5.4 Pembahasan
5.4.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa terhadap HIVAIDS
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5,3, dari 86 orang mahasiswa, 56 orang mahasiswa mempunyai pengetahuan baik, dan 30 mahasiswa lagi
mempunyai pengetahuan kurang. Pada penelitian ini, kebanyakan mahasiswa mengetahui tentang penyebab terjadinya AIDS, definisi HIV dan singkatan dari
HIV dan AIDS. Hal ini didukung penelitian oleh penelitian N Maimaiti 2012, di mana mahasiswa kedokteran di Xinjiang mempunyai pengetahuan yang baik yaitu
sebesar 74,5. Di sisi yang lain, sebagian mahasiswa tidak tahu berapa lama virus HIV dapat mengembang kepada AIDS, gejala akut HIV dan tahap tanpa gejala
pada HIV disebut tahap apa. Ada juga beberapa mahasiswa yang mispersepsi bahwa HIV dapat menular melalui air liur. Hal ini didukung penelitian oleh
Sanjay Kini et all bahawa mahasiswa memiliki mispersepsi HIV dapat menyebar melalui air liur dan berciuman. Manakala penelitian oleh H Khan 2012 di
Pakistan menunjukan mahasiswa mempunyai pengetahuan yang baik mengenai
transmisi dan pencegahan HIVAIDS yaitu sebesar 94,6.
Menurut tabel 5,4, tingkat pengetahuan baik lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Ini terjadi mungkin karena laki-laki lebih sadar akan
konsekuensi dan infeksi yang akan muncul akibat HIVAIDS. Selain itu, mungkin laki-laki lebih terbuka dalam mencari dan menerima informasi hingga
pengetahuan mereka lebih baik dari perempuan yang lebih tertutup dan tidak mengendahkan dalam mencari dan menerima informasi. Hal ini didukung oleh
penelitian A Kigombola 2007, di mana pengetahuan baik pada laki-laki lebih tinggi yaitu 77.3 dari perempuan yaitu 74.9. Manakala penelitian C Maria
2012 di Ecuador menyatakan 34.4 laki-laki mempunyai pengetahuan yang kurang manakala perempuan pengetahuannya kurang adalah sebesar 30.2.
5.4.2 Sikap Mahasiswa terhadap HIVAIDS
Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 5,6, dari 86 orang mahasiswa, 76 mahasiswa memiliki sikap yang baik, dan 10 mahasiswa memiliki sikap yang
buruk. Diketahui kebanyakan mahasiswa memiliki sikap yang baik terhadap HIVAIDS. Hal ini bertentangan dengan penelitian Y Shiferaw 2011, bahwa
sikap mahasiswa buruk walaupun pengetahuan masih baik. Selain itu, penelitian oleh N.A. Al-Rebeei 2012 menyatakan 40.2 orang mempunyai sikap yang
negatif terhadap HIVAIDS. Pada umumnya sebagian besar mahasiswa setuju narkoba suntik dapat tertular HIVAIDS, konsultasi mengenai HIVAIDS harus
diberi melalui media dan majalah dan pemakaian kondom dapat menghindari HIVAIDS. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan mahasiswa yang cukup
baik karena sebagai seorang mahasiswa kedokteran, seharusnya sudah mengetahui dampak penyakit ini dan sebagai seorang dokter adalah menjadi tanggungjawab
untuk mengedukasi dan mengelakan seseorang dari menderita HIVAIDS. Di samping itu, sikap mahasiswa terhadap penderita HIV juga baik. Kebanyakan dari
mereka merasakan penderita HIV tidak seharusnya dijauhi masyarakat dan keluarga, bayi HIV tidak harus diketepikan, teman HIV tidak harus dikucilkan,
mahasiswa yang menderita HIV bisa mengikuti kuliah dan penderita HIV tidak harus dihukum. Dari sikap mahasiswa ini, dapat dilihat mereka
berperikemanusiaan dan tidak berintensi untuk melukai perasaan penderita HIV. Sebagai seorang dokter juga, harus memiliki sikap yang baik karena ini
merupakan tanggungjawab untuk mengobati seorang penderita HIV tanpa memandang rendah terhadap penyakit yang dihadapinya. Namun, penelitian oleh
H Khan 2008 di Universitas Peshawar, Pakistan mengatakan bahwa 71 mahasiswa mempunyai sikap yang negatif terhadap penderita HIVAIDS
Menurut tabel 5.8, perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan yang mempunyai sikap baik adalah sama yaitu sebanyak 38 orang. Ini
terjadi mungkin karena mahasiswa lebih cenderung mentaati norma kognitif dan afektik seperti lebih halus perbicaraannya dengan penderita dan dapat bertindak
dan memberi respon yang sesuai dengan keadaan. Namun penelitian oleh RG Majelantle 2013 di Botswana menyatakan bahwa laki-laki mempunyai sikap
yang buruk terhadap HIVAIDS yaitu sebesar 23,9 berbanding perempuan yaitu sebesar 17,8.
5.4.3 Tindakan Mahasiswa terhadap HIVAIDS
Tindakan merupakan perilaku terbuka ataupun overt behaviour yang berarti seseorang itu sudah merespons terhadap stimuli. Berdasarkan hasil
penelitian dari tabel 5,9, 82 orang mahasiswa 95.3 memiliki perilaku seksual yang baik dan tidak mengkonsumsi narkoba. Sementara 4 orang mahasiswa
4.7 pernah melakukan hubungan seksual dan mengkonsumsi narkoba. Hasil penelitian menunjukan mahasiswa pernah bergantian jarum saat pengambilan
narkoba. Ini menunjukan pengetahuan mahasiswa kurang karena dengan bergantian jarum HIV dapat tertular. Di samping itu, ada juga mahasiswa yang
pernah bergantian pasangan seksual. Dalam hal ini, diketahui pengetahuan mahasiswa cukup buruk karena perilaku seksual yang buruk bisa menimbulkan
dampak yang buruk seperti kehamilan dan penyakit infeksi menular termasuk HIVAIDS. Hal ini didukung oleh penelitian N Maimaiti 2010, di mana 15.8
mahasiswa mempunyai perilaku seksual yang buruk. Selain itu, penelitian SO Ike 2007 juga mendukung hal ini di mana 40 mahasiswa mengakui mempunyai
perilaku seksual yang aktif. Manakala penelitian oleh M Albrektsson 2009 di China menyatakan mahasiswa universitas Wuhan tidak mempunyai perilaku
seksual yang buruk yaitu sebesar 75. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, seharusnya telah mempunyai pengetahuan yang baik dan dapat bertindak dengan
benar. Berdasarkan tabel 6,0, tindakan yang baik paling banyak pada laki-laki
dengan jumlah mahasiswa sebanyak 39 orang manakala perempuan sebanyak 37 orang. Ini mungkin terjadi karena perempuan lebih cenderung menghadapi
tekanan sosial dan emosi yang membatasi dari mengindari perilaku seksual. Namun mungkin juga ada yang mengalami tekanan dari pasangan untuk
melibatkan diri dalam perilaku seksual ini. Hal ini bertentangan dengan penelitian oleh M Paul 2013 di Ethiopia yang menyatakan 51.2 laki-laki lebih aktif
dalam aktivitas seksual berbanding perempuan yaitu sebesar 21.7.
5.4.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dengan Sikap Terhadap HIVAIDS
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi sikap. Menurut Van Dyk 2008, informasi mengenai HIVAIDS
merupakan instrumen dalam mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang karena pengetahuan yang diperoleh adalah hasil dalam keterampilan terhadap infeksi