10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini meliputi aspek psikomotorik dalam pembelajaran kimia, Pembelajaran Berbasis Proyek
project based learning, Alat peraga pembelajaran, pengembangan alat distilasi, hubungan antara project based learning dengan kemampuan
psikomotorik.
2.1.1 Aspek Psikomotorik dalam Pembelajaran Kimia
Aspek psikomotorik berkaitan dengan keterampilan motorik. Menurut Winkel 1996 Belajar keterampilan motorik ada dua fase, yakni
fase kognitif dan fase fiksasi. Dalam fase kognitif diperoleh dari pengetahuan prosedural seperti konsep dan kaidah dalam bentuk
pengetahuan deklaratif. Kemudian gerak-gerik dilaksanakan dengan dituntun oleh pengetahuan prosedural sampai gerakan berlangsung lancar
disebut fase fiksasi. Winkel juga mengklasifikasikan ranah psikomotorik dalam tujuh jenjang sebagai berikut.
a. Persepsi perception, mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
rangsangan. Contoh: siswa dapat memperkenalkan macam-macam alat yang ada dilaboraorium beserta fungsinya.
11 b.
Kesiapan set, mencakup kemampuan untuk menenpatkan dirinya dalam keadaan akan memulai gerakan atau rangkaian gerakan. Contoh:
siswa dapat menyiapkan alat dan bahan yang sesuai dengan praktikum yang akan dilaksanakan.
c. Gerakan terbimbing guided response, mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan imitasi. Contoh: siswa melakukan praktikum titrasi dengan
posisi ketika menitrasi sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru. d.
Gerakan yang terbiasa mechanical response, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar karena
sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Contoh: siswa dapat menitrasi larutan tanpa panduan atau
contoh dari guru. e.
Gerakan yang kompleks complex response, mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa
komponen dengan lancar, tepat, dan efisien. Contoh: siswa dapat menitrasi larutan dengan lancar, efisien, dan hasil tritasi juga
memperoleh warna yang tepat. f.
Penyesuaian pola gerakan adjustment, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan
kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. Contoh: siswa praktikum menitrasi
sudah dapat menyiapkan alat dan bahan sendiri, praktikum titrasinya juga lancar, efisien, dan hasil tritrasinya juga tepat.
12 g.
Kreativitas creativity, mencakup kemampuan untuk melahirkan pola- pola gerak-gerik baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif
sendiri. Contoh: siswa membaca volume zat yang telah digunakan untuk menitrasi dengan menggunakan kertas 2 gradasi, yaitu hitam
putih. Selain itu, untuk melihat perubahan warna pada zat yang ditritasi siswa memberikan tanda silang hitam.
Indikator diatas juga dikembangkan oleh Edward Norman dalam Toha 1991 yang mengklasifikasikan indikator dari masing-masing ranah
psikomotorik tersebut. Klasifikasi ranah psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 2.1. Klasifikasi tersebut mendorong terwujudnya pembelajaran
psikomotorik yang berkualitas. Hal tersebut dikarenakan terbentuknya keterampilan psikomorik pada siswa. Menurut Ibrahim dalam Azizahwati
et al 2010 keterampilan psikomotorik adalah keterampilan yang melibatkan koordinasi antara otot dan indera.Pentingnya hal ini karena
siswa harus melakukan percobaan untuk mendapatkan konsep atau membuktikan hipotesis. Melalui percobaan siswa dapat menggunakan
peralatan serta melakukan pengukuran dan pengamatan. Karena itu keterampilan menggunakan alat ukur dan alat-alat percobaan sangat
dibutuhkan dalam melakukan kerja ilmiah.
13 Tabel 2.1 Taksonomi Ranah Psikomotorik
TingkatHasil Belajar
Ciri-cirinya 1.
Persepsi a.
Mengenal obyek melalui pengamatan inderawi b.
Mengolah hasil pengamatan dalam pikiran c.
Melakukan seleksi terhadap obyek pusat perhatian 2.
Kesiapan a.
Mental set, atau kesiapan mental untuk bereaksi b.
Kesiapan fisik untuk bereaksi c.
Kesiapan emosiperasaan untuk bereaksi 3.
Gerakan Terbimbing
a. Melakukan imitasi peniruan
b. Melakukan coba-coba salah
c. Pengembangan respon baru
4. Gerakan
Terbiasa a.
Mulai tumbuh performance skill dalam berbagai bentuk
b. Respons-respons baru muncul dengan sendirinya
5. Gerakan
Kompleks Sangat terampil skillful performance yang digerakkan
oleh aktivitas motoriknya 6.
Penyesuaian a.
Pengembangan keterampilan individu untuk gerakan yang dimodifikasi
b. Pada tingkat yang tepat untuk menghadapi problem
solving 7.
Kreativitas Mampu mengembangkan kreativitas gerakan-gerakan
baru untuk menghadapi bermacam-macam situasi, atau problema-problema yang spesifik
Sumber :Edward Norman dalam Toha, 1991
2.1.2 Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning