• “Multiple partners” atau memiliki infeksi menular seksual lain dapat
meningkatkan resiko infeksi saat hubungan seksual. •
Penggunaan jarum suntik secara bergantian.
Penularan HIV yang jarang adalah melalui:
• Penularan melalui ibu yang terinfeksi HIV. HIV dapat ditularkan dari ibu
kepada anak saat mengandung, saat melahirkan dan pemberian ASI. •
Menerima transfusi darah atau transplantasi organ yang terkontaminasi dengan HIV.
• Makan makanan yang telah dikunyah oleh orang yang terinfeksi HIV.
• Digigit oleh orang yang terinfeksi HIV. Penularan melibatkan trauma berat
dengan kerusakan jaringan yang luas dan adanya darah. Tidak ada resiko penularan jika kulit tidak rusak.
• “Oral sex” menggunakan mulut dan proses ejakulasi pada mulut dari orang
yang terinfeksi HIV. •
Kontak antara kulit rusak, luka atau selaput lendir dan darah yang terinfeksi HIV atau cairan tubuh darah yang terkontaminasi.
• “Open- mouth kissing” jika orang dengan HIV memiliki luka atau gusi
berdarah. •
Tato atau “body piercing” jika jarum tidak diganti.
HIV tidak ditransmisi melalui :
• Kontak kasual seperti berjabat tangan, memeluk, penggunaan kamar mandi
yang sama, penggunaan piring dan gelas yang sama dan “social kissing” berciuman sambil mulut tertutup.
• Udara
• Air liur dan air mata
• Gigitan serangga misalnya nyamuk
• Makanan dan Minuman
2.1.4. Faktor Resiko
Lima kelompok dewasa telah diidentifikasi mempunyai faktor resiko untuk mengembangkan AIDS Robbins and Cotran, 2010 :
• Kelompok homoseksual atau biseksual
• Kelompok penyalahguna narkoba intravena
• Kelompok haemophiliacs
• Kelompok penerima darah dan komponen darah
• Kelompok heteroseksual
2.1.5. Patogenesis dan Gejala Klinis
Meskipun berbagai sel dapat menjadi target dari HIV, namun ada dua target utama infeksi HIV yaitu sistem imunitas tubuh dan sistem saraf pusat.
Mekanisme utama infeksi HIV adalah melalui perlekatan selubung glikoprotein virus gp 120 pada molekul CD4. Partikel HIV yang berikatan dengan molekul
CD4 akan kemudiannya masuk ke sel hospes melalui fusi antara membran virus dengan membran sel hospes dengan bantuan gp 41 yang terdapat pada permukaan
virus. Molekul CD4 banyak terdapat pada sel limfosit T helper, namun sel lain
seperti makrofag dan sel dendritik dapat juga terinfeksi HIV dengan kombinasi virus-antibodi. Partikel virus yang terinfeksi akan terbentuk pada saat sel limfosit
T teraktivasi. Aktivasi sel T CD4+ akan mengakibatkan aktivasi provirus. Karena protein virus dibentuk dalam sel hospes, maka membran plasma sel hospes akan
disisipi oleh glikoprotein virus yaitu gp 41 dan gp 120. RNA virus dan protein akan membentuk membran dan menggunakan membran plasma sel hospes yang
telah dimodifikasi dengan glikoprotein virus, membentuk selubung virus dalam proses yang dikenal “budding”.
Menurut CDC Centre for Disease Control fase perjalanan infeksi HIV dapat dibagi kepada tiga tahap yaitu:
1. Tahap infeksi akut HIV
Dalam waktu 2- 4 minggu setelah terinfeksi virus HIV, kebanyakan tapi tidak semua orang mengalami gejala mirip flu yang digambarkan “worst flu ever. Fase
ini terdapat pada 40-90 kasus yang merupakan keadaan klinis yang bersifat