Makna dan Fungsi BMT Sejarah Singkat BMT

13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tentang BMT

A. Makna dan Fungsi BMT

Menurut Andri Soemitra, 2009:56 BMT adalah kependekan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal Wat Tamwil, yaitu lembaga keungan mikro LKM yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan menurut Muhammad 2004:32, Baitul Maal Wat Tamwil BMT merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa yang tidak menggunakan bunga tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang produknya sendiri berlandaskan pada Al- Qura‟an dan Hadits Nabi SAW. Baitul maal wattamwil terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari baitul maal wattamwil sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syari‟ah M. Sholahuddin, 2006: 75. Dari sini, secara operasional, BMT dapat didefinisikan sebagai lembaga keuangan syari‟ah yang memadukan fungsi pengelolaan ZIS dan penyadaran umat akan nilai-nilai Islam dengan fungsi bisnis ekonomi. Dalam perannya sebagai baitul maal, BMT harus menjalankan fungsi optimalisasi pengelolaan ZIS dan upaya-upaya penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai Islam dalam semua aspek kehidupan Ahmad Sumiyanto, 2008: 25. Secara garis besar BMT memiliki 2 fungsi utama Heri Sudarsono, 2006: 96: 1. Baitul Maal: lembaga yang mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti halnya zakat, infaq, dan shadaqah. 2. Baitut Tamwil: lembaga yang mengarah pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

B. Sejarah Singkat BMT

Pengembangan BMT merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan Menengah PINBUK yang merupakan badan pekerja yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan Menengah YINBUK. Menurut A. Djazuli dan Yandi janwari, 2002 yang dikutip oleh Andri Soemitra, 2009 PINBUK didirikan memiliki fungsi sebagai berikut: a. Mensupervisi dan membina teknis, administrasi, pembukuan, dan financial BMT-BMT yang terbentuk. b. Mengembangkan sumber daya manusia dengan melakukan inkubasi bisnis pengusaha baru dan penyuburan pengusaha yang ada. c. Mengembangkan teknologi maju untuk para nasabah BMT sehingga meningkat nilai tambahnya. d. Memberikan penyuluhan dan latihan. e. Melakukan promosi, pemasaran hasil dan mengembangkan jaringan perdagangan usaha kecil. f. Memfasilitasi alat-alat yang tidak mampu dimiliki oleh pengusaha secara perorangan, seperti faks alat-alat promosi dan alat-alat pendukung lainnya. Sebagaimana umumnya lembaga keuangan Islami lainnya, BMT merupakan lembaga mediasi keuangan yang bertujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. BMTdalam upaya merealisasikan konsep tersebut, dikembangkanlah sejumlah usaha bisnis yang dikembangkan secara swadaya dan professional. C. Dasar Hukum BMT Hingga saat ini BMT belum memiliki payung hukum yang jelas dan spesifik. Pengaturan yang digunakanmengacu pada berbagai peraturan yang ada, antara lain, KUH Perdata, KUH Dagang, UUNo. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, UU No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi besertaPeraturan Pelaksananya, SK Menteri Negara Koperasi dan UKM, dan UU No. 40 Tahun2007 tentang Perseroan Terbatas. Digunakan pengaturan yang beragam ini menimbulkan masalah hukum, antara lainadanya ketidakkepastian hukum, berkaitan dengan bentuk hukum, proses pendirian,pengesahan, pembinaan dan pengawasan BMT. Kebanyakan dasar hukum yang dipergunakan sebagi pijakan pendirian BMT adalah Koperasi. Lebih detail tentang ketentuan pengaturan koperasi BMT diatur dengan Keputusan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah No.91 Tahun 2004 Kepmen No. 91 KEP M.KUKM IX 2004. Dengan ketentuan tersebut, maka BMT yang beroperasi secara sah di wilayah Republik Indonesia adalah BMT yang berbadan hukum koperasi yang izin operasionalnya dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Usaha Menengah atau departemen yang sama di masing- masing wilayah kerjanya. Oleh karena itu BMT yang berbadan hukum koperasi harus juga tunduk dengan koperasi yaitu Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Sesuai dengan Perma No 02 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah, dalam pasal 49 Undang-undang No. 3 tahun2006 ini disebutkan bahwa “Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antaraorang-orang beragama Islam di bidang: a. perkawinan; b. waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f. zakat; g. infaq; h. shodaqoh; dan i. ekonomi syariah. Pada bagian terakhir disebutkan ekonomi syariah. Artinya, lebih luas dari hanya sekedar menangani perbankan syariah. Ada pun maksud dengan “antara orang-orang yang beragama Islam” diperluas pengertiannya termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukkan diri dengan sukarela kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama sesuai ke tentuan pasal ini Ramdlon Naning,2008:30. Pengertian “ekonomi syariah” diperluas dan dirinci sebagai perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, meliputi: a. bank syariah; b. asuransi syariah; c. reasuransi syariah; d. reksadana syariah; e. obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah; f. sekuritas syariah; g. pembiayaan syariah; h. pegadaian syariah; i. dana pensiun lembaga keuangan syariah; j. bisnis syariah; k.lembaga keuangan mikro syariah Ramdlon Naning, 2008:30. KHES lahir untuk memenuhi upaya tersebut. Selain itu, KHES dilahirkan dalam upaya menyamakan dasar pijakan para hakim dalam memberikan keputusan hukum dalam ekonomi syariah. Sehingga BMT sebagai salah satu lembaga yang bergerak dibidang pembiayan syariah mengacu pada peraturan ini. Pada dasarnya pemutihan merupakan nama lain dari pembebasan utang, yang telah diatur dalam pasal Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tepatnya pada pasal 1438 yaitu pembebasan utang adalah perbuatan hukum dimana dengan itu kreditur melepaskan haknya untuk menagih piutangnya dari debitur. Pembebasan utang tidak mempunyai bentuk tertentu. Dapat saja diadakan secara lisan. Untuk terjadinya pembebasan utang adalah mutlak, bahwa pernyataan kreditur tentang pembebasan tersebut ditujukan kepada debitur. Pembebasan utang dapat terjadi dengan persetujuan atau Cuma- Cuma. Maka dari itu pasal 1438 KUHPerdata menekankan bahwa pembebasan Utang haruslah dibuktikan. Mengenai pembebasan utang haruslah dilakukan semacam deklarasi dari kreditur kepada debitur yang prinsipnya membebaskan debitur dari kewajiban-kewajiban membayar utangnya. Sementara untuk sistem deklarasi yang dimaksud diatur dalam pasal 1439-1441 KUHPerdata. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pernyataan kreditur itu dilakukan diluar ketentuan pasal-pasal tersebut, dengan cara lisan misalnya bisa saja dilakukan. Untuk itulah beban pembuktian pembebasan utang tersebut menjadi tanggungjawab pihak yang memprasangkakan kebebasan utang itu.Pernyataan kebebasan yang dimaksud adalah dengan cara, pengembalian sepucuk tanda piutang, pembebasan hutang pada salah seorang kawan berhutang, pengambalian gadai, pembebasan yang berhutang utama, serta pembayaran dari penanggung. Atau dengan cara lain sesuai dengan Hukum Acara Perdata dan Undang-undang yang berlaku.

D. Ciri-ciri BMT