Kuat Tarik dan Perpanjangan Putus

1. Kuat Tarik dan Perpanjangan Putus

Salah satu sifat fisik suatu polimer yang sering diujikan untuk mengetahui kualitasnya, terutama golongan plastik, adalah kuat tarik. Kuat tarik didefinisikan sebagai besarnya gaya yang dapat ditahan oleh suatu materi sampai materi tersebut putus. Kekuatan tarik diukur dengan menarik polimer pada arah yang berlawanan Stevens, 2001. Hasil pengukuran kuat tarik dan perpanjangan putus bioplastik dengan konsentrasi PEG 400 10, 20, dan 30 berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 8, Lampiran 9, dan Lampiran 10. Kurva hasil pengukuran kuat tarik bioplastik yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6. 0,067 0,071 0,083 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 10 20 30 40 Konsentrasi PEG 400 Ku a t T a ri k M Pa Gambar 6. Kurva hubungan konsentrasi PEG 400 dengan kuat tarik Polimer PHB yang sebelumnya kaku dan rapuh, setelah penambahan pemlastis akan menjadi lunak dan plastis. Pemlastis akan mengisi rongga antar molekul PHB dan mengubah gaya antar molekul PHB, sehingga kerapatannya turun. Pemlastis membuat kerapatan antar molekul PHB menjadi berkurang dan gaya antar molekul sejenis kohesi PHB menjadi lebih kecil. Nilai kuat tarik dari bioplastik yang dihasilkan terlihat meningkat dengan bertambahnya konsentrasi pemlastis. Nilai kuat tarik untuk bioplastik PEG 400 10, 20, dan 30 berturut-turut adalah 0,067 ± 0,040 MPa; 0,071 ± 0,016 MPa; dan 0,083 ± 0,058 MPa. Peningkatan nilai kuat tarik ini terjadi karena adanya interaksi antara molekul PHB dengan molekul PEG 400. Interaksi antara molekul PHB dan PEG 400 diduga berupa ikatan hidrogen. Pendugaan tersebut didasarkan atas gugus fungsional dari masing-masing molekul. Molekul PEG memiliki gugus fungsional hidroksil OH sedangkan molekul PHB memiliki gugus fungsional hidroksil OH dan karboksil C=O. Ikatan hidrogen merupakan salah satu contoh yang paling umum dari gaya yang berperan pada pengikatan suatu molekul dan tergolong dalam gaya van der Waals. Gaya yang berperan dalam pengikatan molekul ini lebih kecil kekuatannya daripada ikatan kimia kovalen dan ikatan ion. Walaupun kecil, gaya van der Waals memiliki pengaruh yang nyata terhadap sifat fisik dan thermal suatu molekul. Menurut Companion 1991, peranan gaya van der Waals yang penting hanya dalam menjelaskan interaksi antara molekul dan antara atom yang orbitalnya jenuh, maksudnya adalah orbital yang tidak memungkinkan terjadinya ikatan kovalen. Mekanisme kerja zat pemlastis adalah dengan mengisi rongga- rongga antar molekul polimer sehingga menjadi pelumas internal dan mengubah gaya antar molekul polimer Nur et al., 2002. Gambar 7 memperlihatkan cara kerja pemlastis sebagai pelumas internal suatu polimer. Interaksi antara pemlastis dan polimer dapat berupa gaya tarik elektrostatis seperti gaya van der Waals. Kemampuan suatu atom untuk menarik elektron pada kulit terluarnya disebut elektronegatifitas. Sifat ini berhubungan erat dengan jumlah proton suatu atom dan jari-jari atom. Semakin banyak proton dan semakin kecil jari-jari atom, maka elektronegatifitas atom tersebut akan semakin tinggi. Ikatan hidrogen terjadi antara atom hidrogen dengan atom yang memiliki elektronegatifitas tinggi seperti N, O, dan F. Tidak seperti gaya van der Waals lainnya, ikatan hidrogen membentuk arah tertentu. Ikatan hidrogen bersifat elektrostatik dan dapat terjadi antar molekul maupun intra molekul Companion, 1991. Mekanisme pembentukan ikatan hidrogen antara molekul PHB dengan molekul PEG 400 dapat dilihat pada Gambar 8. A B Gambar 7. Skema kerja pemlastis Nur et al., 2002 Keterangan: A polimer tanpa pemlastis, rantai polimer bersifat kaku. B dengan penambahan pemlastis yang mengisi rongga antar molekul polimer dan mengubah gaya antar molekul, membuat plastik menjadi lebih lembut. Gambar 8. Pembentukan ikatan hidrogen secara umum antara PHB dan PEG 400 modifikasi Companion 1991, Darusman 1999, dan Nur et al. 2002. Pemlastis pelumas internal Bobot molekul PEG dapat dihitung dengan menggunakan rumus BM = 44n+18 gmol. Polietilen glikol PEG 400 memiliki kisaran bobot molekul 380-420 gmol. Dari rumus dan kisaran bobot molekul PEG 400 tersebut dapat diperkirakan berapa nilai n dari suatu molekul PEG. Nilai n dari PEG 400 dengan rumus tersebut dapat diketahui antara 8,23-9,14 atau n=9, sehingga rumus molekul PEG 400 adalah C 18 H 38 O 10 dan bobot molekulnya 414 gmol. Dengan n=9 maka dapat dikatakan bahwa PEG 400 merupakan suatu oligomer dari etilen oksida. Dari Gambar 8 dapat diperkirakan bahwa ikatan hidrogen dapat mencapai puncak efektifitasnya bila gugus karboksil dari molekul PHB dapat terikat semua dengan gugus hidroksil dari molekul PEG. Setiap senyawa memiliki jumlah partikel tertentu pada setiap gramnya. Jumlah partikel suatu zat dapat dihitung dengan mengalikan mol zat yang bersangkutan dengan bilangan Avogadro. Setiap 1 gram PEG akan memiliki jumlah partikel sekitar 1414 x 6,02 · 10 23 = 1,45 · 10 21 partikel. Pada saat konsentrasi PEG dalam bioplastik sebesar 10, gugus karboksil PHB belum semuanya berikatan hidrogen dengan gugus hidroksil PEG. Dengan bertambahnya konsentrasi maka semakin banyak pula jumlah partikel PEG di dalam bioplastik dan semakin banyak juga ikatan hidrogen yang terbentuk. Ikatan hidrogen memang tidak sekuat ikatan kovalen, namun untuk memutuskannya tetap membutuhkan energi. Hal inilah yang menyebabkan kenaikan kuat tarik dari bioplastik seiring dengan naiknya konsentrasi pemlastis PEG 400. Pada konsentrasi PEG tertentu, tidak akan ada lagi ikatan hidrogen yang terbentuk dengan molekul PHB. Pada kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa bioplastik PHB telah jenuh terhadap penambahan pemlastis PEG 400. Molekul PEG 400 dan PHB merupakan molekul rantai lurus. Molekul PEG 400 akan tersusun sedemikian rupa sehingga kedua gugus hidroksil OH dari ujung PEG 400 berinteraksi melalui ikatan hidrogen dengan gugus karboksil C=O molekul PHB pada panjang rantai yang sama dengan PEG 400 yaitu n=1 dan n=9. Gugus OH molekul PEG 400 berikutnya akan berikatan hidrogen dengan gugus karboksil PHB pada n=10 sampai n=18, begitu seterusnya sampai ujung rantai molekul PHB habis. Dengan menggunakan basis perhitungan 0,27 g PHB yang digunakan serta nilai n molekul PHB berkisar antara 100-30.000 Randall et al., 2001, maka selanjutnya dapat diperkirakan kebutuhan PEG 400 agar berikatan hidrogen secara teoritis dengan molekul PHB. Perhitungan kebutuhan teoritis PEG 400 dalam pembuatan bioplastik dapat dilihat pada Lampiran 11. Gambar 9 menunjukkan bagaimana molekul PEG 400 terorientasi akibat ikatan hidrogen dengan molekul poli-HB. O H CH 3 O O CH 3 O O CH 3 O O CH 3 O O CH 3 O O CH 3 O O CH 3 O O CH 3 O O CH 3 O O CH 3 O O CH 3 O OH O H O O O O O O O O OH O H OH n 9 Gambar 9. Mekanisme gugus hidroksil molekul PEG 400 berikatan hidrogen dengan gugus karboksil PHB modifikasi Companion, 1991 Tanda panah dari atom H ke atom O menunjukkan arah tarikan elektrostatik dari atom yang lebih positif ke arah atom yang lebih negatif. Dari hasil perhitungan pada Lampiran 11 diketahui bahwa molekul PEG 400 dapat berinteraksi melalui ikatan hidrogen secara optimal pada konsentrasi 34 bb. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi PEG 400 30 yang merupakan konsentrasi PEG 400 terbaik pada penelitian ini, sudah mendekati kebutuhan konsentrasi PEG 400 teoritis. Perhitungan pada Lampiran 11 merupakan hitungan kasar seberapa banyak molekul PEG 400 yang dibutuhkan secara teoritis, sehingga gugus hidroksilnya dapat berikatan hidrogen dengan gugus karboksil dari molekul PHB. Perhitungan tersebut didasarkan pada kisaran panjang rantai suatu molekul PHB atau banyaknya monomer penyusun 1 molekul PHB menurut Randall et al. 2001, yaitu nilai kisaran n = 100 – 30.000. Perhitungan yang lebih akurat dapat dilakukan apabila diketahui berapa n=1 n=9 Poli-HB PEG 400 jumlah molekul PHB dan bobot molekul rata-rata dari PHB yang digunakan. Dari pengukuran nilai kuat tarik juga dapat secara langsung didapatkan nilai perpanjangan putus dari bioplastik yang diuji. Nilai ini merupakan persentase perubahan panjang bioplastik pada saat diregangkan sampai putus. Kurva hasil pengukuran nilai perpanjangan putus dapat dilihat pada Gambar 10. 0,376 0,763 0,881 0,2 0,4 0,6 0,8 1 10 20 30 40 Konsentrasi PEG 400 P e rp anj a n g an P u tu s Gambar 10. Kurva hubungan konsentrasi PEG 400 dengan perpanjangan putus Perpanjangan putus merupakan perubahan panjang material sampai material tersebut putus akibat menerima gaya regangan pada pengujian kuat tarik. Menurut Hammer di dalam Paul dan Newman 1978, prinsip kerja pemlastis adalah membentuk interaksi molekuler dengan rantai polimer, sehingga kecepatan respon viskoelastis pada polimer meningkat dan mobilitas molekuler rantai polimer meningkat pula. Peningkatan konsentrasi PEG 400 dilihat pada Gambar 10 dapat meningkatkan nilai perpanjangan putus dari bioplastik PHB. Bioplastik dengan PEG 400 10 memiliki nilai perpanjangan putus sebesar 0,376 ± 0,119; bioplastik dengan PEG 400 20 memiliki nilai perpanjangan putus sebesar 0,763 ± 0,244; dan bioplastik dengan penambahan PEG 400 30 memiliki nilai perpanjangan putus terbesar yaitu 0,881 ± 0,326. Peningkatan konsentrasi PEG 400 berarti pula meningkatkan jumlah partikel PEG yang dapat berinteraksi dengan polimer PHB. Keberadaan molekul PEG yang lebih merata menyebabkan mobilitas polimer PHB menjadi lebih tinggi dan meningkatkan kecepatan viskoelastis polimer apabila menerima gaya dari luar, sehingga nilai perpanjangan putusnya semakin meningkat.

2. Densitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Tributil Fosfat terhadap Karakteristik Bioplastik dari Poli-B-Hidroksialkanoat (PHA) yang dihasilkan oleh Ralstonia eutropha dengan Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 5 97

Pengaruh Konsentrasi Pemlastis Dietil Glikol Terhadap Karakteristik Bioplastik dari Polyhydroxyalkanoates (PHA) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 7 94

Pengaruh Konsentrasi PemIastis Dimetil Ftalat terhadap Karakteristik Bioplastik dari Polyhydroalkanoates (PHA) yang Dihasilkan oleh Ralstonia eutropha pada Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 10 78

Produksi bioplastik poli-3-hidroksialkanoat (pha) oleh ralstonia eutropha menggunakan substrat hidrolisat pati sagu (metroxylon.sp) sebagai sumber karbon

0 34 2

Peran PEG 400 dalam Pembuatan Lembaran Bioplastik Polihidroksialkanoat yang Dihasilkan Oleh Ralstonia eutropha dari Substrat Hidrolisat Pati Sagu

0 7 7

Pengaruh Suhu, Jenis dan Perbandingan Pelarut Terhadap Kelarutan Bioplastik Dari Pha (Poly-Β-Hydroxyalkanoates) yang Dihasilkan Ralstonia Eutropha Pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu

1 14 132

Peran PEG 400 dalam pembuatan lembaran biplastik polihidroksialkanoat yang dihasilkan oleh Ralstonia eutropha dari substrat hidrolisat pat i sagu

0 8 7

Pengaruh penambahan polioksietilen-(20)-sorbitan monolaurat pada karakteristik bioplastik poli-hidroksialkanoat (pha) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada substrat hidrollsat pati sagu

0 4 6

Pengaruh konsentrasi pemlastis dietil glikol terhadap karakteristik bioplastik dari polyhydroxyalkanoates (PHA) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada substrat hidrolisat minyak sawit

0 4 3

Pengaruh Konsentrasi Tributil Fosfat teihadap Karakteristik Bioplastik dari Poli-b-HidroksiatKanoat (PHA) yang Dihasilkan oleh Ralstonia eutropha dengan Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 3 2