5. BMT
Bagi BMT yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan BMT dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya
agar tetap bertahan dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.
Menurut Muhammad 2005 mengatakan bahwa analisis
pembiayaan yang diterapkanoleh para pengelola BMT yaitu: 1.
Pendekatan jaminan, artinya BMT dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh
peminjam. 2.
Pendekatan karakter, artinya BMT mencermati secara sungguh- sungguhterkait dengan karakter anggota.
3. Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya BMT menganalisis
kemampuan anggota untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil.
4. Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya BMT memperhatikan
kelayakan usaha yang dijalankan oleh anggota peminjam. 5.
Pendekatan fungsi-fungsi BMT, artinya BMT memperhatikan fungsinyasebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur
mekanisme danayang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan.
F. Prinsip BMT
Menurut Ridwan 2004 dalam melaksanakan usahanya BMT, berpegang teguh pada prinsip utama sebagai berikut:
1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan
mengimplementasikannya kepada
prinsip- prinsip Syari‟ah dan
mu‟amalah Islam kedalam kehidupan nyata. 2.
Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan
berakhlaq mulia. 3.
Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
4. Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua
elemen BMT. 5.
Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik, tidak tergantung pada dana-dana pinjaman tetapi senantiasa proaktif untuk
menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya. 6.
Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi, dengan bekal pengetahuan, dan keterampilan yang senantiasa ditingkatkan yang
dilandasi keimanan. Kerja yang tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia saja, tetapi juga kenikmatan dan kepuasan rohani dan
akherat. 7.
Istiqomah, yakni konsisten, konsekuen, kontinuitasberkelanjutan tanpa henti dan tanpa pernah putus asa.
Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Arianti 2009 prinsip analisis pembiayaan BMT didasarkan pada rumus 5C, yaitu :
1. Character artinya sifat atau karakter anggota pengambil pinjaman.
2. Capacity artinya kemampuan anggota untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pinjaman yang diambil. 3.
Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam. 4.
Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam kepada BMT.
5. Condition artinya keadaan usaha atau anggota prospek atau tidak.
G. Sistem Pembiayaan BMT
Menurut Antonio 2001: 53 pembiayaan merupakan salah satu tugas BMT, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal yaitu :
a. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukkan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk pemenuhan kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan.
b. Pembiaayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal capital goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
H.
Produk Pembiayaan BMT
Produk penghimpunan funding dan penyaluran dana financing yang secara teknis-finansial dapat dikembangkan sebuah lembaga keuangan
Islam termasuk BMT. Hal ini dimungkinkan karena sistem syari‟ah memberi ruang yang cukup untuk itu Muhammad Ridwan, 2007: 154.
Pemberian pembiayaan produktif, baik yang diperuntukkan sebagai modal kerja maupun investasi, masyarakat dapat memilih empat model
pembiayaan BMT. Pola pembiayaan ini merupakan kontrak yang mendasari berbagai produk layananmasyarakat BMT dalam usahanya.
Secara umum pembiayaan BMT tersebut dapat diklasifikasikan dalam
berbagai kategori umum diantaranya ialah:
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Modal
b. Simpanan Pokok
Simpanan pokok simpanan yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT.
c. Simpanan Wajib
Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus setiap waktu.
d. Wadliah
Wadiah merupakan akad penitipan barang atau uang pada BMT. e.
Tabungan
Tabungan Mudharabah tabungan biasa, Tabungan Pendidikan, Tabungan Idul Fitri, Tabungan Qurban, Tabungan Walimah
f. Dan lain-lain, produk yang di kembangkan sesuai dengan
lingkungannya. 2.
Produk Penyalur Dana Aktivitas yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen
dana atau pembiayaan yang sering juga disebut dengan lending –
financing. Istilah ini dalam keuangan konvensional dikenal dengan sebutan kredit. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan
aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Berdasarkan Undang-Undang Koperasi No.
17 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 14 : “Pinjaman adalah penyediaan
uang oleh Koperasi Simpan Pinjam kepada Anggota sebagi peminjaman berdasarkan perjanjian, yang mewajibkan untuk
melunasi dalam jangka waktu tertentu dan membayar jasa ”.
Sebagai upaya memperoleh pandapatan yang semaksimal mungkin, aktivitas pembiayaan BMT menganut asas syari‟ah yakni
dapat berupa bagi hasil, keuntungan maupun jasa manajemen. Upaya ini harus dikendalikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan
likuiditas dapat terjamin dan tidak banyak dana yang menganggur.
Adapun jenis produk penyaluran dana BMT yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Prinsip bagi hasil syirkah
Syirkah dalam bahasa Arab berarti pencampuran atau interaksi atau membagi sesuatu antara dua orang atau lebih menurut hukum kebiasaan
yang ada. Prinsip syirkah untuk produk pembiayaan BMT dapat dioperasikan dengan pola-pola sebagai berikut :
a. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharaba yang berarti memukul atau berjalan. Sedang yang dimaksud dengan memukul atau berjalan, yaitu
seseorang yang memukulkan tangannya untuk berjalan dimuka bumi dalam mencari karunia Allah SWT Muhammad Ridwan, 2007: 96
Menurut Ahmad Sumiyanto, 2008: 34 memberikan definisi mudharabah
bahwa “Mudharabah yaitu kerjasama di mana shahibul maalmemberikan dana 100 kepada mudharib yang adalah:
- Jumlah modal yang diserahkan kepada anggota selaku pengelola
modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
- Apabila uang diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya
dan disepakati bersama. -
Hasil dari pengelolaan pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu : pertama; hasil usaha dibagi sesuai
dengan persetujuan dalam akad, pada bulan atau waktu yang ditentukan.
BMT selaku pemilik modal menanggung seluruh kegiatan kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak pengusaha. Kedua; BMT berhak
melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan anggota. Jika anggota cidera janji dengan
sengaja misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda kewajiban, maka dapat dikenakan sanksi administrasi. Akad mudharabah dapat dilihat
pada gambar berikut. Keterangan Skema 1 :
Akad Mudharabah
Sumber : ekahidayatullah77.blogspot.com yang telah di olah penulis pada tanggal 3 Desember 2014
Secara umum landasan dasar Syariah al-mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat
berikut ini :
….
Anggota Akad
Mudharabah BMT
Keuntungan X Nisbah
Tenaga Kerja Modal
Y Nisbah Proyek
Usaha
….
Artinya: Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang- orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan
Allah Al- Muzzammil: 20
Ayat tersebut terdapat kata yadribun yang asal katanya sama dengan mudharabah, yakni dharaba yang berarti mencari pekerjaan atau
menjalankan usaha. Mudharobah yakni hubungan kemitraan antara BMT dengan anggota atau nasabah yang modalnya 100 dari BMT. Atas dasar
proposal yang diajukan nasabah, BMT akan mengevaluasi kelayakan usaha dan dapat menghitung tingkat nisbah yang dikehendaki. Jika terjadi risiko
usaha, maka BMT akan menanggung seluruh kerugian modal selama kerugian tersebut disebabkan oleh faktor alam atau musibah di luar
kemampuan manusia untuk menanggulanginya. Namun jika kerugian terjadi karena kelalaian manajemen atau kecerobohan anggota atau
nasabah, maka mudharib yang akan menanggung pengembalian modalnya Muhammad Ridwan, 2007: 170
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib al maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus
bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul al maal dia
diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal Adiwarman Karim, 2006
b. Pembiayaan Musyarakah
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara
bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik Adiwarman Karim, 2006: 106. Komposisi modalnya tidak harus sama. Namun
biasanya porsi modal dapat menjadi acuan dalam menentukan porsi nisbah bagi hasilnya.
Keuntungan yang terjadi dari transaksi usaha ini dibagi antara para pihak dengan nisbah yang telah disepakati di awal. Sedangkan, munculnya
kerugian akibat transaksi usaha ini ditanggung sesuai dengan porsi saham masing-masing pihak dalam komposisi modal yang di tanamkan dalam
usaha tersebut. Perlu diperhatikan dalam transaksi ini adalah adanya objek akad di mana di situ harus jelas adanya usaha yang di jalankan, komposisi
modal dan keahlian serta kesepakatan menaggung akan munculnya keuntungan dan kerugiannya Sumber: Majalah ekonomi bisnis syariah,
2006: 38-39. Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama
dapat berupa dana, barang perdagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan, kepercayaanreputasi, atau barang-barang yang
dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum kombinasi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat
fleksibel Adiwarman Karim, 2006: 102.
Ketentuan umum dalam akad musyarakah adalah sebagai berikut : -
Semua modal disatukan untuk menjadi modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama.
- Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana usaha.
- Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek
musyarakah dengan tidak boleh melakukan tindakan seperti; menggabungkan dana proyek dengan dana
pribadi, menjalankan proyek dengan pihak lain tanpa seizin pemilik modal lainnya, memberi pinjaman
kepada pihak lain. -
Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain.
- Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama
bila; menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, menjadi tidak cakap hukum.
Biaya yang timbul dari pelaksanaan proyek jangka waktu proyek harus diketahui bersama dan proyek yang dijalankan harus disebutkan
dalam akad. Akad musyarakah dapat dilihat pada Gambar berikut: Keterangan Skema 2 :
Akad Musyarakah
sumber : Adiwarman Karim, 2006: 102 diolah penulis pada tanggal 5 Desember 2014
b.1 Jenis-jenis Pembiayaan Musyarakah Terdapat dua jenis Al Musyarakah yaitu musyarakah kepemilikan
dan musyarakah akad. Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio,2001: 91
jenis-jenis Al Musyarakah ialah: 1
Musyarakah Pemilikan Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan kepemilikan suatu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, pemilikan dua orang atau
Anggota Akad
Musyarakah BMT
Pembagian Keuntungan Y Nisbah
Proyek Usaha
Pembagian Kerugian X Nisbah
lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.
2 Musyarakah akad
Tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberi modal musyarakah.
Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi menjadi: al- inan, al-mufadhah, al-
a‟maal, al-wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda pendapat tentang al-mudharabah termasuk kategori al-musyarakah karena
memenuhi rukun dan syarat sebuah akad kontrak musyarakah. Pembagian tersebut ialah:
a. Syirkah al-inan
Syirkah al-inan adalah kontrak dua orang atau lebih. Setiap orang memberi porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalam kerja. Kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati di antara mereka. Akan tetapi, porsi
masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan
bersama. b.
Syirkah Mufawadhah Syirkah Mufawadhahadalah kontrak kerja sama antara dua
orang atau lebih. Setiap pihak memberi suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak
membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian, syarat utama dari jenis musyarakah ini adalah kesamaan dana yang
diberikan, kerja, tanggungjawab, dan beban hutang dibagi oleh masing-masing pihak.
c. Syirkah A‟maal
Syirkah A‟maal adalah kontrak kerja sama antara dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berabagi
keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya, kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang
penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Al-Musyarakah abdan atau
sanaa‟i. d.
Syirkah Wujuh Syirkah Wujuhadalah kontrak antara dua orang atau lebih
yang memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan
menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada pensuplai
yang disediakan oleh pihak mitra. Jenia Al- musyarakah ini tidak memerlukan modal karena pembelian secara kredit berdasar pada
jaminan tersebut. Karenanya, kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarakah piutang.
b.2 Manfaat Pembiayaan Musyarakah Al-Musyarakah dapat memberikan manfaat yang sangat berguna
bagi pihak BMT maupun nasabah. Muhammad Syafi‟i Antonia, 2001: 93 mengemukakan bahwa terdapat banyak manfaat dari pembiayaan secara
musyarakah ini, diantaranya sebagai berikut: 1
BMT akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan nasabah meningkat.
2 BMT tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu pada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapathasil usaha BMT, sehingga BMT tidak akan pernah
mengalami negatif spread. 3
Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flowlarus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan
nasabah. 4
BMT akan lebih selektif dan berhati-hati prudent mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan. Hal ini karena
keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5 Prinsip bagi hasil ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana
BMT akan menagih penerima pembiayaan nisbah atau jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah,
bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
2. Prinsip Jual Beli
Jual beli secara entimologi berarti menukar harta dengan harta, sedangkan secara terminologis artinya adalah transaksi penukaran selain
fasilitas dan kenikmatan. Sedangkan prinsip jual beli dapat dikembangkan menjadi bentuk -bentuk pembiayaan sebagai berikut :
a. Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah salah satu produk penyaluran dana yang cukup digemari BMT karena karakternya yang profitable, mudah dalam
penerapan, serta dengan risk-factor yang ringan untuk diperhitungkan. Dalam penerapan, BMT bertindak sebagai pembeli sekaligus penjual
barang halal tertentu yang dibutuhkan nasabah. Besarnya keuntungan yang diambil oleh BMT atas transaksi murabahah bersifat konstan.
Keadaan ini berlangsung sampai akhir pelunasan utang oleh anggota kepada BMT.
Biasanya BMT langsung menunjuk nasabah sebagai wakilnya untuk membeli barang sebagaimana dimaksud kepada pihak ketiga
dengan memanfaatkan fasilitas al-wakalah, yakni akad pemberian kewenangankuasa seseorang kepada pihak lain mengenai apa yang
harus dilakukannya, dan penerima kuasa secara hukum menjadi pengganti pemberi kuasa selama batas waktu yang ditentukan
Adiwarman Karim, 2006: 45 .
Akad pembiayaan Murabahahdapat dilihat pada gambar berikut. Keterangan Skema 3 :
Akad Murabahah
sumber : Adiwarman Karim, 2006: 45 yang diolah pada tanggal 4 Desember 2014
Secara umum murabahah memiliki syarat-syarat : -
BMT memberitahu biaya modal harga pokok kepada anggota. -
Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. -
Kontrak harus bebas dari riba. -
Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.
- Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang. b.
Bai‟ as-salam Definisi Bai‟ as-Salam ialah akad pembelian barang yang mana
barang yang dibeli diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai dimuka. Dalam transaksi ini
ada kepastian tentang kualitas, harga dan waktu penyerahan Ahmad NASABAH
BMT AKAD
NASABAH BMT
Pembayaran Supplier
Produsen
Sumiyanto, 2008: 156. Selain itu, transaksi juga harus memenuhi syarat dan rukun jual beli Muhammad Ridwan, 2007: 180.
Ketentuan umum dalam bai‟ as salam adalah :
- Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas
seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. -
Apabila hasil produksi diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, anggota harus bertanggung jawab.
- Mengingat BMT tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya
sebagai persediaan, maka BMT dimungkinkan melakukan akad salam dengan pihak ketiga.
Keterangan Skema :
Akad Istishna’
Sumber: Ahmad Sumiyanto, 2008 diolah oleh penulis pada tanggal 5 Desember c.
Bai bitsaman ajil Jual beli cicilan Yakni penyediaan barang BMT pihak pembeli AnggotaNasabah
harus membayar dengan cara mengangsur dalam jangka waktu tertentu sebesar pokok ditambah dengan keuntungan Profit yang disepakati.
Dalam menentukan jumlah keuntungananya, BMT dapat berbeda-beda tergantung pada jangka waktu dan tingkat resiko. Karena bersifat jual
Rekanan BMT
Beli Barang
Antar Barang
Jual Barang
Bayar Cicilan
Bayar Cicilan
BMT
beli, maka transaksi ini harus memenuhi persyaratan dan rukun jual beli Muhammad Ridwan, 2007: 179.
d. Prinsip sewa
Traksaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Objek transaksi dalam ijarah adalah jasa. Pada akhir masa sewa, BMT dapat
saja menjual barang yang disewakan kepada anggota. Karena dalam kaidah Syari‟ah dikenal dengan nama ijarah mutahiyah bit tamlik
sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
e. Prinsip Jasa
Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar akadnya adalah
ta‟awuni atau tolong-menolong. Berbagai pengembangan dalam akad ini meliputi:
a. Al Wakalah
Wakalah berarti BMT menerima amanah dari investor yang akanmenanam modalnya kepada anggota, investor menjadi percaya
kepada anggota karena adanya BMT yang akan mewakilinya dalam penanaman investasi. Atas jasa ini, BMT dapat menerapkan
management fee yang besarnya tergantung kesepakatan para pihak. b.
Kafalah Kafalah berarti pengalihan tanggung jawab seseorang yang
dijamin kepada orang lain yang menjamin. BMT dapat berperan sebagai penjamin atas transaksi bisnis yang dijalankan oleh
anggotanya. Rekan bisnis anggota dapat semakin yakin atas kemampuan anggota BMT dalam memenuhi atau membayar
sejumlah dana yang terhutang. Atas jasa ini, BMT dapat menerapkan management fee sesuai kesepakatan.
c. Hawalah
Hawalah atau hiwalah berarti pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada si penanggung. Hawalah dapat terjadi
kepada : -
Factoring atau anjak piutang, yaitu anggota yang mempunyai piutang mengalihkan piutang tersebut kepada BMT
dan BMT membayarnya kepada nasabah, lalu BMT akan menagih kepada orang yang berhutang.
- Post date check, yaitu BMT bertindak sebagai juru tagih
atas piutang nasabah tanpa harus mengganti terlebih dahulu. -
Bill discounting, secara prinsip transaksi ini sama dengan hawalah pada umumnya.
d. Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya. Barang yang ditahan
adalah barang-barang yang memiliki nilai ekonomis sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam sistem ini orang yang
menggadaikan barangnya tidak akan dikenai bunga tetapi BMT dapat menetapkan sejumlah fee atau biaya atas pemeliharaan,
penyimpanan dan administrasi. Besarnya fee sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya masa gadai dan jenis barangnya.
C. Pembiayaan Non Profit
Pembiayaan non profit di BMT biasanya berupa pembiayaan Qardul hasan, yakni pembiayaan yang diberikan kepada nasabah tanpa
pungutan bagi hasil atau keuntungan dalam bentuk apapun. Nasabah hanya dibebani membayar biaya administrasi dalam jumlah yang wajar sebagai
konsekuensi logis atas biaya-biaya yang otomatis dikeluarkan BMT untuk administrasi dan dalam rangka penyaluran pembiayaan tersebut.
Baitul Maal merupakan bidang sosial dari kegiatan operasional BMT. Baitul Maal adalah lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan
yang kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infak dan shadaqah ZIS berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan Al qur‟an dan sunah Rasul-Nya. I.
Kendala dan Hambatan yang dihadapi oleh BMT
Menurut Izza 2002 sebagai lembaga keuangan mikro yang mempunyai keperpihakan pada masyarakat golongan ekonomi lemah,
banyak tantangan dan permasalahan yang timbul dan dihadapi dalam perkembangan BMT baik yang bersifat intern maupun ekstern BMT.
Kendala yang bersifat intern antara lain : 1.
Misi Misi sebagai lembaga sosial dan ekonomi menuntut pengelola
BMT untuk teguh dalam membawa prinsip keadilan sesuai Syariat
Islam. Pembiayaan dan simpanan yang dilakukan harus dijaga secara ketat agar halal, sementara di sisi lain BMT juga harus profitable
sehingga bisa mengambangkan ekonomi masyarakat. Sehingga selain kejujuran dan tekad yang kuat maka profesionalisme pengelola harus
mendapat penekanan. 2.
Istiqomah Istiqomah sebagai lembaga yang baru maka masyarakat belum
begitu mengetahui prinsip bagi hasil yang diterapkan, masyarakat terutama nasabah penyimpan masih lebih percaya pada BMT
konvensional yang memberikan bunga atau pendapatan atas modal mereka secara lebih pasti.
3. Likuiditas
Likuiditas dengan modal yang terbatas dan sebagian besar ditanamkan pada pembiayaan maka likuiditas BMT menjadi sangat
rentan. Sementara kendala dan hambatan yang berasal dari faktor ekstern
BMT yang muncul antara lain : 1.
Masih adanya anggapan dari sebagian masyarakat bahwa sebenarnya sistem bagi hasil tidak ada bedanya dengan sistem BMT bunga
konvensional. Kedua hal ini mengakibatkan BMT dengan prinsip- prinsip Syariah termasuk BMT masih belum bisa diterima secara luas
oleh masyarakat di Indonesia.
2. Ketidakmampuan nasabah untuk menjalankan kewajiban-kewajiban
kaitannya dengan pembiayaan. 3.
Adanya pembiayaan yang bermasalah. Sebab utama pembiayaan yang bermasalah yaitu :
- Faktor internal yang adalah dalam usaha tersebut, penanganan awal
yang dilakukan oleh BMT adalah ikut membantu dalam manajemen, karena usah kecil biasanya sangat lemah dalam
manajerial. Kemudian melakukan pengawasan secara rutin sehingga benar-benar mengetahui akar permasalahan yang ada.
- Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar usaha misalnya
bencana alam, krisis ekonomi secara nasional maupun perubahan kebijakan pemerintah yang merugikan usaha dan lain-lain.
2.2 Pembiayaan Mudharabah