Sejarah pengangkutan PT. Garuda Indonesia

BAB IV PERTANGGUNG JAWABAN PENGANGKUT ORANG DAN BARANG

A. Sejarah pengangkutan PT. Garuda Indonesia

Garuda Indonesia adalah pionir dalam industri penerbagan di Indonesia, bahkan merupakan bagian sejarah dari republik ini dengan umur perusahaan yang juga mendekati umur dari republik ini. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari PT.Garuda Indonesia Persero, sejarah Garuda Indonesia berawal dari tahun 1940-an. Di mana Indonesia masih berperang melawan Belanda. Pada saat itu penerbangan pertama Garuda Indonesia dimulai pada tahun 1949. Pesawat pertamanya adalah Dakota RI-001. Pada 26 Januari 1949 dianggap sebagai hari jadi maskapai penerbangan ini. Pada saat itu nama maskapai ini adalah Indonesian Airways. Pesawat pertama mereka bernama Seulawah atau Gunung Emas, yang diambil dari nama gunung terkenal di Aceh. Dana untuk membeli pesawat ini didapatkan dari sumbangan rakyat Aceh, pesawat tersebut dibeli seharga 120,000 dolar malaya yang sama dengan 20 kg emas. Maskapai ini tetap mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap Belanda berakhir. Pada 25 Desember 1949, wakil dari Koninklijke Luchtvaart Maatschappij KLM yang juga teman Presiden Soekarno, Dr. Konijnenburg, menghadap dan melapor kepada Presiden di Yogyakarta bahwa KLM Interinsulair akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar KMB dan meminta kepada beliau memberi nama bagi perusahaan tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu. Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab dengan mengutip satu baris dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Noto Soeroto di zaman kolonial, Ik ben Garuda, Vishnoes vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu. Pada 28 Desember 1949, terjadi penerbangan yang bersejarah yaitu pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair terbang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Kemayoran - Jakarta untuk pelantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat RIS dengan logo baru, Garuda Indonesian Airways, nama yang diberikan Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini Mulai Juli 2009, Garuda Indonesia telah menggunakan livery baru pada beberapa pesawatnya yang terbaru yaitu pada Airbus A330-200 dengan registrasi PK-GPJ PK-GPK dan PK-GPH, serta sebuah Boeing 737-800 dengan registrasi PK-GMA. Keempat pesawat tersebut telah diperbaharui tampilan eksteriornya dengan livery baru untuk menyegarkan penampilan maskapai Garuda Indonesia. Kabin pesawat Garuda Indonesia yang baru juga dilengkapi dengan PTV Personal Television pada setiap kursinya, 11 inci untuk kelas bisnis dan 8 inci untuk kelas ekonomi. Warna biru yang dominan pada kursi lama pesawat juga diubah. Warna merah maroon digunakan pada kursi kelas bisnis, sedangkan kombinasi warna coklat tua - coklat muda digunakan pada kursi kelas ekonomi. Garuda Indonesia mendapatkan konsesi monopoli penerbangan dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950 dari Koninklijke Nederlandsch Indie Luchtvaart Maatschappij KNILM, perusahaan penerbangan nasional Hindia Belanda. Garuda adalah hasil joint venture antara Pemerintah Indonesia dengan maskapai Belanda Koninklijke Luchtvaart Maatschappij KLM. Pemerintah Burma banyak menolong maskapai ini pada masa awal maskapai ini. Oleh karena itu, pada saat maskapai ini diresmikan sebagai perusahaan pada 31 Maret 1950, Garuda menyumbangkan Pemerintah Burma sebuah pesawat DC-3. Pada mulanya, Garuda memiliki 27 pesawat terbang, staf terdidik, bandara dan jadwal penerbangan, sebagai kelanjutan dari KNILM. Ini sangat berbeda dengan perusahaan-perusahaan pioneer lainnya di Asia. pada tahun 1953, armada bertambah menjadi 46 unit dengan tambahan 8 unit Convair 340. dan pada tahun 1954,ditambah lagi dengan 14 unit De Havilland Herons. Pesawat Catalina mengalami kerusakan dan harus pensiun pada tahun 1955. Garuda Indonesia memulai pelayanan penumpang menuju Bali pada tahun 1951 dengan menggunakan pesawat Douglas Dakota DC-3. Lalu pada tahun 1961 dengan menggunakan pesawat Douglas DC-8 membuat jalur pelayanan pertama Garuda antara denpasar-sydney Secara konsisten Bali terpilih sebagai ”Pulau Terbaik di Dunia” dan Garuda mempunyai peranan penting dalam mengembangkan Bali sebagai tujuan wisata internasional. Tahun 1956 mereka membuat jalur penerbangan pertama ke Mekkah, Pada Juni 1956, penerbangan haji pertama membawa 40 jemaah haji menuju Saudi Arabia, Garuda Indonesia menggunakan pesawat Convair 340. Saat ini penerbangan haji membawa lebih dari 100.000 jemaah haji menuju Jeddah dari Indonesia tiap tahunnya. Tahun 1965 Garuda mendapat dua pesawat baru yaitu pesawat jet Convair 990 dan pesawat turboprop Lockheed L-118 Electra. Pada tahun 1965, Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan yang pertama dari Asia Tenggara untuk menawarkan layanan antar benua dari Jakarta ke Amsterdam melalui Colombo, Bombay, Roma, dan Prague. Penerbangan itu dioperasikan oleh pesawat terbang Convair 990A yang masih memegang rekor sebagai penerbangan sipil sub-sonic tercepat di dunia. Tahun 1970-an Garuda mengambil Jet kecil DC-9 dan Fokker F28 saat itu Garuda memiliki 36 pesawat F28 dan merupakan operator pesawat terbesar di dunia untuk jenis pesawat tersebut, sementara pada 1980-an mengadopsi perangkat dari Airbus, seperti A300. Dan juga Boeing 737, juga McDonnell Douglas MD-11. Dari awal tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an, Garuda Indonesia mengoperasikan armada baru Fokker Fellowship F-28 twinjets yang terbesar dalam dunia menggantikan pesawat terbang mesin turboprop Fokker Friendship F-27. Pada saat bersamaan, armada Fokker F-28 terdiri atas 42 pesawat terbang, termasuk Mk-1000 dari 1971, Mk-3000 dari 1976, dan Mk-4000 yang versi paling terbaru dari tahun 1984. layanan F-28 diakhiri pada 5 April 2001. Pada 21 Januari 1982, Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan pertama untuk mengoperasikan suatu Airbus A300-B4 FFCC menggunakan suatu rancangan khusus kokpit pesawat terbang modern. Dalam tahun 1990-an, Garuda mengalami beberapa musibah, dan maskapai ini mengalami periode ekonomi sulit. Tetapi, dalam tahun 2000-an ini maskapai ini telah dapat mengatasinya dan pada agustus 2009 garuda indonesia akan menggunakan pesawat boeing B737-800NG untuk memenuhi permintaan pasar. Pada tahun 2011 Garuda Indonesia berencana akan menggunakan pesawat Boeing B777-300ER yang bias mengangkut 365 penumpang mengarungi 14685 kilometer nonstop. Dari sejarah yang ada diatas dalam perjalanan garuda Indonesia terdapat tiga era penting yaitu No competition Era 1949-1967, Pseudo-Competition Era 1968-1997, Full Competition Era 1998-sekarang. 29 Kedua, Pseudo-Competition Era 1968-1997 pada era ini garuda Indonesia sudah semakin maju namun tidaklah maksimal karena complacent di bawah regulasi yang ‘menguntungkan’ garuda Indonesia. Garuda Indonesia tidak Pertama, No Competition Era 1949-1967 pada era ini garuda Indonesia yang pada saat itu masih bernama garuda Indonesian airways baru memasuki tahap awal learning curve sebagai perusahaan penerbangan komersial. Produk yang ditawarkan masihlah sangat generik, yaitu transportasi penumpang dari satu kota ke kota karena tuntutan penumpang yang masih sangat sederhana. Jumlah rute yang ditawarkanpun masih sangatlah terbatas. Tidak memerlkan manajemen pamasaran dan itupun masih sangat cendrung pasif. 29 Wawancara dengan bapak Fritz Partogi P.Hutapea, cargo sales supervisor, tanggal 8 juni 2010. mendaptkan persaingan yang terlalu signifikan karena hanya ada beberapa pemain dalam industri penerbangan dengan regulasi penerbangan yang ketat. Hanya armada Garuda Indonesia saja yang dapat menggunakan pesawa-pesawat yang menggunakan mesin jet untuk rute domestik, sementara maskapai lain hanya boleh menggunakan pesawat berbaling-baling propeller atau turboprop. Selain itu harga tiket pesawat harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Dalam kondisi saperti itu suatu unfair advantage bagi Garuda Indonesia. Para pelanggan masih sangat terbatas pilihannya terutama pada penerbangan di rute ‘gemuk’. Rute domestik dan internasional pada saat itu belum marak dengan hadirnya low cost carrier LCC. Memang pada awal tahun 1990-an hadir simpati air namum secara psikologis agak sulit menghadapinya ‘head to head’ mengingat manajemen sempati air sangat dekat dengan pusat kekuasaan pada saat itu yang konon banyak memberikan kemudahan. Ada maskapai lain pada saat itu namun domonasi tetap ada pada tangan Garuda Indonesia. Era ini ditandai dengan deregulasi yang membolehkan maskapai penerbangan selain Garuda Indonesia menggunakan pesawat bermesin jet. Ketiga, Full Competition Era 1998 -sekarang pada tahun 1998 merupakan masa transisi dari Garuda Indonesia untuk menjadi maskapai penerbangan yang profesional yang sesungguhnya. Deregulasi terus bergulir dan pada tahun 2001 keluar satu peraturan yang memudahkan para pemain baru untuk masuk dalam industri penerbangan. Era dapat dikatakan sebagai era dimulainya kompetisi dalam bisnis penerbangan komersial yang sebenarnya ditandai dengan maraknya LCC. LCC ini disambut baik oleh pasar karena merupakan ‘berkah’ dari krisis diakhir tahun 1990-an dimana daya beli masyarakat di Indonesia khususnya dan ASEAN umumnya menjadi sangat rendah. LCC dating pada saat yang tepat dan langsung ‘booming’ Layanan antar Negara ASEAN juga semakin meningkat dan kompetisi juga semakin terbuka dan sangat meningkat untuk rute domestic maupun internasional. Sejumlah maskapai penerbangan ‘legacy’ yang tidak dapat bertransformasi banyak yang tidak dapat bertahan. Era ini ditandai dengan deregulasi yang memudahkan pemain baru masuk dalam industri hanya dengan dua pesawat saja. Pada tahun 2014 diharapkan Garuda Indonesia sudah dapat mencapai semua sasaran strategisnya sebagaimana tertuang dalam ‘Garuda Indonesia Quantum Leap 2014’. Setelah itu industri penerbangan komersial diharapkan sudah memasuki masa transisi untuk memasuki era ke-empat. Era yang lebih kompetitif ini dapat disebut sebagai Hyper-Competition Era yang ditandai dengan efektifnya Open Sky Policy di wilayah ASEAN yang rencananya diberlakukan pada tahun 2015 dan akan menjadi kawasan ASEAN sebagai single market yang sebenarnya bagi industri penerbangan komersial.

B. Faktor-faktor Penghambat realisasi tanggung jawab PT.Garuda

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

1 75 113

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

Tangung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Barang Bagasi Penumpang

8 74 126

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENGANGKUTAN UDARA TERHADAP PENUMPANG DALAM HAL TERJADI KETERLAMBATAN PENERBANGAN

0 9 54

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KAPTEN PENERBANG (PILOT) DALAM KECELAKAAN PESAWAT UDARA AKIBAT KELALAIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 2

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG DALAM KECELAKAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 13

TANGGUNG JAWAB KEPERDATAAN DALAM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UDARA ATAS KETERLAMBATAN JADWAL PENERBANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN.

0 0 12

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Penyampaian Informasi Periklanan Barang Produksinya Ditinjau dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 0 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN UDARA A. Pengertian Hukum Pengangkutan Udara - Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pengangkutan Hewan Melalui Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pengangkutan Hewan Melalui Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

0 0 17