TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN KULTIVASI Ralstonia eutropha

C. ANALISA DATA

Analisa data yang digunakan adalah statistika deskriptif. Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain termasuk ke dalam kategori statistika deskriptif ini Sudjana 1994 dan Walpole 1995.

D. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Rekayasa Bioproses Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor dan di beberapa laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Karakterisasi PHA dilakukan di Sentra Teknologi Polimer, kawasan Puspitek Serpong dan Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penelitian berlangsung selama sembilan bulan, mulai bulan Januari sampai September 2006. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KULTIVASI Ralstonia eutropha

Pada saat pembuatan hidrolisat pati sagu, dari 270 gram pati sagu yang disuspensikan ke dalam 900 ml aquades, didapatkan hidrolisat pati sagu sebanyak 700 ml. Hidrolisat pati sagu tersebut kemudian dianalisa total gulanya dengan menggunakan metode fenol-sulfat dan didapatkan nilai total gula sebesar 281 gL. Kultivasi R. eutropha dilakukan di dalam bioreaktor volume kerja 10 liter dengan menggunakan sistem kultivasi terumpan fed-batch. Sumber karbon yang digunakan sebagai media dan umpan adalah hidrolisat pati sagu. Propagasi dilakukan dengan 3 tahapan sebelum proses kultivasi dijalankan. Propagasi I dilakukan dengan media nutrient broth, sedangkan propagasi II dan III dilakukan dengan komposisi media lengkap Tabel 4. Kultivasi dilakukan selama 96 jam dengan pengumpanan pada jam ke 48. Total gula yang ada pada awal kultivasi adalah 30 gL, sedangkan setelah proses pengumpanan total gula dibuat menjadi 20 gL. Komposisi media kultivasi selengkapnya dengan memperhatikan nilai total gula hidrolisat pati sagu sebesar 281 gL dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi media propagasi II dan III serta media kultivasi Bahan Propagasi II Propagasi III Kultivasi media 90 ml media 900 ml media 9000 ml NH 4 2 HPO 4 0,5094 g 5,094 g 50,94 g K 2 HPO 4 0,522 g 5,22 g 52,2 g KH 2 PO 4 0,342 g 3,42 g 34,2 g MgSO 4 0,1 M 0,9 ml 9 ml 90 ml Mikroelemen 0,09 ml 0,9 ml 9 ml Hidrolisat pati sagu 10,76 ml 107,6 ml 1.076 ml Volume hidrolisat pati sagu yang ditambahkan pada saat pengumpanan sebanyak 689,66 ml. Pengumpanan hidrolisat pati sagu dilakukan dengan kecepatan aliran 16,6 mlmenit. Perhitungan volume hidrolisat pati sagu yang ditambahkan pada saat pengumpanan dapat dilihat pada Lampiran 7. Dari hasil pemanenan pada jam ke 96 didapatkan 10 L cairan kultivasi dengan konsentrasi biomassa sel 4 gL. Ekstraksi PHA dilakukan dengan metode pelarutan dalam NaOCl 0,2 dan sentrifugasi. Endapan PHA yang didapatkan kemudian dikeringkan dengan oven bersuhu 50 C selama 24 jam, untuk kemudian dihaluskan dengan menggunakan mortar. Bubuk PHA yang didapatkan sampai pada tahapan ini masih merupakan PHA kotor. Pengotor yang ada dalam bubuk PHA dapat berupa protein, lemak, gula sisa, sisa media garam-garam mineral, maupun partikel padatan lainnya. Pengotor dapat mengganggu pembentukan lembaran plastik karena akan menghalangi pembentukan ikatan antar rantai molekul PHA. Pemurnian PHA dilakukan dengan melarutkan bubuk PHA ke dalam kloroform 1:50 bv untuk kemudian dipanaskan pada suhu 50 C selama 24 jam. Selama proses pemurnian, larutan diaduk dengan menggunakan magnetic stirer dan pendingin tegak digunakan untuk mengkondensasikan kembali kloroform yang menguap refluks. Kloroform merupakan jenis pelarut yang sering digunakan untuk mengekstrak PHA dari sel bakteri, karena PHA memiliki kelarutan yang tinggi di dalam klorofom Lafferty et al. dalam Rehm dan Reed, 1988. Proses selanjutnya dalam pemurnian PHA ini adalah menyaring larutan PHA + kloroform dengan penyaring vakum dan kertas saring Whatman 42. Cairan yang lolos kertas saring kemudian dikeringankan pada suhu ruang untuk menguapkan kloroformnya. Lembaran plastik PHA akan terbentuk setelah kloroform teruapkan untuk kemudian dapat digunakan pada penelitian utama. Gambar 4 merupakan perubahan bentuk PHA dari hasil ekstraksi sampai hasil refluks. Gambar 4. PHA hasil kultivasi. A hasil ekstraksi setelah dikeringkan, B setelah dihaluskan, dan C setelah pemurnian Rendemen PHA murni yang didapatkan setelah pemurnian dalam penelitian ini berkisar antara 20-30 dari bobot massa sel kering. Nilai ini jauh lebih kecil daripada yang disebutkan oleh Lee dan Choi dalam Babel dan Steinbuchel 2001, yaitu bahwa bakteri R. eutropha dapat mengakumulasi PHA 30-80 bobot kering selnya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi rendemen PHA yang didapatkan, seperti: galur mikroba yang digunakan, jenis substrat yang dipakai, kondisi proses kultivasi, serta metode ekstraksi PHA dari biomassa sel. Polimer PHA yang dihasilkan oleh Ralstonia eutropha diduga merupakan jenis poli-3-hidroksibutirat PHB. Menurut Ojumu et al. 2004, enzim PHA sintase dari Ralstonia eutropha hanya dapat membentuk PHA rantai pendek. PHA rantai pendek merupakan PHA yang monomernya tersusun atas 3-5 atom karbon. Selain PHA rantai pendek, ada juga PHA rantai sedang, yaitu PHA yang monomernya tersusun atas 6-14 atom karbon. Pseudomonas oleovorans adalah contoh bakteri yang dapat memproduksi PHA rantai sedang. Atifah 2006 telah melakukan identifikasi gugus fungsi dari polimer PHA yang dihasilkan oleh Ralstonia eutropha dengan hidrolisat pati sagu sebagai sumber karbon pada saat kultivasi. Dari analisa dengan menggunakan FTIR Fourier Transform Infra Red Spectroscopy didapatkan hasil bahwa PHA yang didapat dari kultivasi Ralstonia eutropha dengan hidrolisat pati sagu sebagai sumber karbon, merupakan jenis poli-3-hidroksibutirat PHB. A B C Atifah 2006 juga menguji kadar atau tingkat kemurnian PHB yang diperoleh dengan menggunakan Gas Chromatography GC. Pada kromatogram PHB yang dihasilkan, muncul peak dominan pada waktu retensi yang mendekati standar 1,18 yaitu pada waktu retensi 1,25 menit dengan konsentrasi 69,69. Dengan demikian, kadar atau kemurnian relatif PHB sagu terhadap PHB murni sebesar 76,57 = 69,69 91,01 x 100.

B. KARAKTERISTIK BIOPLASTIK

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Tributil Fosfat terhadap Karakteristik Bioplastik dari Poli-B-Hidroksialkanoat (PHA) yang dihasilkan oleh Ralstonia eutropha dengan Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 5 97

Pengaruh Konsentrasi Pemlastis Dietil Glikol Terhadap Karakteristik Bioplastik dari Polyhydroxyalkanoates (PHA) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 7 94

Pengaruh Konsentrasi PemIastis Dimetil Ftalat terhadap Karakteristik Bioplastik dari Polyhydroalkanoates (PHA) yang Dihasilkan oleh Ralstonia eutropha pada Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 10 78

Produksi bioplastik poli-3-hidroksialkanoat (pha) oleh ralstonia eutropha menggunakan substrat hidrolisat pati sagu (metroxylon.sp) sebagai sumber karbon

0 34 2

Peran PEG 400 dalam Pembuatan Lembaran Bioplastik Polihidroksialkanoat yang Dihasilkan Oleh Ralstonia eutropha dari Substrat Hidrolisat Pati Sagu

0 7 7

Pengaruh Suhu, Jenis dan Perbandingan Pelarut Terhadap Kelarutan Bioplastik Dari Pha (Poly-Β-Hydroxyalkanoates) yang Dihasilkan Ralstonia Eutropha Pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu

1 14 132

Peran PEG 400 dalam pembuatan lembaran biplastik polihidroksialkanoat yang dihasilkan oleh Ralstonia eutropha dari substrat hidrolisat pat i sagu

0 8 7

Pengaruh penambahan polioksietilen-(20)-sorbitan monolaurat pada karakteristik bioplastik poli-hidroksialkanoat (pha) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada substrat hidrollsat pati sagu

0 4 6

Pengaruh konsentrasi pemlastis dietil glikol terhadap karakteristik bioplastik dari polyhydroxyalkanoates (PHA) yang dihasilkan Ralstonia eutropha pada substrat hidrolisat minyak sawit

0 4 3

Pengaruh Konsentrasi Tributil Fosfat teihadap Karakteristik Bioplastik dari Poli-b-HidroksiatKanoat (PHA) yang Dihasilkan oleh Ralstonia eutropha dengan Substrat Hidrolisat Minyak Sawit

0 3 2