Latar Belakang Gambaran Perilaku Ibu Tentang Penanganan Awal Diare Dalam Mencegah Terjadinya Dehidrasi Pada Balita Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Iii Kecamatan Medan Denai Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi AKB dan Angka Kematian Balita AKABAAKBAL. Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN lainnya. Penyebab kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh diare dan pneumonia Anik, 2010. Menurut data World Health Organization WHO pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Angka kematian balita Indonesia Masa balita ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang sangat pesat sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi. Dimana pada masa balita merupakan masa paling penting sekaligus rawan bagi anak sebab anak rentan berbagai gangguan kesehatan. Sebagai orangtua, tentu tidak hanya ingin membebaskan anak dari deritanya, tetapi juga ingin memastikan bahwa gejala yang diderita bukanlah penyakit serius. Beberapa penyakit memang dapat ditangani di rumah, tetapi yang lainnya membutuhkan perawatan dokter. Orangtua yang cukup pengetahuan punya kesempatan yang lebih baik untuk mengidentifikasi penyakit dengan tepat dan segera memberikan penanganan yang semestinya. Namun, para orangtua yang kurang paham masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yakni 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia, selanjutnya 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina. Indonesia menduduki rangking ke-6 tertinggi setelah Singapura 3 per 1.000, Brunei Darussalam 8 per 1.000, Malaysia 10 per 1.000, Vietnam 18 per 1.000 dan Thailand 20 per 1.000 Sadikin, 2011. 1 perihal kesehatan anak balita, seringkali panik, bahkan bisa jadi akan memberikan penanganan yang salah terhadap balitanya. Penanganan yang salah tersebut bisa membuat penyakit anak bertambah parah Sudarmoko, 2011. Cara paling ideal untuk mencegah ataupun melawan penyakit yang sewaktu- waktu bisa menyerang tubuh balita adalah dengan membuat kualitas kesehatan dan daya tahan tubuh anak menjadi lebih baik. Jika balita memiliki tubuh yang sehat dan selalu terjaga, maka balita tidak akan mudah jatuh sakit. Untuk membentuk anak yang sehat baik fisik maupun mental tidak lepas dari peran orang tua dalam melakukan upaya pemeliharaan, pencegahan dan perawatan kepada anaknya Sudarmoko, 2011. Orang tua perlu mengetahui bagaimana mengatasi kondisi darurat anak sebelum mendapatkan perawatan petugas kesehatan, dan juga mengetahui penyakit- penyakit umum yang sering terjadi seperti panas, batuk, flu, diare, dan luka. Orang tua sebaiknya mampu memberikan pengobatan yang efektif. Oleh karena itu, orang tua harus mengetahui bagaimana cara bersikap menghadapi anak yang sedang sakit, antara lain meliputi pengetahuan umum mengenai diagnosis penyakit, tindakan yang diperlukan, pengobatan, diet dan upaya lain yang berkaitan dengan penyakit yang diderita anak Widodo, 2009. Tubuh balita masih sangat rentan terhadap unsur asing karena balita belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang memadai. Pada usia ini, anak masih rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Sehingga, jika ibu tidak hati-hati dengan kebersihan dirinya sendiri, secara tidak langsung ibu memberikan media penyakit pada tubuh balita. Misalnya saja, setelah kerja seharian ibu lupa mencuci tangan dan langsung menimang balita. Secara tidak langsung kuman atau apapun yang menempel pada tangan akan berpindah pada tubuh balita. Jika tangan ibu mengandung kuman atau bakteri, maka balita akan mudah terinfeksi suatu penyakit Sudarmoko, 2011. Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani. Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman, terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama kehidupan, tidak mencuci bersih botol susu anak, penyimpanan makanan yang salah, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, sebelum menyuapi anak, sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, dan tidak membuang tinja dengan benar. Faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia Assiddiqi, 2009. Balita yang sangat rentan kondisi kesehatannya membutuhkan pengawasan dan perawatan sebaik mungkin. Untuk bisa memberikan penanganan yang tepat pada anak, ada baiknya bila ibu mengenali organisme-organisme awal pembawa bemacam penyakit yang mungkin bisa menyerang. Seperti: kuman, bakteri, virus, parasit dan lain sebagainya Nagiga dan Arty, 2009. Diare masih merupakan problema kesehatan utama pada anak terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk merupakan faktor yang menyebabkan masih tingginya tingkat kejadian diare pada anak di Indonesia. Golongan umur yang paling menderita akibat diare adalah anak- anak karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah Sofwan, 2010. Berdasarkan hasil survei Morbiditas Diare yang dilakukan Kementerian Kesehatan sejak tahun 1996 – 2010 angka kesakitan diare meningkat dari tahun 1996 hingga 2006, kemudian menurun pada tahun 2010. Pada tahun 2010 angka kesakitan diare sebesar 441 per 1.000 penduduk. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2006 yaitu 423 per 1.000 penduduk Wijaya, 2012. Sekitar lima juta anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70-80 menyerang anak dibawah lima tahun. Data nasional Depkes menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000 balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare Depkes RI, 2011. Masih seringnya terjadi wabah atau kejadian luar biasa KLB diare menyebabkan pemberantasannya menjadi suatu hal yang penting. Di Indonesia KLB diare masih terus terjadi hampir disetiap musim sepanjang tahun. KLB diare menyerang hampir semua propinsi di Indonesia Widoyono, 2008. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2010 KLB diare terjadi di 11 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR sebesar 1,74 nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009. Kecenderungan CFR diare pada periode tahun 2006-2010 adanya peningkatan CFR yang cukup signifikan pada tahun 2007-2008, dari 1,79 menjadi 2,94. Angka ini turun menjadi 1,74 pada tahun 2009 dan 2010. Penurunan angka Kejadian Luar Biasa KLB Diare kurang signifikan yaitu target CFR saat KLB diharapkan 1 . Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010, dari 594.147 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebanyak 243.214 kasus atau 44,29 sehingga angka kesakitan Incident Rate IR akibat diare per 1.000 penduduk mencapai 18,73. Angka ini mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu 12,98. Pencapaian IR ini jauh dibawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk, rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata under-reporting cases. Dari 33 kabupatenkota yang ada, terdapat 2 kabupatenkota yang melaporkan tidak ada kasus diare nol yaitu Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Nias Utara. Penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di Kabupaten Simalungun yaitu 129,39 dan terendah di Kabupaten Labuhan Batu Utara 2,78 Dinkes Provinsi Sumatera Utara , 2011. Menurut Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2005 dilaporkan proporsi penderita rawat jalan di puskesmas untuk balita 2,68 yaitu 20.996 penderita dari 780.706 seluruh penderita berbagai jenis penyakit dan lain-lain. Penyakit diare menduduki urutan ke enam pada sepuluh penyakit terbesar di seluruh puskesmas kota Medan Gunawan, 2010. Pada tahun 2007 menunjukkan jumlah kasus diare pada balita yang ditangani sebanyak 7.953 kasus 48,46 kasus Dinkes Medan, 2007. Beberapa negara telah berhasil menurunkan angka kejadian dan kematian penyakit diare secara cepat yaitu dengan promosi kesehatan yang tepat tentang penanganan awal diare adalah dengan rehidrasi oral berupa paket oralit, yang diikuti dengan meneruskan pemberian minum dan makan selama anak diare. WHO menyatakan bahwa oral rehydration salt Masih tingginya kasus diare pada balita menunjukkan bahwa peran ibu dalam melakukan pencegahan penyakit diare masih belum maksimal. Dimana ibu sebagai pengasuh yang terdekat dengan balita memiliki peran besar dalam melakukan pencegahan penyakit diare. Persepsi ibu yang salah dalam memandang penyakit yang diderita anak bisa memengaruhi tindakan ibu dalam melakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut Muswita, 2010. Salah satu cara sederhana pencegahan diare pada balita yang dapat dilakukan ibu adalah dengan cuci tangan pakai sabun CTPS. Berdasarkan penelitian Curtis and Cairncross menunjukkan CTPS dapat mencegah kejadian diare hingga 47 Nagiga dan Arty, 2009. ORS merupakan langkah awal tepat dan efektif untuk melawan diare akut pada anak yang mampu menurunkan angka kematian balita dari 4,5 juta menjadi 1,8 juta Askerning, 2007. Di Indonesia promosi kesehatan tentang pencegahan dan penanganan awal diare dapat disampaikan oleh petugas kesehatan seperti saat penyelenggaraan kegiatan posyandu karena pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak KIA, Keluarga Berencana KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Untuk itu peran ibu menjadi sangat penting karena di dalam merawat anaknya ibu seringkali berperan sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan anak, yaitu dalam hal memberi makan, memelihara kebersihan dan memberi perawatan bila anak sakit. Dengan demikian bila ibu berperilaku baik mengenai diare, ibu sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan, diharapkan dapat memberikan pencegahan dan pertolongan pertama pada diare yang diderita anak Purnamasari, 2011. Oleh karena itu ibu seharusnya mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai cara pencegahan dan penanganan awal diare pada anak yang bertujuan untuk merubah pandangan, kebiasaan dan sikap hidup tradisional yang bertentangan dengan azas pemeliharaan kesehatan. Bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah dehidrasi. Diare akut memegang porsi terbesar dengan angka kejadian sekitar 85 dari seluruh kejadian diare pada anak. Angka kematian dilaporkan sekitar 8 dari 1.000 anak, dan kebanyakan disebabkan karena dehidrasi penyebab lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Golongan umur yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah Sofwan, 2010. Diare menyebabkan kehilangan garam natrium dan air secara cepat, yang sangat penting untuk hidup. Jika air dan garam tidak digantikan cepat, tubuh akan mengalami dehidrasi. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini menyebabkan kematian terutama pada bayi dan balita. Kematian terjadi jika kehilangan 10 cairan dalam tubuh. Maka dari itu ibu harus segera memberikan terapi rehidrasi oral. Rehidrasi oral adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dan cairan yang memadai. Sudarmoko,2011. Hasil Survei Nasional tahun 2000 mengenai Morbiditas Diare dan Perilaku, diketahui 91,2 masyarakat mengetahui tentang rehidrasi penderita saat diare, 90 mengetahui tentang tanda bahaya diare, sebagian tahu tentang manfaat oralit 94,6 akan tetapi sebagian besar 49,3 tidak mau menggunakan oralit sebagai cairan rehidrasi di rumah tangga Assiddiqi, 2009. Penelitian oleh Sodemann 1999 mendapatkan hasil bahwa mayoritas pengetahuan ibu tentang Oral Rehydration Salt ORS adalah baik, namun penggunaan ORS hanya 58 pada saat episode diare dan beberapa diantaranya tidak tepat. Pada penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap penggunaan ORS adalah ketersediaan ORS di rumah tangga. Dapat ditarik kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa kurangnya kewaspadaan atau kesadaran ibu dalam melakukan pencegahan dan penanganan penyakit diare yaitu dengan menyediakan ORS dirumah Askrening, 2007 Hasil Penelitian Ella 2007, menunjukkan pasien anak yang mengalami dehidrasi akibat diare di RSUP H. Adam Malik dari 39 sampel yang dianalisis, dijumpai 76.9 mengalami dehidrasi ringan atau sedang dan 23.1 dehdirasi berat. Berrdasarkan data tersebut dapat dilihat kejadian diare yang disertai dengan dehidrasi pada anak masih cukup tinggi. . Kecamatan Medan Denai terdiri dari 6 kelurahan salah satunya yaitu kelurahan Tegal Sari Mandala III. Di Kecamatan Medan Denai terdapat 4 puskesmas. Berdasarkan distribusi penyakit diare yang terjadi pada balita di Kecamatan Medan Denai pada tahun 2007 yaitu Puskesmas Desa Binjei sebanyak 263 kasus, Puskesmas Tegal Sari sebanyak 385 kasus, Puskesmas Medan Denai sebanyak 254 kasus dan Puskesmas Bromo sebanyak 746 kasus. Wilayah kerja puskesmas Tegal Sari meliputi kelurahan Tegal Sari Mandala I dan III. Dari data puskesmas Tegal Sari Medan Denai pada tahun 2010 terdapat 568 kasus diare dimana 214 kasus diare dialami oleh balita, yaitu 30 kasus diare dialami balita yang tinggal di kelurahan Tegal Sari Mandala I dan 180 kasus diare pada balita yang tinggal di kelurahan Tegal Sari Mandala III dan 4 kasus diare dialami oleh balita yang tinggal di luar wilayah kerja puskesmas Tegal Sari. Pada tahun 2011 terdapat 627 kasus diare dimana 205 kasus diare dialami oleh balita, yaitu 17 kasus diare dialami balita yang tinggal di kelurahan Tegal Sari Mandala I dan 185 kasus diare pada balita yang tinggal di kelurahan Tegal Sari Mandala III dan 3 kasus diare dialami oleh balita yang tinggal di luar wilayah kerja puskesmas Tegal Sari. Balita yang dibawa ibu berobat ke puskesmas karena diare biasanya setelah mengalami gejala dehidrasi ringan dan sedang. Balita yang menderita diare kebanyakan menderita diare akut dan merupakan pasien baru dan ada juga pasien lama. Dilihat dari jumlah kasus diare yang terjadi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III menunjukkan angka kejadian diare masih cukup tinggi sehingga memerlukan perhatian untuk menanganinya. Berdasarkan pemikiran inilah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran perilaku ibu tentang penanganan awal diare dalam mencegah terjadinya dehidrasi pada balita di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai tahun 2012.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

1 27 107

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 2 107

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 0 11

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 0 2

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 0 2

Perilaku Ibu dalam Mengatasi Gejala Perimenopause di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai

0 0 39

II. Sumber Informasi - Gambaran Perilaku Ibu Tentang Penanganan Awal Diare Dalam Mencegah Terjadinya Dehidrasi Pada Balita Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Iii Kecamatan Medan Denai Tahun 2012

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku - Gambaran Perilaku Ibu Tentang Penanganan Awal Diare Dalam Mencegah Terjadinya Dehidrasi Pada Balita Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Iii Kecamatan Medan Denai Tahun 2012

0 0 32

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Perilaku Ibu Tentang Penanganan Awal Diare Dalam Mencegah Terjadinya Dehidrasi Pada Balita Di Kelurahan Tegal Sari Mandala Iii Kecamatan Medan Denai Tahun 2012

0 0 11

GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DIARE DALAM MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI PADA BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2012 SKRIPSI

0 0 14