Isu-isu kritis di perairan Pelabuhan Tanjung Emas
2 Operasional kapal ikan tanpa ijin
Kurang optimalnya pelaksanaan pengawasan oleh kapal-kapal instansi yang berwenang menegakkan kedaulatan di laut menyebabkan
kurang maksimalnya pengawasan terhadap opersional kapal-kapal penangkap ikan sehingga banyak kapal-kapal ikan yang beroperasi
tanpa disertai dokumen perijinan dan pelaksanaan penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan Surat Ijin Penangkapan Ikan.
3 Pencemaran lingkungan
Tingginya kegiatan industri dan perumahan di sekitar pesisir Tanjung Emas menyebabkan tingginya resiko pencemaran lingkungan
laut yang akan merusak keseimbangan ekosistem perairan, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat daya dukung lingkungan. Banyak
pelaku industri yang langsung membuang hasil buangan ke aliran sungai tanpa adanya instalasi pengolahan limbah.
4 Kecelakaan laut
Kurangnya pengawasan terhadap kapal-kapal ikan tradisional yang bebas berlalu-lalang di area pelabuhan menimbulkan kerawanan
kecelakaan dan mengganggu arus lalu-lintas keluar masuk kapal ke pelabuhan, banyaknya para pemancing liar di area break water yang
tidak mengetahui iklim dan cuaca yang sering diterjang ombak. 5 Pendangkalan
pelabuhan Reklamasi pantai di sekitar pelabuhan menyebabkan tingginya
tingkat pendangkalan di area pelabuhan, sedimen hasil reklamasi yang
tidak tercover terangkut oleh arus dan gelombang yang menuju kearah pelabuhan, sehingga pelabuhan mudah terjadi pendangkalan.
6 Perusakan hutan bakau Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pantai dan kurangnya
kesadaran masyarakat pantai dalam mengelola dan memanfaatkan wilayah pesisir, sehingga terjadi pengrusakan hutan mangrove yang
merupakan daya dukung lingkungan untuk pelestarian hasil perikanan, yang mengakibatkan penurunan hasil tangkapan ikan oleh para nelayan.
7 Reklamasi Tingginya kenaikkan jumlah penduduk kota Semarang
meningkatkan jumlah kebutuhan akan rumah tempat tinggal dan area untuk perekonomian sehingga menimbulkan adanya kebutuhan untuk
memperluas daratan dengan mereklamasi laut di daerah Genuk, Semarang Barat dan Semarang Timur.
8 Benturan kepentingan antar instansi pelaksana keamanan di laut Sebagaimana UU yang berlaku, sejumlah instansi mempunyai
kewenangan menegakkan hukum di laut, diantaranya TNI AL, Kepolisian, Bea Cukai, KPLP, DKP, Dephut, Depkes, Imigrasi dan
Sahbandar. Keberadaan instansi penegak hukum di laut bertujuan untuk mencegah terjadinya pelanggaran hukum di laut, namun dengan jumlah
instansi yang cukup banyak dan adanya peraturan yang tumpang tindih yang masih membutuhkan penjelasan tentang tatanan kewenangan
penegakan hukum di laut yang saling bersinergi akan menghambat
kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan dan pemberdayaan ekonomi kelautan.
9 Penyalahgunaan dan manipulasi dokumen kapal Sering ditemukan pemalsuan-pemalsuan dokumen barang yang
keluar masuk pelabuhan, diantaranya tidak sesuainya jumlah muatan dengan surat angkut muat, tidak sesuainya antara barang yang diangkut
dengan dokumen muatan, dipakainya satu dokumen untuk mengangkut barang berkali-kali, sehingga perlu ditingkatkan pelaksanaan
pengawasan dan penegakan hukum dilaut oleh aparat yang tepat. 10 Imigran gelap
Masih terbukanya arus keluar masuk pelabuhan tanpa adanya pemeriksaan terhadap orang-orang yang melewati penjagaan pelabuhan,
menyebabkan Pelabuhan Tanjung Emas masih rawan terjadi penyelundupan tenaga kerja ataupun imigran gelap.
11 Perompakan Dalam rangka meningkatkan keamanan dan penjagaan wilayah
perairan Pelabuhan Tanjung Emas perlu ditingkatkan baik dalam jumlah ataupun kualitas dari kapal-kapal instansi yang terkait.
12 Perselisihan buruh dengan menajemen perusahaan. 13 Aksi demonstrasi, pemboikotan dan pemogokan.
14 Birokrasi panjang dalam pengurusan perijinan dan pungutan liar.
Menurut Darmawan 2005, penegakan hukum di wilayah laut terutama di ZEE masih mengandalkan satuan-satuan tugas dari TNI AL dibantu oleh
kepolisian Satpolairud dan PPNS. Kesulitan dalam upaya penegakan hukum di
laut adalah keberadaan sarana prasarana terutama kapal-kapal patroli yang memadai.