b. adanya kehendak atau maksud terdakwa untuk mengancam akan
memakai kekerasan; c.
adanya kehendak atau maksud si terdakwa untuk memaksa; d.
adanya pengetahuan para terdakwa bahwa yang dipaksa itu adalah seorang wanita yang bukan istrinya.
e. adanya pengetahuan para terdakwa bahwa yang dipaksakan untuk dilakukan
oleh wanita tersebut ialah untuk mengadakan hubungan kelamin dengan dirinya diluar perkawinan.
Jika salah satu kehendakmaksud dan pengetahuan terdakwa tersebut ternyata tidak dapat dibuktikan, maka tidak ada alasan bagi penuntut umum untuk
menyatakan terdakwa terbukti mempunyai kesengajaan dalam melakukan tindak pidana yang ia dakwakan kepadanya, dan hakim akan memberi putusan bebas dari
tuntutan hukum bagi terdakwa.
19
Pembaharuan hukum pidana penal reform merupakan bagian dari kebijakan politik hukum pidana penal policy. Makna dan hakikat pembaharuan
hukum pidana berkaitan erat dengan latar belakang dan urgensi diadakannya pembaharuan hukum pidana itu sendiri. Latar belakang dan urgensi diadakannya
pembaharuan hukum pidana dapat ditinjau dari aspek sosio-politik, sosio- filosofik, sosio-kultural atau dari berbagai aspek kebijakan khususnya kebijakan
sosial,
2. Pengertian Pembaharuan Hukum Pidana
kebijakan
19
Ibid., hlm.98
criminal dan kebijakan penegakan hukum. Ini berarti, makna
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan hakikat pembaharuan hukum pidana juga berkaitan erat dengan berbagai aspek itu. Artinya, pembaharuan hukum pidana juga pada hakikatnya harus
merupakan perwujudan dari perubahan dan pembaharuan terhadap berbagai aspek dan kebijakan yang melatarbelakangi itu. Dengan demikian, pembaharuan hukum
pidana pada hakikatnya mengandung makna, suatu upaya untuk melakukan reorientasi dan reformasi hukum pidana yang sesuai dengan nilai-nilai sentral
sosio-politik, sosio-filosofik dan sosio-kultural masyarakat Indonesia yang melandasi kebijakan sosial, kebijakan criminal dan kebijakan penegakan hukum
di Indonesia. Secara singkat dapatlah diakatakan, bahwa pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya harus ditempuh dengan pendekatan yang berorientasi
pada kebijakan policy-oriented approach dan sekaligus pendekatan yang berorientasi pada nilai value-oriented approach.
20
Dengan uraian di atas, dapatlah disimpulkan makna dan hakikat pembaharuan hukum pidana sebagai berikut:
Pembaharuan hukum pidana harus dilakukan dengan pendekatan kebijakan, karena memang pada hakikatnya ia hanya merupakan bagian dari suatu
langkah kebijakan atau policy yaitu bagian dari politik hukum penegakan hukum, politik hukum pidana, politik kriminal, dan politik sosial. Di dalam setiap
kebijakan policy terkandung pula pertimbangan nilai. Oleh karena itu, pembaharuan hukum pidana harus pula berorientasi pada pendekatan nilai.
21
1 Dilihat dari sudut pendekatan-kebijakan
20
Barda Nawawi Arief, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, Penerbit P.T. Citra Aditya Bakti, hlm. 30
21
Ibid., hlm.31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Sebagai bagian dari kebijakan sosial, pembaharuan hukum pidana
pada hakikatnya merupakan bagian dari upaya untuk mengatasi masalah-masalah sosial termasuk masalah kemanusiaan dalam
rangka mencapaimenunjang tujuan nasional kesejahteraan masyarakat dan sebagainya;
b. Sebagai bagian dari kebijakan kriminal, pembaharuan pidana pada
hakikatnya merupakan bagian dari upaya perlindungan masyarakat khususnya upaya penanggulangan kejahatan;
c. Sebagai bagian dari kebijakan penegakan hukum, pembaharuan
hukum pidana pada hakikatnya merupakan bagian dari upaya memperbaharui substansi hukum legal substance dalam rangka lebih
mengefektifkan penegakan hukum. 2
Dilihat dari sudut pendekatan nilai Pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya merupakan upaya
melakukan peninjauan dan penilaian kembali re-orientasi dan re- evaluasi nilai-nilai sosio-politik, sosio-filosofik, dan sosio cultural yang
melandasi dan memberi isi terhadap muatan normatif dan substantif hukum pidana yang dicita-citakan. Bukanlah pembaharuan “reformasi”
hukum pidana, apabila orientasi nilai dari hukum pidana yang dicita- citakan misalnya KUHP Baru sama saja dengan orientasi nilai dari
hukum pidana lama warisan penjajah KUHP lama atau WvS. Dengan dimensi demikian, pada asasnya secara konkret memang
diperlukan pembaharuan di bidang hukum pidana memang mutlak diperlukan,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sudah merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditunda dan dielakkan lagi eksistensinya.
Menurut Muladi ada tiga metode pendekatan dalam kebijakan criminal dan penalisasi, yaitu:
22
a. Metode evolusioner Evolutionary approach
Metode ini memberikan perbaikan, penyempurnaan dan amandemen terhadap peraturan-peraturan yang sudah lama ada dalam KUHP;
b. Metode Global Global Approach
Metode ini dilakukan dengan membuat peraturan tersendiri diluar KUHP, misalnya Undang-Undang Lingkungan Hidup, Tindak Pidana
Korupsi, dan lain-lain. c.
Metode Kompromis compromise Approach Metode ini dilakukan dengan cara menambah bab tersendiri dalam
KUHP mengenai tindak pidana tertentu, misalnya tambahan Bab XXIX a dalam KUHP tentang Kejahatan Penerbangan dan
SaranaPrasarana Penerbangan.
3. Aspek Perlindungan Terhadap Korban