Berikan Zinc selama 10 hari berturut-turut Teruskan Pemberian ASI dan Makanan

Caranya adalah dengan 1 sendok teh gula ditambah ¼ sendok teh garam dilarutkan dalam 1 liter air putih Purnamasari,2011.

2. Berikan Zinc selama 10 hari berturut-turut

Langkah kedua yang perlu dilakukan untuk menangani diare adalah memberikan Zinc seng selama 10 hari berturut-turut. Zinc adalah zat gizi mikro yang ada di dalam tubuh dan berguna untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc akan ikut terbuang atau keluar dari dalam tubuh pada saat anak diare, sehingga mengakibatkan jumlah Zinc di dalam tubuh berkurang. Itulah sebabnya dibutuhkan tambahan Zinc untuk menggantikannya. WHO dalam penelitiannya mengemukakan beberapa manfaat zinc Sofwan, 2010, yaitu: 1. Mengurangi angka kejadian diare sebanyak 34 2. Mengurangi durasi atau lama sakit karena diare akut sampai 20 3. Mengurangi durasi atau lama sakit karena diare persisten sampai 24 4. Mengurangi kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebanyak 42 5. Mengurangi angka pneumonia atau radang paru-paru sebesar 26 Pada kasus diare akut, Zinc diberikan minimal 10 hari berturut-turut, satu kali sehari. sekalipun diare telah berhenti, misalnya setelah tiga hari, pemberian Zinc tetap dilanjutkan karena Zinc akan meningkatkan sisitem imun anak dan mengurangi angka kejadian diare berulang hingga 3 bulan ke depan. Saat ini, ada dua bentuk Zinc yang tersedia di Indonesia, yaitu: sirup dan tablet. Zinc diberikan sesuai dengan usia anak. Zinc dalam bentuk tablet perlu dilarutkan dalam air sebelum ditelan. Caranya adalah dengan meletakkan tablet Zinc ke sendok berisi air, ditunggu hingga larut, setelah itu baru diminum. Efek samping Zinc yang paling sering dilaporkan adalah mual dan muntah. Zinc dapat diberikan bersama-sama dengan obat lainnya, termasuk oralit. Zinc dapat diperoleh dengan mudah di toko obat dan apotek, namun harus diakui bahwa harganya cukup mahal. Meskipun demikian, konsumsi Zinc pada saat diare sangat menguntungkan karena biasanya setelah itu anak akan terlihat lebih fit, sehat, dan jarang sakit-sakitan Sofwan, 2010.

3. Teruskan Pemberian ASI dan Makanan

Langkah ketiga adalah terus ASI Air Susu Ibu dan makan. Pemberian ASI untuk bayi dan balita tetap diteruskan pada saat diare. begitu juga dengan pemberian makanan sehari-hari pada anak yang lebih besar. ASI tidak menyebabkan diare, justru dapat membantu mencegah diare. makanan sehari-hari tetap dilanjutkan dan cobalah perbanyak makanan yang berkuah, seperti sup, sereal, dan kuah sayur-sayuran. Selain digunakan untuk energi, makanan-makanan ini dan juga ASI bila masih diberi ASI akan menambah jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya kekurangan cairan atau dehidrasi. Pemberian susu formula untuk anak yang lebih besar juga tetap dapat dilanjutkan selama diare Sofwan, 2010. Akibat makanan yang terbuang karena tidak diserap oleh usus, diare dapat menyebabkan gangguan nutrisi. Padahal pada kondisi ini, metabolism tubuh lebih tinggi sebagai upaya melawan infeksi, sehingga nutrisi yang diperlukan pun lebih banyak. Oleh karena itu, bukan suatu hal yang dibenarkan apabila selama diare menjadi takut memberi makan dan minum. Justru makan dan minum ini sangat diperlukan Purnamasari, 2011. Ketika anak balita mengalami diare, orangtua khususnya ibu harus memperhatkan aspek gizi pada anak karena balita masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, sehingga aspek gizi ini sangat penting. Tidak jarang, ketika anak mengalami diare, fokus perhatian orangtua terlalu terpaku pada cara menyembuhkan dan menghentikan diare, sehingga akhirnya lupa untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Banyak orangtua ragu serta tidak mengetahui makanan apa yang sebaiknya diberikan ketika anak diare, sehingga akhirnya membatasi makanan yang dikonsumsi. Adapun, makanan yang perlu dihindari ketika anak mengalami diare akut dapat dilihat pada table berikut Sofwan, 2010 : Tabel 2.5 Makanan Yang Direkomendasikan dan Yang Perlu Dihindari Makan yang direkomendasikan Makanan yang perlu dihindari Makanan yang mengandung tepung Seperti: beras, kentang, bakmi, biscuit Minuman dengan pemanis buatan Sereal bubur, gandum Minuman bersoda Sup Makanan berlemak atau mengandung lemak dalam jumlah tinggi Yogurt Makanan atau minuman yang terbuat dari gula sederhana Seperti: jus apel buatan, sereal dengan pemanis buatan,dan lain-lain. Sayur-sayuran Buah-buahan 4. Antibiotika Selektif Langkah keempat dalam penanganan diare pada anak balita adalah antibiotika selektif. Maksudnya adalah adalah cobalah untuk tidak memberikan antibiotika secara sembarangan ketika anak diare. Banyak orangtua yang terkadang “sok pintar” dan langsung memberikan antibiotika ketika anak diare. Terkadang, setelah diberikan antibiotika diare semakin bertambah parah. Seharusnya orang tua lebih berhati-hati dan bijak dalam memberikan pengobatan pada anak. Di dunia medis dikenal istilah antibiotic associated diarrhea atau diare yang disebabkan karena pemberian antibiotika Sofwan, 2010. Antibiotika hanya digunakan untuk membunuh bakteri. Sedangkan diare akibat virus tidak dapat diatasi dengan antibiotik, dan justru bisa semakin memburuk. Pemberian antibiotik ini harus sesuai dengan indikasi, sehingga sebaiknya sesuai dengan petunjuk dokter Ngastiyah, 2005. Kerugian utama dari penggunaan antibiotika yang tidak rasional terletak pada sisi ekonomi atau biaya, karena pemberian antibiotika menambah biaya berobat yang mubazir. Kerugian kedua adalah meningkatkan resistensi kuman. Artinya, jika diberikan tidak dalam dosis dan durasi yang tepat justru akan membuat kuman atau bakteri menjadi kebal terhadap antibiotika tersebut. Dan kerugian ketiga adalah kemungkinan diare tidak membaik dan malahan memburuk antibiotic associated diarrhea. Bila dikonsumsi, antibiotika tidak hanya akan membunuh bakteri jahat yang ada di dalam tubuh, melainkan juga membunuh sebagian bakteri baik yang ada di dalam tubuh, sehingga justru akan menyebabkan ketidakseimbangan bakteri di dalam tubuh Sofwan, 2010.

5. Konseling Untuk Ibu dan Keluarga

Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

1 27 107

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 2 107

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 0 11

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 0 2

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 0 2

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 0 39

II. Sumber Informasi - Gambaran Perilaku Ibu Tentang Penanganan Awal Diare Dalam Mencegah Terjadinya Dehidrasi Pada Balita Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Iii Kecamatan Medan Denai Tahun 2012

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku - Gambaran Perilaku Ibu Tentang Penanganan Awal Diare Dalam Mencegah Terjadinya Dehidrasi Pada Balita Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Iii Kecamatan Medan Denai Tahun 2012

0 0 32

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Perilaku Ibu Tentang Penanganan Awal Diare Dalam Mencegah Terjadinya Dehidrasi Pada Balita Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Iii Kecamatan Medan Denai Tahun 2012

0 0 11

GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DIARE DALAM MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI PADA BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2012 SKRIPSI

0 0 14