Tindak Pidana Perkosaan Tinjauan Kepustakaan 1.

b. Diancam dengan pidana c. Melawan hukum d. Dilakukan dengan kesalahan e. Oleh orang yang mampu bertanggungjawab 2. J. Bauman Menurut J. Bauman, perbuatantindak pidana adalah perbuatan yang memenuhi rumusan delik, bersifat melawan hukum dan dilakukan dengan kesalahan. 3. Wirdjono Prodjodikoro Menurut beliau, tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana. 4. Pompe Menurut Pompe, dalam hukum positif strafbaarfeit tidak lain adalah feit tindakan, yang diancam pidana dalam ketentuan undang-undang.

2. Tindak Pidana Perkosaan

KUHP merumuskan perbuatan perkosaan rape pada Pasal 285 yang bunyinya sebagai berikut : “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum karena memperkosa dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun”. Tindak pidana perkosaan yang diatur dalam Pasal 285 KUHP ini mempunyai unsur-unsur yakni: 1. barangsiapa UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. dengan kekerasan atau ancaman kekerasan 3. memaksa 4. seorang wanita bersetubuh dengan dia 5. diluar perkawinan Walaupun didalam rumusannya, undang-undang tidak mensyaratkan keharusan adanya unsur kesengajaan pada diri pelaku dalam melakukan perbuatan yang dilarang didalam Pasal 285 KUHP, tetapi dengan dicantumkannya unsur memaksa didalam rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 285 KUHP, kiranya sudah jelas bahwa tindak pidana perkosaan seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 285 KUHP itu harus dilakukan dengan sengaja. 17 Seorang terdakwa dapat dikatakan bersalah karena melakukan tindak pidana perkosaan yang diatur dalam Pasal 285 KUHP adalah apabila terbukti mempunyai kesengajaan melakukan tindak pidana perkosaan tersebut. Disidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa, baik penuntut umum maupun hakim harus dapat membuktikan tentang: Karena seperti yang telah kita ketahui tindak pidana perkosaan dalam Pasal 285 KUHP harus dilakukan dengan sengaja, dengan sendirinya unsur kesengajaan tersebut harus dibuktikan baik oleh penuntut umum maupun oleh hakim disidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara pelaku yang oleh penuntut umum telah didakwa melanggar larangan yang diatur dalam Pasal 285 KUHP. 18 a. adanya kehendak atau maksud terdakwa memakai kekerasan; 17 P.A.F Lamintang Theo Lamintang, 2009, Delik-Delik Khusus: Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan Norma Kepatutan, Jakarta, Penerbit Sinar Grafika, hlm. 97 18 Ibid., UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. adanya kehendak atau maksud terdakwa untuk mengancam akan memakai kekerasan; c. adanya kehendak atau maksud si terdakwa untuk memaksa; d. adanya pengetahuan para terdakwa bahwa yang dipaksa itu adalah seorang wanita yang bukan istrinya. e. adanya pengetahuan para terdakwa bahwa yang dipaksakan untuk dilakukan oleh wanita tersebut ialah untuk mengadakan hubungan kelamin dengan dirinya diluar perkawinan. Jika salah satu kehendakmaksud dan pengetahuan terdakwa tersebut ternyata tidak dapat dibuktikan, maka tidak ada alasan bagi penuntut umum untuk menyatakan terdakwa terbukti mempunyai kesengajaan dalam melakukan tindak pidana yang ia dakwakan kepadanya, dan hakim akan memberi putusan bebas dari tuntutan hukum bagi terdakwa. 19 Pembaharuan hukum pidana penal reform merupakan bagian dari kebijakan politik hukum pidana penal policy. Makna dan hakikat pembaharuan hukum pidana berkaitan erat dengan latar belakang dan urgensi diadakannya pembaharuan hukum pidana itu sendiri. Latar belakang dan urgensi diadakannya pembaharuan hukum pidana dapat ditinjau dari aspek sosio-politik, sosio- filosofik, sosio-kultural atau dari berbagai aspek kebijakan khususnya kebijakan sosial,

2. Pengertian Pembaharuan Hukum Pidana