Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi (Studi Pada Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan)

(1)

PENGARUH PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA ORGANISASI

(Studi Pada Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Oleh:

BAMBANG HERMANTO 080903042

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim ... Assallamualaikum Wr.Wb

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmad dan anugerah-Nya penulis mendapat kesempatan untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU dan atas pertolongan-Nya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai jadwal. Serta salawat dan salam kepangkuan Nabi Besar Muhammdad SAW yang telah membawa umat manusia ke jalan kebenaran.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mendapatkan gambaran langsung tentang ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan menambah bekal pengalaman yang berhubungan dengan ilmu sosial dan ilmu politik secara khusus.

Dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi yang membahas mengenai

“Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi (Studi Pada Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan)”, penulis dibantu oleh banyak pihak. Bantuan tersebut berupa materi, moril, maupun spiritual sehingga penulis dapat termotivasi untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, diantaranya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku Ketua Depatemen Ilmu Administrasi Negara.


(3)

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M. Sp, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara.

4. Bapak M. Arifin Nasution, S.Sos, M. Sp, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi petunjuk serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Drs. Burhanuddin Harahap,M. Si, selaku dosen wali yang membantu penulis selama masa perkuliahan.

6. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

7. Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu penulis dalam urusan

administrasi.

8. Kepala UPT SAMSAT Medan Selatan beserta seluruh staf dan pegawainya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di kantor tersebut.

9. Teristimewa dan terkasih buat kedua orang tua saya, Sutarno (Bapak) dan N.Mini (Mamak) yang telah memberikan banyak kasih sayang,doa dan dorongan moril yang tak pernah henti kepada penulis, Insya Allah Penulis akan sekuat tenaga untuk selalu membuat mamak sama bapak bangga.

10.Buat kakak maaf kalo aku sering marah – marah samamu dan buat adek kembarku yang jogalnya minta ampun baguslah kelen kerja biar cerah masa depan itu.

11.Buat lek sum besar sama lek sum kecil, maaf kalo aku udah sering ngelawan sama buat lek sum berdua marah dan makasih buat doa, support sama nasehatnya sampai penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.


(4)

12.Buat teman – temanku di Administrasi Negara 2008, Jhon Ricky Manurung (jangan kebanyakan gomak aja kau ahahahahahaa), Alex Chandra Sirait (mmm... udah bisalah ko kurangi paokmu sama bauk mouse of deathmu itu lex), Zikri Akbar (kurangilah buka livescore itu awas kenak serangan jantung liatnya wkwkwkwkk), Surya Darma (jangan kebanyakan cerita sedih genk ahahhahaa), Ivri Golden (udah bisalah fri dikurangi les di kos fri ahahahaha), Dermawan Ginting (ahahahaa salam ama ponimu bro.... piissss), Munawir Sajali (kapan kita kemping lagi wir), Rahmat Novian (booooo... kangen wkwkwkwkwkk), Deny Permana (akhh yg jelas kakak itu ga pernah ngerti perasaan ahahaha), Eko Parayudha (kurangilah sport ko biar ga tinggal tulang ahahaha), Leo Saragih (ahaha kapan kita kemana le), Elisabeth Ginting (makasih buat solusinya beth hehehehe) dan Jhon Henry (bagus” jaga neraka itu ya ahahahaha). Senang bisa kenal orang kayak kelen mmm makasih buat

empat tahun yang menarik ini yaaa kawan”.

13.Buat teman” kelompok magang Sei Silau Timur, Rosmeri, Nia, Cindy, Marintan, Agustina, Qomariah, Marino dan Juliana.... kapan kita ke sana lagi woiiii. Rindu juga aku nengok terong goreng ala marintan ahahahahaa. Makasih buat kebersamaan yang selama ini ada diantara kita.

14.Buat kawan Administrasi Negara 2008 yang lain, Diba, Inuy, Sisca Kecik, Icha panjang, Darwin, Sangap, Dicky Fachrozi yang macem kemben ahahaaa dan yang lain yang ga bisa disebutin satu per satu pokoknya senanglah bisa kenal sama kalian semua. AN SATU AN JAYA !!!!!

15.Buat Nur Ainun, makasih banyak yaa hehehehe.

16.Buat senior”ku di AN, Tika (booo makan bakso bakar yokkk), kak Via, Titin, bang Lintang Simorangkir (makasih banyak buat ilmunya bang sampe saat ini


(5)

masih abanglah panutan itu hehehe), bang Bobby Saragih, Lek Ojek (jangan kebanyakan nyekil aja lek rindu aku sama ringtone disco lazy time hehehehe), buat lek Dody (jangan kebanyakan berJARO ria lekk). Makasih buat ilmu,

kebersamaan dan kenangan yang ada ya abang dan kakak” hehehehe.

17.Buat AN 04 dan AN 06, makasih ya bang buat Inisiasi nya ahahahaa biarpun seram tapi kenanganya masih teringat sampe sekarang bang.

18.Buat junior AN 2009, Nico, Revelino, Icha, Erni, Yunita, Tika, Uul, Waldy, Dicky, Ana. Semoga cepat nyusul ya aminnnn.

19.Buat junior AN 2010, Aditya Hariadi, Aggri Dwi Purnama, Riski Alvin, Ramadhan, Muda kemben (makasih buat bantuannya mud ahahahhaa), Fahmi, Nuhra, Yudo, Oki, Martin Sitompul (titip KAM NEGARA ya waaa), Nurul dkk, Deasy dkk, Yuyun, Khafifah, Chandra CR7setengah ahahahaha dan yang lain yang ga bisa disebutin namanya satu per satu. Makasih banyak buat bantuannya yaaa maaf kalo ada salah abang sama kalian.

20.Buat junior AN 2011, Thesca Sabrina (jangan bising kali ya ahahhaa), Audy Rezky (jangan kebanyakan wifian genk ahahaha), Rippy Hamdani, Felix, Josua, Gideon, Andrey Carver (bisalah kita tes PES itu sekali lagi ahahahahaa) dan buat yang lain yang ga bisa disebutin namanya satu per satu. Makasih banyak buat semuanya yaaa hehehee.

21.Buat junior AN 2012, Risky Fadli, Novi, Anwar, Agung, Widya, Sonya, Nesya, Si Gab dan buat kalian secara keseluruhan hemm sampai jumpa di Inisiasi selanjutnya. Tetap AN SATU AN JAYA !!!!!.

22.Buat bang Ananta Gober, bang Arjun, kak Kokom dll makasih buat ilmu ya bang kak hehehehe. Buat adek – adek di AB, Topan, Abdol, Fahru, Yudha plenger, Begok, Yudhi, Wisnu, Rangga dll. Semoga sukses selalu aminnnnn.


(6)

23.Buat KAM NEGARA, tempat berkarya, belajar dan menyatukan cita dalam wadah NEGARA. KAM NEGARA... Bersatu Untuk Jaya !!!!.

24.Dan banyak lagi pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini tapi tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis ucapkan terima kasih banyak.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna untuk menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2012 Penulis

Bambang Hermanto NIM 080903042


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

I.1Latar Belakang ...1

I.2. Rumusan Masalah ...6

I.3..Tujuan Penelitian ...6

I.4..Manfaat Penelitian ...6

I.5.Kerangka Teori ...7

I.5.1. Good Governance….………..7

I.5.1.1. Pengertian Governance ...7

I.5.1.2. Pengertian Good Governance. ...8

I.5.1.3 Prinsip-prinsip Good Governance ...10

1.5.2. Kinerja Organisasi ...14

1.5.2.1. Pengertian Organisasi...14

1.5.2.2. Pengertian Kinerja Organisasi ...20

I.5.3. Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi ...25

I.6.Hipotesis ...26


(8)

I.8.Defenisi Operasional ...27

I.9.Sistematika Penulisan ...28

BAB II METODE PENELITIAN ...29

II.1 Bentuk Penelitian ...29

II.2 Lokasi Penelitian ...29

II.3 Populasi dan Sampel ...29

II.3.1 Populasi ...29

II.3.2.Sampel ...29

II.4. Teknik Pengumpulan Data ...30

II.5. Teknik Penentuan Skor………31

II.6. Teknik Analisis Data………32

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ...34

A. Sejarah Singkat...34

B. Visi ,Misi dan Tujuan Pembentukan...34

C. Jenis – Jenis Pelayanan dan Program Kerja ...35

D. Mekanisme Pelayanan ...39

E. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ...43

BAB IV PENYAJIAN DATA ...53

A. Kriteria Responden ...53

B. Uraian Kuesioner ...55

C. Pengukuran Skor ...71

BAB V ANALISA DATA ...76

i.Koefisien Korelasi Product Moment ...76

ii.Koefisien Determinan...78


(9)

BAB VI PENUTUP ...81

A. Kesimpulan ...81

B. Saran ...82


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 53

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 54

Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Golongan ... 55

Tabel 5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Media Informasi Internal di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 55

Tabel 6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyampaian Informasi Tentang Tugas dan Informasi Internal di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 56

Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Koordinasi dan Komunikasi atasan ke bawahan di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 56

Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Koordinasi dan Komunikasi bawahan ke atasan di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 57

Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Teknis Penyampaian Informasi Internal di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 58

Tabel 10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Keputusan Pimpinan Mempengaruhi Kinerja Para Pegawai di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan... 58

Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pimpinan Memantau dan Memperhatikan Kinerja Pegawai di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 59

Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keterlibatan Para Pegawai dalam Pengambilan Keputusan di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan 59


(11)

Tabel 13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Evaluasi terhadap sebuah

kebijakan yang telah di jalankan dalam lingkungan internal UPT SAMSAT Medan Selatan ... 60

Tabel 14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Reward and Punishment

terhadap kinerja seorang pegawai di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 61

Tabel 15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Cara Pimpinan Memotivasi Para Pegawai Untuk Meningkatkan Produktifitas Kerja di Kantor UPT

SAMSAT Medan Selatan………61

Tabel 16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemberian Insentif dan Reward Terhadap Pegawai Berprestasi di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 62 Tabel 17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Para Pegawai Sudah

Memenuhi Target Yang Telah Ditetapkan di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 63

Tabel 18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kehadiran Para Pegawai di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan. ... 63

Tabel 19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kepatuhan Pegawai Dalam Mematuhi Jam Kerja Sesuai Dengan Peraturan Yang Ada di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 64

Tabel 20 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Fasilitas Kerja Yang Ada Sudah Mendukung Setiap Program Kerja Yang Ditetapkan di Kantor

UPT SAMSAT Medan Selatan……….65

Tabel 21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemanfaatan Waktu Kerja Untuk Menyelesaikan Tugas dan Tanggung Jawab Para Pegawai di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 65

Tabel 22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyediaan Dana Untuk Kebutuhan Operasional di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan 66


(12)

Tabel 23 Distribusi Jawaban Responden Jawaban Apakah Dana Yang Disediakan Tersebut Digunakan Untuk Memenuhi Kebutuhan Operasional di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 67

Tabel 24 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sistem Kerja Yang Digunakan Dalam Pencapaian Target UPT SAMSAT Medan Selatan ... 67 Tabel 25 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Evaluasi dan Proyeksi Sistem

Kerja Para Pegawai Oleh Pimpinan di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan... 68

Tabel 26 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Waktu Yang Digunakan Oleh Pegawai Untuk Menyelesaikan Tugas Sesuai Dengan Target Yang Ditentukan ... 69 Tabel 27 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sikap Pimpinan Dalam

Memberikan Punishment Terhadap Setiap Pegawai di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 69 Tabel 28 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sikap Pimpinan Dalam

Menerapkan Aturan Internal di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan ... 70 Tabel 29 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Punishment Kepada


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Mekanisme Pelayanan SAMSAT Medan Selatan………..39


(14)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAMBANG HERMANTO 080903042

ABSTRAK

PENGARUH PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA ORGANISASI (Studi Pada Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan)

Good governance merupakan acuan dasar bagi setiap pelayan publik dalam menjalankan tujuan dan fungsi dari pelayan publik itu sendiri. Diharapkan dengan adanya prinsip – prinsip good governance dapat meningkatkan kualitas dari pelayan publi sehingga masyarakat sebagai objek dari pelayanan tadi dapat mendapatkan pelayanan yang baik dan maksimal dari setiap pelayan publik.

Penelitian ini dilakukan di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan, Jln,. Sisingamangaraja Kota Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan jumlah populasi sebanyak 53 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 100% dari jumlah populasi sebanyak 53 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.

Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,383 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 2,96 dimana adanya hubungan antara pelaksanaan good governance terhadap


(15)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAMBANG HERMANTO 080903042

ABSTRAK

PENGARUH PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA ORGANISASI (Studi Pada Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan)

Good governance merupakan acuan dasar bagi setiap pelayan publik dalam menjalankan tujuan dan fungsi dari pelayan publik itu sendiri. Diharapkan dengan adanya prinsip – prinsip good governance dapat meningkatkan kualitas dari pelayan publi sehingga masyarakat sebagai objek dari pelayanan tadi dapat mendapatkan pelayanan yang baik dan maksimal dari setiap pelayan publik.

Penelitian ini dilakukan di Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan, Jln,. Sisingamangaraja Kota Medan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, dengan jumlah populasi sebanyak 53 orang, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 100% dari jumlah populasi sebanyak 53 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.

Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,383 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 2,96 dimana adanya hubungan antara pelaksanaan good governance terhadap


(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang Masalah

Peningkatan penggunaan transportasi oleh masyarakat Indonesia sangat tinggi,

dimana dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari. Hampir setiap hari kita melihat semakin banyaknya jumlah dan jenis kendaraan bermotor yang bermunculan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh pertambahan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang berdampak pula akan kebutuhan alat transportasi guna untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Sampai dengan tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor di seluruh Indonesia telah mencapai lebih dari 20 juta yang 60% adalah sepeda motor sedangkan pertumbuhan populasi untuk mobil sekitar 3-4% dan sepeda motor lebih dari 4% per tahun (data dari Departemen Perhubungan). Banyaknya pengguna kendaraan bermotor secara tidak langsung berkaitan dengan penambahan pajak daerah dalam hal pajak kendaraan bermotor. Pemilik kendaraan bermotor haruslah membayar pajak kendaraan bermotor.

Berdasarkan data Dinas Pendapatan, pertumbuhan kendaraan bermotor roda empat mencapai 13,09 persen, dimana pada periode Januari-Mei 2009 mencapai 79.266 unit kendaraan, sedangkan pada 2010 periode yang sama sebanyak 89.642 unit kendaraan. Pertumbuhan kendaraan roda dua juga meningkat 17,26 persen. Pada 2009 sebanyak 449.588 unit, dan 2010 587.206 unit.

Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak yang cukup strategis, karena posisinya yang berada pada jalur pelayaran selat Malaka. Sumatera Utara memiliki luas mencapai 71,680 Km atau sekitar 3,5 persen dari total luas Indonesia. Secara umum, Sumatera Utara terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan Pantai Barat, kawasan Dataran Tinggi, dan kawasan Pantai Timur. Kawasan Pantai Timur pada umumnya lebih maju dibandingkan dengan Dataran Tinggi apalagi daerah Pantai Barat.


(17)

Pembangunan diberbagai daerah di Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara khusus melalui peningkatan pelayanan publik dalam kerangka otonomi daerah sehingga lebih efisien dan efektif dalam merespon tuntutan masyarakat yang sangat tinggi dengan berbagai karakteristik masing-masing.

Sebelum dilaksanakannya otonomi daerah, dilihat dari nilai proyek yang dikerjakan, pembangunan yang dilaksanakan sebenarnya dapat dirasakan oleh seluruh desa, namun sumber pembiayaan atau pendanaan masih didukung oleh anggaran pemerintah pusat, sehingga daerah tidak dapat mengembangkan daerahnya sendiri secara maksimal dan mandiri.

Berdasarkan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, dan Undang-undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, telah memberikan dampak yang sangat luas terhadap pelaksanaan pemerintah di daerah, otonomi yang diberikan kepada daerah merupakan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab.

Pemberian otonomi berimplikasi menimbulkan kewenangan dan kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintah secara lebih mandiri. Pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya harus dilaukan secara proporsional dan berkeadilan. Pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan pemungutan jenis-jenis pajak daerah didasarkan pada kewenangan yang diberikan kepada daerah.

Dalam Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerinahan daerah tersebut juga dijelaskan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dilakukan berdasarkan 3 azas, yaitu: dekonsentrasi, desentralisasi, dan azas pembantuan.

Azas dekonsentrasi yaitu wewenang pengelolaan pembangunan daerah awalnya dilaksanakan oleh pemerintah pusat, tetapi telah dilimpahkan kewenangannya kepada kepada pemerintah daerah. Sedangkan desentralisasi itu pada dasarnya adalah kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan pembanguan didaerahnya sendiri. Selanjutnya azas pembantuan adalah bahwa pemerintah daerah


(18)

membantu melaksanakan tugas-tugas yang dimiliki oleh pemerintah pusat didaerah, tetapi pembiayaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut ditanggung sendiri oleh pemerintah daerah.

Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, berdasarkan ketentuan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah disebutkan bahwa pemerintah daerah dibekali berbagai kewenangan untuk mengelola berbagai sumber pendapatan daerah.

Diantara sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor pajak daerah yang cukup penting dan potensial adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) karena banyak menunjang pembiayaan daerah.

Pengelolaan pemungutan dan pengurusan pajak kendaraan bermotor dilakukan pada satu kantor yang melibatkan beberapa unsur yang terkait didalam pengelolaannya. Pemungutan pajak kenderaan bermotor yang dilaksanakan pada satu kantor ini dikenal dengan istilah SAMSAT (sistem administrasi manunggal satu atap), dimana didalamnya terdapat kerjasama antara pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) yang mampunyai fungsi dan kewenangan dibidang registrasi dan identifikasi kenderaan bermotor, Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) dibidang pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB), PT. Jasa Raharja (Persero) yang berwenang dibidang penyampaian sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLLJ).

Sebelum dilakukan Sistem Administrasi Manuggal Satu Atap (SAMSAT) kegiatan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dilakukan tersebut dilakukan tersendiri dikantor dinas pendapatan daerah provinsi dan cabang-cabang dinas, begitu juga dengan penyelesaian Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu lintas (SWDKLLJ) ditempat yang berbeda pula, sehingga hal ini tidak memberikan pelayaan yang baik bagi pemilik kendaraan bermotor, karena akan memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.


(19)

Keadaan seperti diatas dapat menjadi penghambat dalam usaha memberikan pelayanan kepada pemilik kendaraan bermotor, dan juga dapat menyebabkan ma syarakat menjadi malas untuk mengurus pajak kendaraan bermotor dan menjadi penghambat dalam usaha meningkatkan penerimaan dari sekor PKB, BBN-KB, dan SWDKLLJ karena tidak adanya keseragaman baik dalam hal pengurusan, administrasi, maupun besarnya tarif dalam proses pengurusannya.

Salah satu tujuan pembentukan kantor bersama SAMSAT ini adalah untuk memudahkan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor (PKB) serta untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pengurusan registrasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak, dan SWDKLLJ.

Tugas pihak kepolisian adalah sebagai penyedia permohonan dan penerangan dengan rincian: menyediakan dan memberikan formulir permohonan pendaftaran sesuai dengan permintaan pemohon, memberikan penerangan mengenai kelengkapan persyaratan pendaftaran, membukukan semua formulir yang diterima, dikeluarkan dan sisanya setiap hari, mencatat nomor formulirdan kendaraan atau nama pemilik pada buku register formulir, memberi tanda atau paraf pada formulir permohonan untuk setiap permohonan yang telah memenuhi persyaratan, menerima kembali formulir yang rusak untuk diganti dengan yang baru, menerima pembayaran PNKB.

Tugas Dispenda adalah meneliti berkas yang diterima dari petugas kepolisian dan membubuhkan paraf atas kelengkapan persyaratan, meneruskan bekas kepada petugas kepolisian bagian registrasi dan permohonan, memberitahukan kepada petugas Kepolisian dan PT. Asuransi jasa raharja apabila ditemukan kekeliruan atau kekurangan persyaratan administrasi yang diperlukan.

Tugas PT. Asuransi Jasa Raharja adalah menerima dan meneliti berkas yang diterima dari petugas Dispenda, menetapkan SWDKLLJ dan dendanya yang harusdibayar oleh pemohon, membuktikan penetapan SWDKLLJ, dan meneruskan berkas tersebut kepada sub kelompok kerja pengetikan.

Kantor SAMSAT sebagai organisasi pelaksana tugas membuat atau merancang konsepsi-konsepsi untuk memberdayakan segala kemapuan agar dapat melaksanakan tugas pengutipan pajak kendaraan bermotor secara efektif, dimana persyaratannya adalah


(20)

keahlian aparatur, seperti kemampuan mengidentifikasi dan mengelompokkan pekerjaan, menyiapkan personalia untuk menangani pelaksanaan tugas-tugas, mengetahui wewenang dan tanggung jawab, serta menyusun mekanisme koordinasi kepada antar unit kegiatan.

Kinerja suatu organisasi atau birokrasi dapat dilihat dari respon masyarakat itu sendiri sebagai konsumen dari organisasi tersebut.Rasa puas yang datang dari masyarakat setidaknya dapat menggambarkan bagaimana tingkat kinerja dari suatu organisasi.

Berbicara mengenai kinerja organisasi atau suatu birokrasi, maka kecenderungan keluhan ataupun permasalahan yang keluar dari masyarakat adalah mengenai buruknya pelayanan yang diberikan dari birokrasi itu sendiri. Kurangnya keterbukaan serta kurangnya komitmen dalam memberikan pelayanan seakan menjadi gambaran yang sangat nyata dari pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat.

Permasalahan berkaitan dengan buruknya kinerja organisasi seperti ini harus mendapat perhatian khusus, sehingga berdampak pada keinginan masyarakat untuk terlibat langsung kepada birokrasi sebagai organisasi pemerintah yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sebaik-baiknya.

Pelaksanaan prinsip – prinsip good governance pada Unit Pelayanan Teknis ( UPT ) SAMSAT Medan Selatan pastinya akan berpengaruh dengan kinerja dari organisasi itu sendiri namun tidak menutup kemungkinan ada hal – hal yang mendukung pelaksanaan prinsip – prinsip good governance tadi yang juga pada akhirnya ikut mendukung peningkatan kinerja organisasi yang lebih baik lagi.

Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi ( Studi Pada Kantor Unit Pelayanan Teknis Medan Selatan)”.

I.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi,


(21)

maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan yang diajikan dalam penelitian ini adalah: “Adakah Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi pada Kantor Unit Pelayanan Teknis Medan Selatan?”

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance di Kantor Unit Pelayanan Teknis Medan Selatan.

2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja organisasi di Kantor Unit Pelayanan Teknis Medan Selatan.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good Governance terhadap kinerja organisasi di Kantor Unit Pelayanan Teknis Medan Selatan.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah:

1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna

2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya. 3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara

sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan pemasalahan ini.

I.5 Kerangka Teori

I.5.1 Good Governance


(22)

Konsep governance bukanlah konsep baru, konsep governance sama luasnya dengan peradaban manusia, salah satu pembahasan tentang good governance dapat ditelusuri dari tulisan J.S Endarlin (Setyawan, 2004:223) governance merupakan suatu terminologi yang digunakan untuk mengganti istilah government, yang menunjuk penggunaan otoritas politik, ekonomi dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah kenegaraan.

Governance yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencangkup seluruh mekanisme, proses dan lembaga -lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutamakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.

Defenisi lain menyebutkan governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan social yang melibatkan pengaruh sector negara dan sector non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Defenisi ini mengasumsikan banyak aktor yang terlibat dimana tidak ada yang sangat dominan yang menentukan gerak aktor lain. Pesan pertama dari terminology governance membantah pemahaman formal tentang berkerjanya institusi-institusi negara. Governance mengakui bahwa didalam masyarakat terdapat banyak pusat pengambilan keputusan yang berkerja pada tingkat yang berbeda (Winarno, 2002:122).

Governance sebagai proses pengambilan keputusan dan proses yang mana keputusan itu diimplementasikan, maka analisis governance difokuskan pada faktor-faktor formal dan informal yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan


(23)

implementasinya serta struktur formal dan informal yang disususun untuk mendatangkan implementasi keputusan.. Governance dapat digunakan dalam beberapa konteks seperti coorporate governance, international governance, national governance dan local governance (Mardiasmo, 2002:14).

Menurut Kooiman (Setyawan, 2004 : 224) mengatakan governance merupakan serangkaian proses interaksi social politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Governance merupakan mekanisme-mekanisme, proses-proses dan institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan mereka serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka (Setyawan, 2004:12). Dalam konteks ini governance memeiliki hakikat yang sesuai yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi serta dengan pengakuan hak berlandaskan pada pemerintahan hukum.

I.5.1.2 PengertianGood Governance

Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu Gubernare yang diserap oleh bahasa Inggris menjadi Govern, yang berarti steer(menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan.

Pengertian good governance diatas merupakan suatu pemahaman atau pijakan dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Good governance sebenarnya mempunyai makna sebagai kepengelolaannya atau kepengarahannya yang baik bukan kepemerintahan yang baik. Memang pemahaman ini mempunyai perbedaan dengan pemahaman dasar di lingkungan kita selama ini, antara lain yang diperkenalkan oleh lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawaasn Keuangan dan Pembangunan.


(24)

O’Brien (Nugroho:2005:142) mendefinisikan Good Governance adalah penjumlahan dari cara-cara dimana individu-individu dan institusi-institusi baik privat maupun public mengelola urusan-urusan bersamanya.

Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab1 menyebut Good Governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun Administrative, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan Good Governance sebagai hubungan sinergis dan konsturktif diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat.2

Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan3, mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggungjawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administrasi. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP4, disebutkan tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka. Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan masyarakat.

Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan bahwa suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi pembangunan masyarakat yang solid dan bertanggung jawab secara efektif melalui pembuatan peraturan dan

1

Wahab, Solihin Abdul. 2002. Analisis Kebija kan Negara . Jakarta: Rieneka Cipta. Hal. 34

2

Effendi, Sofian. 1996. Membangun Martabat Manusia ; Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University. Hal. 47

3

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grassindo. Hal. 114

4

Dikutip dari artikel “Dokumen Kebijakan UNDP : Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia

Berkelanjutan”, dalam Buletin Informasi Program Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia (Partnership for governance Reform in Indonesia). 2000


(25)

kebijakan yang absah dan yang merujuk pada kesejahteraan rakyat, pengambilan keputusan, serta tata laksana pelaksanaan kebijakan.

I.5.1.3 Prinsip-prinsip Good Governance

Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tangkilisan5 adalah bahwa Negara merupakan institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Cha nge.

Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance. Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance Corporate adalah: transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas.6

Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkan bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala Negara prinsip-prinsip tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip Tangkilisan7 menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan pokok karakteristik Good Governance, yaitu:

1. Partisipasi

Setiap orang atau setiap warga negara baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara

5

Tangkilisan, Hessel Nogi S. Ibid. Hal. 116

6

Nugroho. T. Rianto. 2004. Kebija kan Publik, Formulas, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia. Hal. 216

7


(26)

langsung maupun melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing. Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam suatu tatanan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara konstruktif

2. Aturan Hukum ( Rule of La w )

Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan ditegakkkan dan dipatuhi secara utuh (impartially), terutama tentang aturan hukum tentang hak asasi manusia.

3. Transparasi

Transparasi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai proses, kelembagaan, dan informasi harus dapat diakses secara bebas oleh mereka yang membutuhkannya, dan informasi harus dapat disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi

4. Daya Tanggap (Responsivenes)

Seiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan (stake holders)

5. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation)

Pemerintah yang baik (good governance) akan bertindak sebagai penegah (mediator) bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsesus atau kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika mungkin juga diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang kan ditetapkan pemerintah.


(27)

Pemerintahan yang baik akan memberikan kesempatan yang sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.

7. Efektifitas dan efisiensi

Setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melaui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dari berbagai sumber yang tersedia.

8. Akuntabilitas

Para pengambil keputusan (decision makers) dalam organisasi sector pelayanan, dan warga negara madani memiliki pertanggungjawaban (akuntanbilitas) kepada publik (masyarakat umum) sebagaimana halnya kepada para pemilik (stake holders). Pertanggung jawaban tersebut berbeda-beda, tergantung pada jenis keputusan organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal.

9. Bervisi strategis

Para pemimpin dan warga negara memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance ) pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Mereka juga memahami aspek-aspek histories, kultur, dan kompleksitas social yang mendasari perspektif mereka.

10.Saling keterkaitan

Bawa keseluruhan ciri good governance tersebut diatas adalah saling memperkuat dan saling terkait dan tidak berdiri sendiri. Misalnya, informasi semakin mudah diakses berarti transparasi semakin baik, tingkat partisipasi akan semakin luas, dan proses pengambilan keputusan akan semakin efektif. Partisipasi yang semakin luas akan berkontribusi kepada dua hal, yaitu terhadap pertukaran


(28)

informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan dan memperkuat keabsahan atau legitimasi atas berbagai keputusan yang ditetapkan. Tingkat legitimasi keputusan yang kuat pada gilirannya akan mendorong efektifitas pelaksanaanya. Kelembagaan yang responsive harus transparan dan berfungsi sesuai dengan aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku agar keberfungsiannya itu dapat bernilai dan berkeadilan.

Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.

Good governance berkenaan dengan masalah bagaimana suatu organisasi ditata dan bagaimana tatanaan tersebut berproses jadi prinsipnya adalah implementasi sudah sesuai dengan rencana, apakah hasil yang diperoleh benar-benar bermanfaat bagi masyarakat (Winarno, 2002:53).

Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai kualifikasi profesional mengarah kepada kinerja SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada dalam organisasi publik sehingga dalam penyelenggaraan good governance didasarkan pada kinerja organisasi publik yaitu responsivitas (responsivinies), responsibilitas (responsibility), dan akuntabilitas (accountability ).

Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan mandat, wewenang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah ke-delapan dari Good Governance adalah membangun the professional government, bukan dalam arti pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi professional, yaitu


(29)

mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.

Agenda selanjutnya adalah good governance sebuah upaya baik untuk meningkatkan pemerintah disetiap tingkat, namun demikian, harus disadari tujuan dari good governance untuk menjalankan pekerjaan pemerintah yang baik yang bersih berdasarkan hukum yang berlaku agar tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan dalam pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

I.5.2 Kinerja Organisasi

I.5.2.1Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa pendapat sebagai berikut

Chester I. Barnard (Sutarto, 1998:4) mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah

system kerjasama antara dua orang atau lebih”. James D. Mooney (Bryson, 1999:23) mengatakan bahwa : Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Dimock (1986:21) organisasi adalah organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).

Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :

1. Orang-orang (sekumpulan orang), 2. Kerjasama,

3. Tujuan yang ingin dicapai,


(30)

antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri menurut Jhon M. Gaus (Sutarto, 1998:34), sebagai berikut :

1. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal,

2. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan,

3. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran, tenaga, dan lain-lain,

4. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan, 5. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M. Williams (Wahyudi, 1994:54) yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap Government, bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi

. 1. Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.

Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan lain lain.

2. Prinsip Skala Hirarkhi.

Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam


(31)

pendelegasian wewenang dan pertanggung jawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

3. Prinsip Kesatuan Perintah.

Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang.

Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.

5. Prinsip Pertanggungjawaban.

Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.

6. Prinsip Pembagian Pekerjaan.

Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.


(32)

Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.

8. Prinsip Fungsional.

Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.

9. Prinsip Pemisahan.

Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.

10..Prinsip Keseimbangan.

Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak

kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan

berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

11. Prinsip Fleksibilitas

Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.


(33)

12. Prinsip Kepemimpinan.

Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakan oleh pemimpin organisasi tersebut.

Jenis-Jenis Organisasi Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria menurut Dalton E. McFarland (Sutarto, 1998:67), sebagai berikut

1. Berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan.

(1) bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang. (2) bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan. 2. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan.

Bentuk organisasi ini meliputi; (1) organisasi lini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang memimpin unit-unit dalam organisasi, (2) bentuk lini dan staff, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi, (3) bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat horizontal.

3. Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu ;

(1) organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti : organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum (2) organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan bersifat pribadi,


(34)

antara lain kesamaan minat atau hobby, dll. 4. Berdasarkan tujuan.

Organisasi ini dapat dibedakan, yaitu : (1) organisasi yang tujuannya mencari

keuntungan atau ‘profit oriented’ dan (2) organisasi sosial atau ‘non profit

oriented.

5. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu ;

(1) organisasi pendidikan, (2) organisasi kesehatan, (3) organisasi pertanian, dan lain lain.

6. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :

(1) Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan, (2) Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik (3) Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja (4) Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan lain lain.

7. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat.

Organisasi ini meliputi; (1) Mutual benefit organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi, (2) Service organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan, misalnya bank, (3) Business Organization, organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti perusahaan-perusahaan, (4) Commonwealth organization, adalah organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh masyarakat umum, seperti organisasi pelayanan kesehatan, contohnya rumah sakit, Puskesmas, dll.

I.5.2.2Pengertian Kinerja Organisasi


(35)

menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Supardi, 2002:21), Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Mengingat bahwa kinerja dari suatu organisasi itu adalah untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting.

Informasi tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi tentang kinerja dalam organisasinya.

Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa indikator dan kriteria yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara : alternatif alokasi sumber daya yang berbeda; alternatif desain-desain organisasi yang berbeda; dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda (Bryson, 1995:34). Sekarang permasalahannya adalah kriteria apa yang digunakan untuk menilai organisasi.


(36)

Sebagai sebuah pedoman, dalam menilai kinerja organisasi harus dikembalikan pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi. Misalnya, untuk sebuah organisasi privat/swasta yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan dan barang yang dihasilkan, maka ukuran kinerjanya adalah seberapa besar organisasi tersebut mampu memproduksi barang untuk menghasilkan keuntungan bagi organisasi. Indikator yang masih bertalian dengan sebelumnya adalah seberapa besar efisien pemanfaatan input untuk meraih keuntungan itu dan seberapa besar efective yang dilakukan untuk meraih keuntungan tersebut.

Dalam organisasi publik, sulit untuk ditemukan alat ukur kinerja yang sesuai. Bila dikaji dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik adalah untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan publik, kelihatannya sederhana sekali ukuran kinerja organisasi publik, namun tidaklah demikian kenyataannya, karena hingga kini belum ditemukan kesepakatan tentang ukuran kinerja organisasi publik.

Berkaitan dengan kesulitan yang terjadi dalam pengukuran kinerja organisasi publik ini dikemukakan oleh Sutarto (1998:1), “kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi pelayanan publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya kabur akan tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi swasta. Stakeholders dari organisasi publik seringkali memiliki kepentingan yang berbenturan satu dengan yang lainnya, akibatnya ukuran kinerja organisasi publik dimata para stakeholders juga menjadi berbeda-beda”.


(37)

Moeljarto (1997) (dalam Tjandra, 2005:44) menyatakan bahwa :

“Organisasi bukanlah sistem yang tertutup (close system) melainkan organisasi

tersebut akan selalu dipaksa untuk memberika tanggapan atas rangsangan yang berasal dari lingkungannya. Pengaruh lingkungan dapat dilihat dari dua segi : pertama, lingkungan eksternal yamg umumnya menggambarkan kekuatan yang berada diluar organisasi seperti faktor organisasi politik, ekonomi dan sosial, kedua, adlah lingkungan internal yaitu faktor-faktor dalam organisasi yang menciptakan iklim organisasi dimana berfungsinya kegiatan mencapai tujuan. Sejalan dengan pendapat tersebut Higgins (1985) (dalam Tjandra, 2005:44) menyatakan bahwa:

“Ada dua kondisi yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi, yaitu kapabilitas

organisasi yaitu konsep yang dipakai untuk menunjuk pada kondisi lingkungan internal yang terdiri dari dua faktor srtatejik yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif, yang memungkinkan organisasi memiliki keuntungan strategik dalam mencapai sasarannya: sedangkan kelemahannya adalah situasi dan ketidak kemampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Kedua

faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi”

Faktor yang perlu diperhitungkan dalam melihat kemampuan internal organisasi antara lain :struktur organisasi, sumberdaya baik dana amupun tenaga, lokasi, fasilitas yang dimiliki, intergritas seluruh karyawan dan intergritas seluruh karyawan dan intergritas kepemimpinan. Kondisi kedua adalah ;ingkungan eksternal, yang terdiri dari dua faktor eksternal yang membantu organisasi mencapai atau bahkan nisa melampaui pencapaian sasarannya. Dalam mengamati lingkungan eksternal, ada beberapa sector yang peka secara stratejik, artinya bisa menciptkan peluang, atau sebaliknya merupakan ancaman.

Kinerja organisasi sebenarnya dapat dilihat melalui berbagai dimensi seperti dimensi akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, responsivitas maupun responsibilitas. Berbagai literatur yang membahas kinerja organisasi pada dasarnya memiliki kesamaan substansial yakni untuk melihat seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang telah


(38)

dilakukan oleh birokrasi pelayanan. Kinerja itu merupakan suatu konsep yang disusun dari berbagai indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penggunaannya

Kinerja bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi.

Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Sederhananya, kinerja merupakan produk dari kegiatan administrasi, yaitu kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan yang pengelolaannya biasa disebut sebagai manajemen.

Sebagai produk dari kegiatan organisasi dan manajemen, kinerja organisasi selain dipengaruhi oleh faktor-faktor input juga sangat dipengaruhi oleh proses-proses administrasi dan manajemen yang berlangsung. Sebagus apapun input yang tersedia tidak akan menghasilkan suatu produk kinerja yang diharapkan secara memuaskan, apabila dalam proses administrasi dan manajemennya tidak bisa berjalan dengan baik. Antara input dan proses mempunyai keterkaitan yang erat dan sangat menentukan dalam menghasilkan suatu output kinerja yang sesuai harapan atau tidak.

Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa proses manajemen yang berlangsung tersebut, merupakan pelaksanaan dari fungsi-fungsi manajemen yaitu planning,


(39)

organizing, actuating, dan controlling (POAC) atau lebih detailnya lagi adalah planning, organizing, staffing, directing, coordinating, regulating, dan budgetting (POSDCoRB).

Mengingat bahwa kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor input dan proses-proses manajemen dalam organisasi, maka upaya peningkatan kinerja organisasi juga terkait erat dengan peningkatan kualitas faktor input dan kualitas proses manajemen dalam organisasi tersebut.

Analisis terhadap kondisi input dan proses-proses administrasi maupun manajemen dalam organisasi merupakan analisis kondisi internal organisasi. Selain kondisi internal tersebut kondisi-kondisi eksternal organisasi juga mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi kinerja organisasi. Penilaian terhadap faktor-faktor kondisi eksternal tersebut dapat dilakukan dalam analisis: (a) kecenderungan politik, ekonomi, sosial, tekhnologi, fisik, dan pendidikan; (b) peranan yang dimainkan oleh pihak -pihak yang dapat diajak bekerja sama (collaborators) dan pihak-pihak yang dapat menjadi kompetitor, seperti swasta, dan lembaga-lembaga lain; dan (c) dukungan pihak-pihak yang menjadi sumber resources seperti para pembayar pajak, asuransi, dan sebagainya (Bryson, 1995:223)

Berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja organisasi, maka pilihan mana yang akan dioptimalkan penanganannya, apakah pada sisi internal organisasi atau pada sisi eksternal organisasi, itu tergantung pada permasalahan yang dihadapi organisasi.


(40)

I.5.3 Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Organisasi

Kantor Unit Pelaksanaan Teknis Medan Selatan adalah salah satu lembaga pemerintahan yang berfungsi untuk melayani masyarakat dalam hal pengurusan surat-surat kendaraan bermotor. Dalam melayani masyarakat aparatur Kantor Unit Pelaksanaan Teknis Medan dituntut untuk dapat menjalankan tugas dengan baik yakni kinerja organisasinya harus tinggi. Tercapainya kinerja organisasi kerja bukan saja ditentukan dari banyaknya jumlah pegawai akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengelolaan organisasi, pengendalian yang baik yang disebut dengan good governance.

Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi dalam hal ini organisasi publik menyangkut pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama yaitu untuk menciptakan suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efisiensi, pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administrasi. Dengan pengertian lain good governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintahan seperti organisasi publik pemerintahan Kota Medan yang mencangkup kepemimpinan, struktur organisasi dan sumber daya manusianya.

Berdasarkan uraian diatas maka disebutkan bahwa apabila pemimpin organisasi public, struktur organisasi dan sumberdaya manusianya baik maka akan tercipta Good Governance yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi itu sendiri. Dengan demikian jelaslah pelaksanaan good governance akan berpengaruh terhadap kinerja organisasi, sehingga para stakeholders dalam hal ini masyarakat luas dapat merasa terpuaskan akan hasil kinerja dari organisasi tersebut.

I.6 Hipotesis

Hipotesa adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2005:70)

Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah ; 1. Hipotesis Alternatif (Ha) :


(41)

“Terdapat pengaruh antara pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja

organisasi”.

2. Hipotesa Nihil (Ho) :

“Tidak terdapat pengaruh antara pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja

organisasi” I.7 Defenisi Konsep

Adapun konsep dari penelitian ini adalah :

a. Good Governance adalah.serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut

b. Kinerja Organisasi adalah bentuk kerjasama diantara anggota organisasi ydimana proses kerjasama tersebut mempunyai hubungan satu sama lainnya, dan juga untuk mencapai tujuan yang diingin dicapai bersama.

I.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari suatu penelitian.

1. Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Good Governance, yang diukur berdasarkan indikatornya yaitu :

a.Keterbukaan (Transparansi)

b. Pertanggung Jawaban (Akuntabilitas)

Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Kinerja Organisasi ,yang diukur berdasarkan indikatornya yaitu : :

a. Produktivitas. b. Kualitas Layanan c. Responsivitas. d. Responsibilitas


(42)

I.9 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secar singkat dapat diketahui sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional dan systematika penulisan

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan Sample teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik Analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang relefan dengan topik penelitian .

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.

BAB VI PENUTUP


(43)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan analisa Kuantitatif dengan maksud mencari pengaruh antara variable independent (X) dengan variable devenden (Y). Dengan metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada berdasarkan data dan informasi yang diperoleh.

II.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan pada Unit Pelaksana Teknis SAMSAT Medan Selatan. Hal ini berkaitan adanya keluhan atau permasalahan yang keluar dari masyarakat mengenai bagaimana tidak maksimalnya kinerja dari UPT SAMSAT Medan Selatan.

II.3 Populasi dan Sampel II.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:90). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai Kantor UPT SAMSAT Medan Selatan yang jumlahnya sebanyak 53 orang.

II.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91). Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai refresentatif dari seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi.


(44)

Menurut Arikunto, bila populasi kurang dari 100 orang maka diambil keseluruhannya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasi lebih dari 100 orang maka dapat diambil 10-15 persen atau 20-25 persen sampel atau lebih.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan yang diperlukan penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dat primer tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Metode Angket (kuisioner)

Yaitu teknik pengumpulan data melalui pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan berbagi alternative jawaban. Respondenya adalah pegawai Kantor Unite Pelaksana Teknis Medan Selatan. b. Metode Observasi

Pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan focus penelitian..

.

2. Pengumpulan Data Skunder

Yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui : a. Penelitian Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah dan berbagai bahan yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


(45)

II.5 Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian, maka penelitian ini menggunakan teknik penentuan skor. Teknik penentuan skor yang akan digunakan adalah dengan skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner responden. Adapun skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan adalah :

1. Untuk alternative jawaban A diberi skor 5 2 Untuk alternative jawaban B diberi skor 4 3. Untuk alternative jawaban C diberi skor 3 4. Untuk alternative jawaban D diberi skor 2 5. Untuk alternative jawaban E diberi skor 1

Untuk mengetahui atau menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variable apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah maka terlebih dahulu ditentukan skala interval dengan cara sebagai berikut :

ilangan BanyaknyaB ah SkorTerend ggi SkorTertin 

Maka diperoleh n = 0,80 5

1 5

 

Sehingga dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing-masing variable yaitu :

Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.21 – 5.00

Skor untuk kategori tinggi = 3.41 – 4.20

Skor untuk kategori sedang = 2.61 – 3.40 Skor untuk kategori rendah = 1.81 – 2.60 Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80

Untuk menentukan jawaban responden tersebut tergolong sangat tinggi , tinggi, sedang, rendah, sangat rendah maka dari jumlah skor dari variable akan ditentukan rata-ratanya dengan membagi jumlah pertanyaan. Dari hasil pembangian tersebut, maka akan dapat diketahui jawaban responden termasuk kedalam kategori yang mana.


(46)

II.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh variable bebas dan variabrl terikat. Adapun metode statistk yang digunakan adalah :

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Cara ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variable bebas dan variable terikat (Sugiyono, 2005:193). Cara perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

� =

√ ∑2 2

Keterangan:

r = koefisien korelasi x = variable bebas y = variable terikat n = jumlah sampel

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :

a. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = o) berarti hubungan kedua variable yang diuji tidak ada.

b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +)berarti kenaikan nilai variable yang satu, diikuti nilai variable yang lain dan kedua variable memiliki hubungan positif.

c. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -) berarti kedua variable negative dan menunjukan meningkatnya variable yang satu diikuti menurunya variable yang lain.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara kedua variable berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interprestasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono {2005:214)


(47)

Tabel I. Pedoman untuk memberikan interprestasi Koefisien Korelasi

Interprestasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

Dengan nilai r yang di peroleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila r tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja atau hipotesis alternative dapat diterima.

2. Koofisien Determinant

Teknik ini di gunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variable bebas terhadap variable terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai Koofisien Korelasi Product Moment (R) dan dikalikan 100%.

KP = (rxy) x 100%

Keterangan :

KP = Koofisien Determinant

Rxy = koofisien Korelasi Product Moment.antara x dan y

3. Untuk melihat hubungan variabel x dan y digunakan uji statistic t dengan rumus :

2 2 r t n r t   

(Sutrisno Hadi, 2001:365) Kriteria pengujian adalah :

- jika harga thitungtta bel maka hipotesis alternative ditolak jika harga thitung tta belmaka hipotesis


(48)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat

Kantor SAMSAT Medan Selatan berdiri pada tanggal 15 Juni 1987. Kantor SAMSAT Medan Selatan merupakan salah satu unit pelayanan teknis dari 3 (tiga) instansi di dalamnya, yaitu: Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara, POLRI, dan Jasa Raharja yang melayani masyarakat yang akan membayar atau melunasi kewajibannya membayar pajak kendaraan bermotor. Wilayah pelayanan Samsat Medan Selatan adalah sebagian kota Medan dan sebagian kecamatan Deli Serdang meliputi Medan Polonia, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Maimun, Medan Kota, Medan Denai, Biru-Biru, Patumbak, Deli Tua,Pancur Batu, Selayang, Kutalimbaru, Sibolangit.

B. Visi, Misi, dan Tujuan Pembentukan

1. Visi dan Misi

Adapun yang menjadi visi SAMSAT Medan Selatan adalah :

“Terwujudnya Pelayanan Prima Sebagai Bukti Pengabdian Kepada Masyarakat”.

Sedangkan misinya adalah :

a. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kepada Masyarakat.

b. Meningkatkan Keamanan Registrasi Identifikasi Kendaraan Bermotor. c. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Penerimaan Negara. d. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia.


(49)

e. Menyediakan Sarana dan Prasarana untuk mendukung terwujudnya pelayanan prima.

2. Tujuan Pembentukuan

Adapun yang menjadi tujuan pembentukan kantor SAMSAT Medan Selatan adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada pemilik kendaraan bermotor dan meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan Negara.

C. Jenis-Jenis Pelayanan dan Program Kerja

1. Jenis Pelayanan

a. Perpanjangan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan). b. Ganti STNK (Teliti Ulang 5 Tahun)

c. Ganti STNK hilang, ganti warna, pindah alamat. d. Bea Balik Nama (BBN) II

e. Lapor tiba antar SAMSAT Sumatera Utara

2. Program Kerja

a. Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat.

b. Meningkatkan Pelayanan Registrasi dan Identifikasi Kendaran Bermotor.

c. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Penerimaan Negara. d. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia.

e. Menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung terwujudnya Pelayanan Prima.


(50)

Dalam melaksanakan program kerja yang ada SAMSAT Medan Selatan melakukan beberapa strategi, adapun strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan Mutu Pelayanan Kepada Masyarakat a) Menyederhanakan Sistem dan Prosedur.

b) Menerapkan Pelayanan Prima Secara Konsisten. c) Sosialisasi yang berkesinambungan.

d) Menindaklanjuti Setiap Keluhan Masyarakat

2) Meningkatkan Keamanan Registrasi Identifikasi Kendaraan Bermotor a) Meningkatkan pelayanan pengarsipan dan keamanan data kendaraan

bermotor

b) Meningkatan teknologi dalam pengarsipan data kendaraan bermotor c) Tertib pendataan, tertib penyimpanan, dan tertib pengeluaran arsip

kendaraan bermotor

3) Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Penerimaan Negara a) Identifikasi dan ekstensifikasi.

b) Melaksanakan pemungutan secara efektif dan efisien. c) Tertib pemungutan, tertib pembukuan, tertib laporan. 4) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia

a) Meningkatkan disiplin dan etos kerja b) Meningkatkan kompetensi.

c) Meningkatkan kesejahteraan.


(51)

5) Menyediakan Sarana dan Prasarana untuk Mendukung Terwujudnya Pelayanan Prima.

a) Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana secara konsisten. b) Memelihara terus menerus sarana dan prasarana yang tersedia.

Selain itu SAMSAT Medan Selatan juga mengembangkan nilai-nilai sebagai berikut :

1. Bekerja Keras. 2. Keterbukaan.

3. Saling Menghormati. 4. Kejujuran.

5. Tanggung Jawab. 6. Kreatif dan Inovatif.

Adapun Komitmen yang dilakukan SAMSAT Medan Selatan adalah sebagai berikut :

1. Secara terus menerus memperbaiki dan mengembangkan sistem manajemen mutu.

2. Kepuasan masyarakat merupakan tujuan utama pelayanan.

Sedangkan inovasi yang telah dilaksanakan oleh SAMSAT Medan Selatan adalah sebagai berikut :

1. Renovasi dan penyempurnaan lay out gedung 2. Penyederhanaan prosedur loket

3. Penyederhanaan persyaratan

4. Tersedianya unit lansia, ibu hamil dan orang sakit 5. Adanya kejelasan Standart Pelayanan Minimal (SPM)


(52)

6. Pembayaran melalui PT Bank SUMUT

7. Menyediakan kartu masuk (nama pribadi ( pemilik langsung ) dan masyarakat dengan surat kuasa, Biro Jasa ( calo )

Sementara itu sarana dan prasarana yang terjadi pada kantor SAMSAT Medan Selatan adalah sebagai berikut:

1. Gedung perkantoran yang strategis 2. Ruang tunggu yang representative 3. Teknologi computer yang terkoneksi 4. Foto Copy

5. Musholla 6. Kantin


(53)

D. Diterima Resi

D. Mekanisme Pelayanan

Adapun mekanisme pelayanan yang diberikan oleh kantor SAMSAT Medan Selatan adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Mekanisme Pelayanan SAMSAT Medan Selatan

Pemilik/ Pemohon

A. Ambil Formulir Loket Pendaftaran

B. Mendaftar

Loket Loket Loket Loket Perpanjangan Pengesahan Mutasi Hal-hal STNK STNK Khusus

C. Ditetapkan Biaya Adm. Baru

- STNK

- Asuransi Jasa Raharja - Pajak Kendaraan Bermotor

E. Membayar

Di Payment Bank SUMUT

I. Menerima

- STNK - TNKB

F. Validasi G. Dicetak

- STNK - TNKB - TCKB - BTCKB - BPKB

H. Diarsipkan


(54)

Dalam pelaksanaan SAMSAT dikenal beberapa pendaftaran dan persyaratan sebagai berikut :

1. Pendaftaran pertama :

a. Pendaftaran kendaraan bermotor baru

b. Pendaftaran kendaraan bermotor eks dump TNI/ POLRI c. Pendaftaran kendaraan bermotor eks lelang Negara d. Pendaftaran kendaraan bermotor CD/ CC


(55)

2. Pengesahan STNK setiap tahun dengan persyaratan sebagai berikut :

a. BPKB asli + foto copy b. STNK asli + foto copy c. KTP asli + foto copy d. Hasil ceking fisik e. SKPD tahun terakhir

3. Perpanjangan STNK setelah 5 (lima) tahun dengan persyaratan sebagai berikut:

a. BPKB asli + foto copy b. STNK asli + foto copy c. KTP asli + foto copy d. Hasil ceking fisik e. SKPD tahun terakhir

4. Pendaftaran kendaraan mutasi dan BBN (Bea Balik Nama) :

a. Pendaftaran kendaraan bermotor tukar nama atas dasar jual beli b. Pendaftaran kendaraan bermotor pindah/ dari luar daerah

c. Pendaftaran kendaraan bermotor pindah alamat dalam wilayah kerja SAMSAT yang sama

d. Pendaftaran kendaraan bermotor rubah bentuk

e. Pendaftaran kendaraan bermotor ganti mesin, ganti warna

f. Pendaftaran kendaraan bermotor STNK, TNKB rusak atau hilang g. Pendaftaran kendaraan bermotor ganti nomor kendaraan


(56)

a) STNK asli + foto copy b) KTP asli + foto copy c) Kwitansi jual beli d) Hasil ceking fisik e) SKPD tahun terakhir

2) Sedangkan mutasi/ lapor tiba dengan persyaratan sebagai berikut : BPKB asli + foto copy

a) Surat penggant STNK sementara

b) KTP asli + foto copy bilamana nama tetap c) Kwitansi jual beli bilamana berubah nama d) Nota pajak

e) Fiskal antar daerah atau provinsi

f) Surat Keterangan pindah dari daerah asal g) Faktur asli + PPUD

h) Kartu induk BPKP i) Hasil ceking fisik

6. Pendaftaran kendaraan bermotor bersyarat khusus

a. Pendaftaran kendaraan bermotor tukar nama eks kendaraan dinas milik negara

b. Pendaftaran kendaraan bermotor tukar nama atas dasar hibah/ warisan

c. Pendaftaran kendaraan bermotor ganti nama badan hukum/ penggabungan perusahaan

d. Pendaftaran kendaraan bermotor eks CC/ CD e. Pendaftaran surat tanda coba kendaraan


(1)

Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 0,99 Sangat Tinggi

Sumber: Sugiyono (2004)

Dengan mengkonsultasikan r yang diperoleh dengan tabel pedoman interpretasi diatas maka dapat dilihat bahwa r = 0,383 berada pada interval koefisien 0,20 – 0,399 jadi tingkat hubungan / pengaruh antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori rendah.

Berarti pengaruh good governance (X) terhadap kinerja organisasi (Y) adalah pada tingkat yang rendah, maksudnya penerapan good governance belum cukup baik untuk dapat mempengaruhi kinerja organisasi di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan.

ii. Koefisien Determinan

Penggunaan tekhnik analisa ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh antar variabel X dan variabel Y. Dari hasil r (koefisien korelasi) diatas, maka besarnya pengaruh tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

D = � × 100%


(2)

= 0,1466× 100%

= 14,66%

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara variabel X (Good Governance) terhadap variabel Y (Kinerja Oragnisasi) adalah sebesar 14,66 % dan sisanya sebesar 85,34 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.

iii. Uji Hipotesis (Uji T)

Uji hipotesis dalam koefisien korelasi adalah untuk menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 1.475 orang, maka perlu di uji signifikansinya.

Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini kita menggunakan uji t untuk menguji hipotesis penelitian yakni: adanya korelasi atau hubungan yang signifikan antara good governance dengan kinerja organisasi yang secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :

t =

� √�− √ −�2

=

, √ −

√ − , 2

t =

,

√ ,

t = 2,96


(3)

- Jika ρ = 0 maka H0 (hipotesa Nol) diterima dan H1 (Hipotesa Alternatif) diterima, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara penerapan good governance dengan kinerja organisasi.

Dengan demikian t-hitung > t-tabel (2,96>2,00), maka, H0 ditolak dan H1 dengan demikian terdapat pengaruh antara pelaksanaan Good Governance terhadap kinerja organisasi di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan.

Gambar 2 : Daerah Keputusan dengan nilai kritis, 2,000

Daerah penolakan H0 Daerah penolakan H0

Daerah penerimaan H0

-2,96 -2,00 2,00 2,96

Berdasarkan gambar diatas, nilai thitung ternyata terletak pada daerah penolakan H0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara good governance terhadap kinerja ogranisasi di kantor UPT SAMSAT Medan Selatan.


(4)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pengumpulan data hasil jawaban responden terhadap

kuesioner yang telah disusun, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan

berhubungan dengan penelitian tentang pengaruh penerapan prinsip-prinsip good

governance terhadap Pelayanan publik, yaitu:

1. Pelaksanaan prinsip-prinsip good governance mempunyai pengaruh positif

terhadap kinerja organisai pada kantor UPT SAMSAT Medan Selatan. Ini

berarti bahwa semakin baik pelaksanaan prinsip-prinsip good governance maka

semakin baik pula kinerja yang ditunjukkan o l e h kantor U P T

SAMSAT Medan Selatan. Dengan kata lain apabila salah satu variabel

mengalami peningkatan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami

peningkatan.

2. Kemudian untuk kinerja organisasi (variabel Y) di kantor UPT SAMSAT Medan

Selatan telah berjalan dengan cukup baik. Namun hendaknya aparat kantor lebih

meningkatkan kinerja dan tanggung jawab di dalam penyelenggaraan pelayanan

publik

3. Berdasarkan perhitungan korelasi diketahui bahwa r hitung sebesar 0,383

yang nilainya lebih besar dari r tabel yaitu sebesar 0,291 pada taraf signifikan

5% atau α = 0,05, sehingga Ha diterima.


(5)

antara penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap kinerja organisasi

pada kantor UPT SAMSAT Medan Selatan.

5. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (D), diperoleh kesimpulan

bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip good governance memberikan kontribusi

terhadap kinerja organisasi , yaitu sebesar 14,66%. Sedangkan sisanya sebesar

85,34% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar lingkup penelitian.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan prinsip-prinsip

good governance terhadap kinerja organisasi , maka terdapat beberapa saran yang

penulis kemukakan sebagai bahan masukan dalam peningkatan efektivitas kantor

UPT SAMSAT Medan Selatan yaitu sebagai berikut:

1. Hendaknya kantor UPT SAMSAT Medan Selatan lebih mengoptimalkan

pelaksanaan good governance dengan demikian pelayanan yang diberikan


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bryson, Jhon, 1995, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Effendi, Sofian. 1996. Membangun Martabat Manusia; Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Nugroho. T. Rianto. 2004. Kebijakan Publik, Formulas, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia.

Mardiasmo, 2002, Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta : Andy Offset.

Singarimbun, Masri, dan Sofyan Effendi, 1993, Metode Penelitian Survai, Jakarta Setyawan, Dharma, 2004, Mana jemen Pemerintahan Indonesia , Jakarta :

Djambatan.: LP3ES.

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Admiistrasi, Bandung : Alfabeta.

Sutarto, 1998, Dasar-Dasar Organisasi, Yogyakarta : Gajah Mada university Press.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Mana jemen Publik. Jakarta: Grassindo. Wahab, Solihin Abdul. 2002. Analisis Kebijakan Negara . Jakarta: Rieneka Cipta Buletin Informasi Program Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di

Indonesia (Partnership for governance Reform in Indonesia). 2000.

https://docs.google.com/good_governance.pdf+Buletin+Informasi+Program +Kemitraan+untuk+Pembaharuan+Tata+Pemerintahan+di+Indonesia