yang sama selama 0,5 jam. Perbandingan antara PHA dengan PEG 400 dan kloroform yang digunakan adalah 1:35, dengan jumlah PEG 400
tergantung dari persentase pemlastis yang ingin diuji Tabel 3. Contoh cara penghitungan formula bioplastik pada Tabel 3 dapat dilihat pada
Lampiran 6. Setelah pengadukan selesai, larutan dituang ke dalam cetakan kaca 4,5 x 19 cm dan dibiarkan dalam suhu ruang sampai kloroform
menguap semua dan terbentuk lembaran plastik. Tabel 3. Formula bioplastik
Kode PHA g Kloroform
g PEG 400
Total g g
K1 0,270 9,420 10
0,030 9,720 K2
0,270 9,383 20 0,068 9,720
K3 0,270 9,334 30
0,116 9,720
3. Karakterisasi Film Bioplastik
Karakterisasi film bioplastik dilakukan dengan melakukan pengujian beberapa sifat fisik dan mekanis film bioplastik. Pengujian sifat
fisik film bioplastik meliputi pengukuran derajat kristalinitas, gugus fungsi, dan densitas, sedangkan pengujian sifat mekanis dilakukan dengan
mengukur kuat tarik dan perpanjangan putus film bioplastik.
a. Kuat Tarik dan Perpanjangan Putus ASTM D 882-97, 1998
Pengukuran kuat tarik dilakukan di Sentra Teknologi Polimer STP PUSPIPTEK Serpong. Alat yang digunakan adalah Universal
Testing Machine UTM dengan merk Simadzu AGS-10KNG. Metode pengujian mengacu pada ASTM D 882-92. Sampel yang berbentuk
lembaran dipotong dengan panjang 130 mm dan lebar 5 mm. Sampel dikondisikan dalam climatic chamber pada suhu 23
C dan kelembaban 50 selama 48 jam sebelum pengujian. Kondisi ruang uji:
suhu 23,7 C dan kelembaban 60,0. Pengujian dilakukan dengan
kecepatan 120 mmmenit. Kuat tarik plastik tensile strength dapat dihitung dengan persamaan berikut :
τ = F
max
A Keterangan:
τ = kuat tarik MPa
F
max
= tegangan maksimum Kgf A
= luas penampang melintang mm
2
b. Gugus Fungsi Nur, 1989
Gugus fungsi PHB dapat dideteksi menggunakan alat FTIR Fourier Transform Infra-Red Spectroscopy. FTIR adalah alat yang
menggunakan infra merah untuk mengidentifikasi struktur suatu senyawa baik organik maupun anorganik. Analisa gugus fungsi
dilakukan di Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Alat yang digunakan adalah Fourier Transform
Infra-Red Spectroscopy FTIR dengan merk ATI Mattson. Sampel pengujian yang berbetuk lembaran dipotong melingkar dengan
diameter 10 mm, kemudian dimasukkan ke dalam alat FTIR dan di tembak dengan sinar infra merah pada bilangan gelombang 500-4000
cm
-1
. Hasil yang didapatkan berupa spektrum absorbansi sinar infra merah.
c. Sifat Termal ASTM D3418-99, 1998
Analisa sifat thermal polimer dilakukan di Sentra Teknologi Polimer STP kawasan Puspitek Serpong. Alat yang digunakan adalah
Differential Scanning Calorimetry DSC dengan merk Mettler Toledo. Analisa sifat termal meliputi suhu pelelehan melting point, Tm, suhu
transisi kaca glass transition temperature, Tg, dan perubahan entalpi sampel selama proses tersebut. Sampel ditimbang sekitar 20 mg
dimasukkan dalam crucible 40 µl. Analisa dilakukan dengan pemanasan sampel dari suhu -90
C hingga 200 C. Kecepatan
pemanasan adalah 10 Cmenit. Nitrogen cair digunakan untuk
pendinginan dengan kecepatan aliran 50 mlmenit.
d. Derajat Kristalinitas Barham et al. 1984 dan Hahn et al. 1994