30 didik dalam belajar. Maka dapat diartikan bahwa pembelajaran adalah suatu
peristiwa atau kejadian di mana ada guru yang sedemikian rupa mengkondisikan kelas agar ia dapat mengajar dengan baik dengan tujuan peserta didik yang
diajarnya sedang belajar dapat menangkap segala hal yang ia terima dan mengembangkannya dalam peristiwa tersebut sehingga nantinya ia memiliki
perubahan dalam tingkah laku baik itu pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Guru juga harus dapat memacu minat dan motivasi peserta didik agar ia terpacu
untuk mau belajar atas keinginan dia sendiri tanpa paksaan dari orang lain. Dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan pembelajaran menentukan apakah
siswa dapat berhasil dalam proses belajarnya. Pembelajaran bergantung pada usaha guru dalam proses pembelajaran tersebut. Guru harus mampu menciptakan
pembelajaran yang efektif namun tetap menyenangkan dan sesuai dengan siswanya. Semua itu harus dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran apapun, tak
terkecuali pada pembelajaran PKn, lebih khusus lagi pada materi Misi Kebudayaan Internasional agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan
maksimal.
2.2.7 Minat Belajar
Sudaryono, Margono dan Rahayu 2013: 90 menjelaskan bahwa “minat adalah kesadaran yang timbul bahwa objek tertentu sangat disenangi dan
melahirkan perhatian yang tinggi bagi individu terhadap obyek tersebut”. Sedangkan menurut Slameto 2010: 180 “minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. Dari pengertian minat tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa minat belajar
31 adalah dorongan dari dalam diri individu untuk lebih perhatian terhadap apa yang
ia sukai dalam proses belajarnya. Minat belajar memiliki arti yang besar bagi seseorang yang sedang belajar. Seseorang akan menjadi senang belajar apabila ia
berminat pada apa yang ia pelajari. Minat belajar menjadi penting untuk ada dalam diri peserta didik terhadap suatu mata pelajaran, karena ia akan memberi
perhatian lebih pada pelajaran tersebut dan mendorong dia untuk bisa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Sudaryono, Margono dan Rahayu 2013: 90 minat belajar dapat diketahui melalui kesukacitaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan. Ini
berarti bahwa anak yang senang mengikuti suatu pembelajaran dan tertarik serta memberikan perhatian yang mendalam terhadap pelajaran ditambah lagi dengan
partisipasi aktif mereka dalam pembelajaran dapat dikatakan bahwa ia memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran tersebut.
Guru sebagai pendidik dapat berperan untuk membangkitkan minat peserta didiknya dalam pembelajaran, agar nantinya ia dapat mengikuti pelajaran dengan
baik, tidak malas, dan tertarik pada proses pembelajaran. Djamarah 2008: 167 menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan
minat, antara lain yaitu dengan cara membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik sehingga dia rela belajar tanpa paksaan. Yang kedua dengan
cara menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik sehingga anak didik mudah menerima bahan
pelajaran. Yang ketiga dengan cara memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan
32 belajar yang kreatif dan kondusif, dan yang terakhir menggunakan berbagai
macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik.
Dari uraian tersebut jelas diketahui bahwa minat belajar menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru memerlukan usaha yang
sungguh-sungguh agar minat belajar yang rendah dapat ditingkatkan. Dari beberapa cara untuk meningkatkan minat belajar, peneliti ingin menguji apakah
minat belajar siswa dapat meningkat dengan cara ketiga yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif yaitu yang memungkinkan siswa dapat memunculkan ide - ide dan gagasan baru serta dapat
menjawab atau mengutarakan sebuah pertanyaan tentang materi yang sedang dipelajari. Lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif itu dapat diwujudkan
dengan cara guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
. 2.2.8
Hasil Belajar
Sudjana 2009: 3 menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah suatu perubahan tingkah laku. Sedangkan Wragg dalam Aunurrahman
2011: 37 menyatakan bahwa hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut diperoleh oleh siswa
setelah mereka mengalami proses belajar. Tanpa belajar maka tidak mungkin siswa akan mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada diri
siswa tersebut tergantung pada materi yang ia peroleh selama siswa belajar.
33 Rifa’i dan Anni 2009: 85 menyatakan bahwa perubahan perilaku yang
harus dicapai siswa dalam proses belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut hendaknya disesuaikan dengan keadaan siswa,
lingkungannya dan mengacu pada kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku. Guru sebagai orang yang memberikan
materi pelajaran harus memperhatikan tujuan pembelajaran. Ia harus dapat merumuskan dengan baik apa yang hendak dicapai siswa dalam pembelajaran.
Mager dalam Chamisijatin dkk 2008: 7-21 menyatakan bahwa tujuan pembelajaran seharusnya mengandung tiga komponen utama yaitu perilaku
behavior, standar atau patokan dampak belajar, dan kondisi dalam kegiatan belajar. Maka, tujuan pembelajaran hendaknya memuat aspek ABCD, yaitu
A = Audience, yaitu orang atau siswa yang menjadi sasaran pembelajaran B = Behavior, yaitu perubahan tingkah laku yang diharapkan
C = Condition, yaitu kondisi yang bagaimana sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang akan dicapai tersebut.
D = Degree, yaitu ukuran, seberapa siswa dapat meraih hasil belajar yang diharapkan
Poin-poin tersebut yang harus diperhatikan oleh guru karena semuanya merupakan hal yang penting, tidak terkecuali poin C condition. Selama ini hasil
belajar yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal karena pembelajaran yang dilakukan guru monoton, hanya berceramah
yang membuat siswa hanya mendengar dan membaca sehingga kondisi pembelajaran tidak menyenangkan dan membosankan. Maka, perlu suatu kondisi
34 baru yang merangsang siswa agar ia tidak hanya duduk mendengarkan namun
juga dapat berpartisipasi aktif dan antusias pada pembelajaran. Peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran baru dengan harapan dapat menciptakan kondisi
pembelajaran yang lebih baik sehingga hasil pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Tujuan pembelajaran memiliki taksonomi. Biasanya tujuan pembelajaran diarahkan pada salah satu taksonomi yang ada. Bloom dalam Ikmal 2011
menjelaskan bahwa ada 3 ranah dalam taksonomi tujuan pembelajaran, yaitu 1 ranah kognitif, 2 ranah afektif, dan 3 ranah psikomotor. Ranah kognitif adalah
ranah dalam tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Dalam ranah ini terdapat enam tingkatan mulai dari tingkat
pengetahuan C1 sampai evaluasi C6. Pada anak sekolah dasar, mereka baru bisa mencapai tingkat yang ketiga yaitu tingkat penerapan. Ranah afektif adalah
ranah yang berkaitan dengan sikap, nilai, apresiasi dan penyesuaian sosial siswa. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran dalam
hal keterampilan skill yang bersifat motorik. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti hasil belajar siswa pada ranah
kognitif. Hal tersebut karena peneliti ingin meneliti seberapa jauh pemahaman dan pengetahuan siswa kelas IV di SD Negeri 1 Wangon Banyumas tentang tentang
misi kebudayaaan internasional yang telah diajarkan.
2.2.9 Karakteristik Siswa SD