Kesimpulan KESIMPULAN SAN SARAN

BAB V KESIMPULAN SAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di muka, penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut : 1. PT. Garuda Indonesia dalam melakukan kegiatan penerbangan kadang timbul kerugian bagi penumpang. Dengan adanya hal tersebut maka PT. Garuda Indonesia harus bertanggung jawab terhadap penumpang. Kerugian yang menjadi tanggung jawab PT. Garuda Indonesia terhadap penumpang penerbangan domestik meliputi : a. Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut b. Hilang atau rusaknya barang bagasi c. Keterlambatan pesawat Prinsip tanggung jawab yang diterapkan PT. Garuda Indonesia untuk kematian atau lukanya penumpang serta hilang atau rusaknya barang bagasi adalah prinsip absolute liability. Untuk keterlambatan pesawat, PT. Garuda Indonesia menggunakan prinsip presumption of liability. 2. Realisasi tanggung jawab PT. Garuda Indonesia terhadap kerugian penumpang penumpang domestik yaitu : a. Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut Dalam realisasinya PT. Garuda Indonesia memberikan ganti rugi kematian atau lukanya penumpang lebih besar dari besarnya ganti rugi yang ditentukan dalam Pasal 43 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995. b. Hilang atau rusaknya barang penumpang Realisasi tanggung jawab PT. Garuda Indonesia terhadap hilang atau rusaknya barang bagasi sesuai dengan ketentuan Pasal 44 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995. Besarnya ganti kerugian sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yaitu ganti rugi dibatasi setinggi-tingginya Rp. 100.000,- seratus ribu rupiah untuk setiap kilogramnya. c. Keterlambatan pengangkutan 1 Keterlambatan pengangkutan penumpang Dalam prakteknya, pihak PT. Garuda Indonesia hanya bertanggung jawab secara moril saja. Dalam hal ini berarti bila terjadi keterlambatan pengangkutan penumpang yang disebabkan oleh pihak pengangkut, maka pihak PT. Garuda Indonesia hanya melakukan permintaan maaf saja dan memberikan sebatas makan gratis untuk para penumpang. 2 Keterlambatan pengangkutan barang Realisasinya, PT. Garuda Indonesia memberikan batas ganti rugi seperti ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 44 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1995 tersebut. Untuk keterlambatan bagasi apabila merupakan kesalahan pengangkut dibatasi setinggitingginya Rp. 100.000,- perkilogramnya. 3. Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam realisasi tanggung jawab PT. Garuda Indonesia terhadap penumpang penerbangan domestik yaitu antara lain : a. Ahli waris dari penumpang yang meninggal. Banyak ahli waris dari keluarga penumpang yang meninggal yang menginginkan dan merasa berhak atas ganti kerugian yang diberikan PT. Garuda Indonesia. Solusinya yaitu akan dimintakan fatwa waris ke pengadilan, sehingga akan jelas kepada ahli waris yang mana uang ganti rugi tersebut akan diberikan. b. Warga negara asing yang melakukan penerbangan domestik. Warga negara asing yang pada saat melakukan penerbangan domestik terjadi kecelakaan pesawat, kadang melakukan komplain atas ganti rugi yang diberikan oleh PT. Garuda Indonesia karena jumlahnya kecil atau tidak sebesar ketentuan ganti kerugian yang diterapkan di negaranya. Pada kasus ini apabila warga negara asing melakukan klaim maka akan diselesaikan melalui pengadilan. c. Penumpang yang menggunakan tiket atas nama atau milik orang lain. Dalam kejadian ini PT. Garuda Indonesia akan melakukan pengecekan identitas penumpang dengan tiket penerbangan yang digunakan, apabila terbukti penumpang tersebut menggunakan tiket atas namamilik orang lain maka pihak asuransi tidak akan memberikan ganti rugi.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

1 75 113

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

Tangung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Barang Bagasi Penumpang

8 74 126

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENGANGKUTAN UDARA TERHADAP PENUMPANG DALAM HAL TERJADI KETERLAMBATAN PENERBANGAN

0 9 54

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KAPTEN PENERBANG (PILOT) DALAM KECELAKAAN PESAWAT UDARA AKIBAT KELALAIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 2

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

TANGGUNG JAWAB KEPERDATAAN DALAM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UDARA ATAS KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 12

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN UDARA A. Pengertian Hukum Pengangkutan Udara - Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pengangkutan Hewan Melalui Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pengangkutan Hewan Melalui Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

0 0 17