbuatan melawan hukum fault. Berdasarkan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Pasal 1365, konsumen yang menderita kerugian akibat produk barangjasa yang cacat bisa menuntut pelaku usaha secara langsung. Tuntutan tersebut didasarkan pada kondisi telah terjadi perbuatan melawan hukum, atau dengan kata lain, konsumen harus membuktikan terlebih dahulu kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha. Universitas Sumatera Utara Langkah pembuktian semacam itu sulit dilakukan karena konsumen berada pada kondisi yang sangat lemah dibandingkan dengan posisi pelaku usaha. Disamping sulitnya pembuktian, konsumen nantinya juga sulit untuk mendapatkan hak ganti rugi kompensasi atas pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha. Oleh karena itu, diperlukan adanya penerapan konsep strict liability tanggung jawab mutlak, yaitu bahwa produsen seketika itu juga harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen tanpa mempersoalkan kesalahan dari pihak produsen. 62 Jika performansi produk selama waktu pemakaian tertentu ternyata tidak sesuai dengan yang dijanjikan, maka konsumen dapat menuntut pelaku usaha dengan tanggung jawab produk karena telah memenuhi syarat yaitu adanya produk cacat yang merugikan Dengan konsep strict liability ini, setiap konsumen yang merasa dirugikan haknya bisa menuntut ganti rugi tanpa harus mempermasalahkan ada atau tidaknya unsur kesalahan yang dilakukan pelaku usaha. Dalam layanan purna jual yang kita ketahui lingkupnya adalah jaminan mutu, daya tahan dan kehandalan operasional, tanggung jawab produk dapat kita terapkan. Berkenaan dengan tanggung jawab produk, dalam layanan purna jual yang dapat diterapkan tanggung jawab produk adalah jaminan mutugaransi. Salah satu bentuk layanan purna jual yang diberikan oleh pelaku usaha adalah pemberian garansi yang disertakan dalam setiap pembelian produk oleh konsumen. Pemberian garansi merupakan wujud pertanggungjawaban pelaku usaha kepada konsumen atas terjadinya kerusakan prematur suatu produk atau ketidakmampuan produk untuk melaksanakan fungsi yang diharapkan. 62 N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen: Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Jakarta: Panta Rei, 2005, Hal. 15. Universitas Sumatera Utara dan kriteria cacatnya adalah informasi yang tidak memadai dari pelaku usaha mengenai produk tersebut. Dengan tanggung jawab produk ini, konsumen tidak perlu membuktikan kesalahan karena beban pembuktian ada pada pelaku usaha. Oleh karena tanggung jawab produk merupakan lembaga hukum yang tetap menggunakan konstruksi hukum tort perbuatan melawan hukum maka ganti ruginya adalah ganti rugi karena perbuatan melawan hukum yaitu suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan kesalahan kepada pihak yang dirugikan dan undang-undang membatasi penggantian hanya berupa kerugian tidak termasuk biaya dan bunga. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HAK-HAK KONSUMEN YANG TERABAIKAN DALAM LAYANAN PURNA