Makna Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Mudharabah

2. Ketidakmampuan nasabah untuk menjalankan kewajiban-kewajiban kaitannya dengan pembiayaan. 3. Adanya pembiayaan yang bermasalah. Sebab utama pembiayaan yang bermasalah yaitu : - Faktor internal yang adalah dalam usaha tersebut, penanganan awal yang dilakukan oleh BMT adalah ikut membantu dalam manajemen, karena usah kecil biasanya sangat lemah dalam manajerial. Kemudian melakukan pengawasan secara rutin sehingga benar-benar mengetahui akar permasalahan yang ada. - Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar usaha misalnya bencana alam, krisis ekonomi secara nasional maupun perubahan kebijakan pemerintah yang merugikan usaha dan lain-lain.

2.2 Pembiayaan Mudharabah

2.2.1 Makna Pembiayaan Mudharabah

Literatur fikih, terdapat dua istilah yang menunjukan pengertian mudharabah. Yang pertama istilah mudharabah itu sendiri dan yang kedua istilah Qiradh. Namun pengertian keduanya adalah sama saja. Istilah mudharabah adalah bahasa penduduk Irak dan kebanyakan digunakan oleh mazhabHanafi, Hanbali dan Zaydi dan Qiradh adalah bahasa istilah yang digunakan penduduk Hijaz dan kebanyakan digunakan oleh mazhab Maliki dan Syafi‟i Abdullah Saeed, 2008: 91. Pengertian Mudharabah Istilah mudharabah berasal dari kata dharbfii al-ardb - orang yang berpergian diatas bumi yadhirbuna fii al- ardh mencari karunia Allah al-Muzzammil :20. Dimana proses pekerjaan yang menyebut bahwa mudhaarib berhak atas sebagian keuntungan usahanya. Sedangkan pembiayaan mudharabah atau qiradh adalah akad kerja sama usaha antara belah pihak dimana pihak pertama sebagai pemilik dana sahibul mal yang mana menyediakan modal 100, sedangkan pihak lainya sebagai pengelola usaha mudharib Sop Koperasi jasa Syariah, 22: 2007. Mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti secara harfiah adalah bepergian atau berjalan. Al- Qur‟an tidak secara langsung menunjuk istilah mudharabah, melainkan melalui akar kata d-r-b yang diungkapkan sebanyak lima puluh delapan kali. Dari beberapa kata inilah yang kemudian mengilhami konsep mudharabah Abdullah Saeed, 2008: 92. Sementara dalam hadits, akar kata mudharabah dharaba pun banyak disebutkan, tetapi juga mengidentifikasikan makna yang bermacam- macam. Misalnya hatta nadribal qoum, sehingga kami memerangi kaum tersebut. Contoh lain hadist yang berbunyi yaqdhi fil mudharibilla biqadla‟ain. Kata dharaba dalam hadist tersebut tidak menunjukan arti mudharabah yang sudah dikenal sekarang. Dengan demikian istilah mudharabah tidak disebutkan secara eksplisit dalam al- Qur‟an maupun al- hadits sebagaimana pengertian yang ada sekarang. Namun para ulama berbeda pendapat mengenai penyebutan yang ada dalam hadits. Hal ini karena ada beberapa perilaku sahabat yang serupa dengan konsep mudharabah dan nabi membiarkannya. Istilah mudharabah diambil dari kata dharib, Dinamakan demikian karena dharib berhak untuk menerima bagian keuntungan atas dukungan dan kerjanya. Secara rinci mudharabah adalah suatu kontrak kemitraan partnership yang berlandaskan pada prinsip pembagian hasil dengan cara seseorang memberikan modalnya kepada yang lain untuk melakukan bisnis dan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian berdasarkan isi perjanjian bersama Afzalur Rahman, 1995: 380. Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah suatu perjanjian untuk berkongsi di dalam keuntungan dengan modal dari salah satu pihak dan kerja usaha dari pihak lain. Menurut Madzhab Maliki yaitu penyerahan uang dimuka oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan imbalan sebagian dari keuntungannya. Menurut madzaab Syafi‟i mendefinisikan dengan pemilik modal menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya. Sedangkan menurut Madzhab Hambali yakni penyerahan suatu barang atau sejenisnya dalam jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya Muhammad, 2004: 82- 83. Menurut Muhamad, salah satu hal yang mungkin terlupakanan dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli fikih klasik adalah bahwa kegiatan kerjasama mudharabah merupakan jenis usaha yang tidak secara otomatis mendatangkan untunghasil. Oleh karena itu penjelasan mengenai untung dan rugi perlu di tambahi sebagai bagian yang integral dari sebuah definisi yang baik. Hal ini karena dalam mudharabah tidak saja mempertimbangkan aspek keuntungan dalam usahanya tersebut namun juga mempunyai konsekuensi untuk mengalami kerugian. Sehingga kerugian modal ditimpakan kepada penyedia modal sedangkan kerugian tenaga, keterampilan dan kesempatan mendapat laba ditanggung oleh pengusahapengelola. Sistem mudhorobah, terdapat beberapa unsur yang harus ada dalam transaksi tersebut yaitu: Ahmad Sumiyanto, 2005: 3. 1. Pihak yang berakad: yaitu shahibul mal investor dan al-mudhorib pengelola. 2. Obyek akad, hal ini terdiri dari ra‟sul mal capital, al-„amal usahabisnis, ar-robh profit dan al-waqt masa. 3. As-Shighoh Ijab qobul atau Momerandum of Understanding MoU. 4. Nisbah keuntungan. Menurut Adiwarman Karim, akad mudharabah merupakan “bentuk kontrak atau akad dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola olehpihak kedua, atau si pelaksana usaha dengan tujuan mendapatkan keuntungan”Evita Isretno, 2007: 40. Berbeda pendapat dengan Y Sri Susilo 2000: 114 Al-Mudharabah yaitu: “Akad antara pihak pemilik modal Shahibul Maal dengan pengelola Mudharib untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad”. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan Mudharabah didanai sepenuhnya oleh penyandang dana Shahibul maal dan pengelola usaha mudharib tinggal menjalankan usaha tanpa penanaman dana sesuai dengan kesepakatan dan keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad. Keuntungan usaha dari akad mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, dan biasanya dalam bentuk nisbah presentase. Jika usaha yang dijalankan mengalami kerugian, kerugian itu ditanggung oleh shahibul mal sepanjang kerugian itu bukan kelalaian mudharib. Sedangkan mudharib menanggung kerugian atas upaya, jerih payah dan waktu yang telah dilakukan untuk menjalankan usaha. Namun jika kerugian itu diakibatkan karena mudharib, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mudharib. Dalam bahasa hukum, mudharabah berarti suatu kontrak kerjasama dimana salah satu mitra yaitu pemilik berhak mendapatkan bagian keuntungan karena sebagai pemilik barang, ia disebut rabbil mal, pemilik barang ras mal dan mitra lainnya berhak memperoleh bagian keuntungan atas pekerjaannya, dan orang ini disebut dharb pengelola dari kedudukannya itu dia memperoleh keuntungannya dari pekerjaannya sendiri dan usahaanya Muhammad, 2002: 281. Karena itu, pihak perBMTan syari‟ah dapat menyalurkan dananya kepada pihak lain dengan cara hal ini, yaitu akad kerja sama suatu usaha antara dua belah pihak dimana BMT selagi pihak pertama yang menyediakan seluruh modal usaha, sedangkan nasabah selaku pengelola. Usaha dan keuntungan usaha dibagi diantara meraka sesuai yang dituangkan dalam akad Ascarya, 2008: 12. Buku II tentang Akad dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah KHES disebutkan bahwa pengertian Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan bagi hasil. Bab I Ketentuan Umum Pasal 20 angka 4 KHES Edisi Revisi. Yang menjadi wajhud-dilalah atau argumen dari surah al-Muzzammil adalah kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. Mengenai asal mula dan validitas historisnya, kata mudharabah berasal dari dharb fi al- „ard, yang artinya orang-orang yang bepergian di atas bumi yadribuna fi al-ard mencari karunia Allah‟ QS al- Muzzammil : 20. Karena pekerjaan dan perjalanannya, mudharib menjadi berhak atas sebagian keuntungan usaha. Dari segi sunah, para fuqaha bersandar pada preseden dari perjanjian mudharabah yang ditandatangani antara Nabi Saw dengan Khadijah sebelum pernikahannya, yang hasilnya adalah Nabi Saw mengadakan perjalanan ke Syiria. Jadi dalam mudharabah, modal yang diserahkan, disyaratkan harus diketahui. Dan penyerahan jumlah modal kepada mudharib pengelola modal harus berupa alat tukar, seperti emas, perak dan satuan mata uang secara umum. Tidak diperbolehkan berupa barang, kecuali bila nilai tersebut dihitung berdasarkan nilai mata uang ketika terjadi akad transaksi, sehingga nilai barang tersebut menjadi modal.

2.2.2 Mudharabah Dalam Perspektif Fiqih dan Perlindungan