1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Esensi kurikulum 2013 menekankan pada guru untuk mengajar sesuai dengan empat kompetensi inti yang ditentukan oleh pemerintah.
Kompetensi inti itu bertujuan agar siswa menjadi lulusan yang religius, mempunyai perilaku sosial yang baik, berpengetahuan dan memiliki bekal
keterampilan. Adanya perilaku siswa yang baik secara sosial maupun agama dapat diimbangi dengan kemampuan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 11 yang menyatakan tujuan pendidikan adalah memberikan pengalaman
belajar yang meliputi domain kognitif pengetahuan, afektif sikap, dan psikomotorik keterampilan. Sebagai penunjang untuk membentuk lulusan
siswa yang berkompeten, maka pada kurikulum 2013 ditetapkan suatu pendekatan scientific Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
Berbagai model pembelajaran yang mendukung pendekatan scientific, meliputi Discovery Based learning DBL, Inquiry Based Learning IBL,
Problem Based Learning PBL, dan Project Based Learning PJBL. Gulbahar dan Hasan 2006 berpendapat bahwa model-model
pembelajaran tersebut termasuk dalam pembelajaran konstruktivisme yang pembelajarannya berpusat pada siswa. Pembelajaran ini menekankan pada
keaktifan siswa, sehingga siswa dapat memahami konsep dan aplikasi materi yang diajarkan. Salah satu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
2 siswa adalah kegiatan praktikum. Pembelajaran kimia biasanya tidak lepas
dari kegiatan praktikum di laboratorium, sehingga konsep dan aplikasi kimia akan lebih mudah dipahami siswa apabila disampaikan melalui kegiatan
praktikum. Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan psikomotorik siswa. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Arifin et al 2000 : 122 bahwa mempelajari
kimia kurang berhasil apabila tidak ditunjang dengan adanya kegiatan praktikum. Tersedianya laboratorium di sekolah berpotensi untuk
mengembangkan keterampilan
siswa dalam
menggunakan alat-alat
laboratorium, mengamati, menganalisa, dan menyimpulkan hasil percobaan. Melalui praktikum, siswa dituntut untuk mengembangkan keterampilan
kognitif, psikomotorik, dan afektifnya untuk membuktikan kebenaran konsep kimia. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam
meningkatkan psikomotorik siswa ternyata tidak meninggalkan kemampuan kognitif maupun afektif.
Penilaian pembelajaran kimia dalam aspek kognitif sudah banyak diterapkan oleh guru melalui kegiatan ulangan harian, ulangan tengah
semester, dan ujian sekolah. Sedangkan penilaian afektif biasanya dinilai guru dengan melihat kedisiplinan siswa dalam berangkat sekolah, kesopanan,
kerapian, dan kejujuran siswa baik dalam mengerjakan tugas maupun ulangan. Namun seringkali penilaian dalam aspek psikomorik masih belum optimal,
sehingga perlu dilakukan suatu pembelajaran kimia yang dapat menilai psikomotorik siswa secara optimal.
Penilaian psikomotorik dalam pembelajaran kimia berkaitan dengan keterampilan siswa. Keterampilan siswa dapat dinilai dari kegiatan praktikum.
3 Penyataan tersebut didukung oleh pendapat Aksela Juntunen 2013 yang
menyatakan bahwa
pembelajaran praktikum
dapat meningkatkan
psikomotorik siswa. Melalui pembelajaran praktikum siswa berlatih menginvestigasi suatu percobaan, sehingga guru dapat melihat secara
langsung performa siswa. Pernyataan Aksela dan Juntunen menunjukkan bahwa dengan praktikum keterampilan siswa dapat dinilai berdasarkan
performanya. Namun dengan melihat banyaknya materi pelajaran yang harus
disampaikan, maka sebagian besar guru memilih untuk menyampaikan materi daripada melaksanakan praktikum. Dikarenakan siswa terkadang merasa
kesulitan untuk memahami materi kimia yang sebenarnya akan lebih mudah dipahami siswa apabila disampaikan dengan praktikum. Maka dari itu, guru
dapat memilih salah satu model pembelajaran yang telah ditetapkan pada kurikulum 2013, yaitu pembelajaran berbasis proyek atau yang dikenal dengan
project based learning. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Akinoglu 2008 yang menyatakan bahwa pembelajaran project based learning efektif dalam
menilai kinerja siswa dengan membuat suatu produk melalui percobaan. Berdasarkan pendapat tersebut, maka pembelajaran ini berisi kegiatan yang
siswanya dapat melakukan suatu percobaan sekaligus menghasilkan suatu produk, sehingga dengan menerapkan pembelajaran project based learning,
maka psikomotorik siswa dapat dinilai secara optimal. Luaran dari metode pembelajaran project based learningselain dapat
meningkatkan psikomotorik siswa, juga dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa. Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat Doppelt 2003
4 bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan metode yang baik untuk
meningkatkan kompetensi berpikir dan kreatifitas siswa dalam suatu pembelajaran. Selain itu pernyataan ini juga dipertegas dengan pendapat
Yalcin et al 2009 yang menyatakan bahwa pembelajaran project based learning akan menghasilkan suatu produk hasil karya siswa. Selama proses
pembuatan produk tersebut, siswa melakukan percobaan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berimajinasi, sehingga siswa menjadi
kreatif. Pembelajaran ini sangat penting dalam membentuk kualitas keterampilan siswa. Pernyataan-pernyataan tersebut membuktikan bahwa
pembelajaran project based learning mampu meningkatkan keterampilan siswa.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa dalam mempelajari materi kimia akan sulit tanpa adanya praktikum. Namun percobaan tidak
selamanya harus dilakukan di laboratorium. Hal tersebut dikarenakan tidak semua sekolah mempunyai fasilitas laboratorium yang dilengkapi dengan alat
praktikum. Maka dari itu, pembelajaran kimia dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran sederhana yang dapat digunakan untuk
praktikum. Menurut ChanLin 2008 salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami dan menggali pengetahuan adalah
dengan bantuan perlengkapan media. Adanya alat peraga dalam pembelajaran dapat memotivasi siswa secara langsung sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna dikarenakan siswa merasa tertarik dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan. Pendapat itu diperkuat dengan pernyataan bahwa penggunaan
media dalam pembelajaran kimia terutama media peraga praktikum sederhana
5 dapat digunakan untuk mendemonstrasikan konsep penting dalam kimia.
Salah satunya mengenai konsep kimia yang ada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa tidak hanya belajar secara konseptual tetapi
juga belajar secara bermakna Glaser and Carson, 2005. Pendapat tersebut memperjelas bahwa penggunaan alat peraga
pembelajaran yang dapat digunakan dalam praktikum akan memudahkan siswa dalam memahami aplikasi kimia yang ada pada kehidupan sehari-hari.
Salah satu materi aplikasi kimia yang ada pada kehidupan sehari-hari yang tidak dipraktikumkan yaitu materi pemisahan fraksi minyak bumi. Padahal
siswa perlu mengetahui dan memahami proses pemisahan minyak tersebut melalui praktikum pemisahan minyak sederhana. Oleh sebab itu, penelitian ini
bertujuan agar siswa memahami proses pemisahan minyak melalui alat peraga distilasi sederhana. Disisi lain, banyaknya limbah dilingkungan cenderung
masih kurang termanfaatkan. Maka dari itu, pada penelitian ini yang telah dikembangkan adalah alat peraga distilasi yang terbuat dari bahan limbah.
Hasil wawancara yang telah dilakukan pada guru kimia kelas XI SMA Teuku Umar Semarang, menunjukkan bahwa pada materi aplikasi
hidrokarbon berupa pemisahan fraksi minyak bumi belum pernah dilakukan dengan praktikum. Hal tersebut dikarenakan guru sudah berupaya untuk
mengadakan praktikum, namun belum mengetahui praktikum yang sesuai untuk materi tersebut. Selain belum mengetahui adanya praktikum yang sesuai
dengan materi aplikasi pemisahan minyak bumi, hasil observasi lapangan juga memperlihatkan bahwa fasilitas peralatan praktikum di Sekolah masih belum
lengkap. Oleh karena itu, perlu adanya kit laboratorium berupa alat praktikum
6 yang dapat digunakan untuk menjelaskan materi pemisahan fraksi minyak
bumi. Sedangkan untuk mengoptimalkan psikomotorik siswa dapat dilakukan dengan praktikum membuat, merangkai alat peraga distilasi dan mendistilasi
bahan-bahan alam sehingga konsep pemisahan fraksi minyak bumi dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti telah
melakukan suatu penelitian yang berjudul “ Pengembangan Alat Peraga Distilasi Berbahan Limbah sebagai Implementasi
Project Based Learning Guna Meningkatkan Psikomotorik Siswa dalam Memahami Pemisahan
Fraksi Minyak Bumi
”.
1.2 RUMUSAN MASALAH