2.3 Legalitas Tugas Aparat Negara di Laut
Institusi yang terlibat dalam pengamanan pengelolaan sumber daya kelautan dapat dikelompokan atas institusi yang berada di pemerintah pusat,
propinsi, kabupatenkota, swasta dan LSM, dimana masing-masing lembaga atau institusi mempunyai fungsi dan tanggung jawab atas azas manfaat dan kelestarian
lingkungan yang berkelanjutan sustainable. Lembaga aparat negara di laut di
tingkat pusat terdiri dari : 1 TNI-AL, Mabes TNI; 2 Direktorat Polisi Air, Mabes Polri; 3 KPLP, Ditjen Perla, Departemen Perhubungan dan Telkom; 4
Direktorat Jenderal P2SDKP, Departemen Kelautan dan Perikanan; 5 Direktorat Jenderal Bea Cukai, Departemen Keuangan; 6 Direktorat Jenderal Imigrasi,
Departemen Keuangan; dan 7 Pemda, Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan, Bapelda, Dinas Kesehatan Karantina.
Lembaga aparat negara di laut di tingkat propinsi, kabupaten dan kota merupakan perwakilan atau perpanjangan lengan dari lembaga di tingkat pusat
secara administratif tetapi secara operasional dikendalikan oleh pemerintah daerah setempat. Secara umum jumlah lembaga, struktur organisasi, tugas dan tanggung
jawab serta wewenang merupakan hubungan berjenjang dan pengendalian administratif dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah propinsi dan daerah
kabupaten dan kota. Dengan demikian struktur organisasi lembaga yang menangani penegakan Tanjung Perak, Belawan, Makasar dan Tanjung Emas
mempunyai struktur yang sama sesuai dengan tingkatannya. Pada hakekatnya penegakan hukum di laut tidak dapat ditangani oleh satu
instansi saja, karena Undang-Undang memberikan mandat kepada beberapa instansi pemerintah. Instansilembaga yang mempunyai fungsi dan wewenang
penegakan hukum di laut ditingkat pusat dapat dimatrikulasi pada Tabel 1. Sedangkan lembaga yang mempunyai fungsi dan penegak hukum di laut di
tingkat daerah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Aspek legal kewenangan lembaga penegak hukum di laut.
TNI AL POLRI
PPNS BEA
CUKAI PPNS
HUBLA PPNS
DKP PPNS
IMIGRASI PPNS
LH PPNS
PKA HUTAN
PPNS DIKNAS
PPNS DEPKES
PPNS LING.
HIDUP PPNS
PARSENI BUD
PPNS DEP
DAGRI BASAR
NAS No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12
13 14
1 TZMKO1939 PASAL 14
PEROMPAKAN LAIN-LAIN 2
5 1983 ZEEI
3 31 2004
PERIKANAN 4
5 1992 BENDA CAGAR BUDAYA
5 9 1992
IMIGRASI 6
21 1992 PELAYARAN
7 5 1990
KSDA 8
10 1995 KEPABEANAN 111995 CUKAI
9 6 1996
PERAIRAN 10
23 1997 LINGKUNGAN HIDUP
11 41 1999
KEHUTANAN 12
161992 KARANTINA
13 322004
OTDA 14
KEPPRES No. 11 1972
:
menunjukkan dasar UU yang dipakai dalam melaksanakan tugas oleh 14 instansi
21
INSTANSI UNDANG-UNDANG
Bakar 2005 menerangkan bahwa banyaknya penegak hukum di laut merupakan amanat dari undang-undang terhadap instansi yang bersangkutan, dan
itu diakui sendiri oleh Direktur KPLP. Memang sampai saat ini pengamanan di laut Nusantara diserahkan kepada banyak instansi sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing, namun di kebanyakan negara maritim di pergaulan perdagangan dunia Internasional pengamanan kapal-kapal niaga sudah diatur dan
dilakukan oleh satu lembaga. Di balik prospek potensi ekonomi kelautan dan sumberdaya kelautan yang
menjanjikan kesejahteraan bagi rakyat, bangsa dan negara, adalah pengalaman bagi bangsa kita dalam membangun sumberdaya kelautan pada masa lalu pada
umumnya mengarah ke suatu pola yang merusak daya dukung lingkungan serta tidak berkelanjutan. Pencemaran perairan pesisir yang terus meningkatanjungejala
tangkap lebih overfishing, degradasi habitat pesisir dengan rusaknya hutan bakau, rusaknya terumbu karang, abrasierosi pantai, pencurian ikan dan non ikan
di laut, penyelundupan, perompakan di laut, yang dihadapi masyarakat maritim menunjukan kondisi yang mengancam keamanan dalam kapasitas yang
berkelanjutan terhadap ekosistem pesisir dan laut di perairan pelabuhan sekitar Tanjung Emas. Apabila kecenderungan tersebut tidak segera diperbaiki,
dikhawatirkan generasi muda penerus bangsa tidak dapat lagi menikmati kekayaan sumber daya kelautan, oleh karena itu diperlukan pengaturan
pengawasan dan pengamanan yang dapat mendukung terjaminnya kelestarian di laut Perairan Tanjung Emas.
Pada awalnya kapal pengawas sebagai penunjang pelaksanaan tugas masing-masing institusi kemaritiman dalam kegiatan patrolinya dilaksanakan
sendiri-sendiri sehingga mengakibatkan upaya pengawasan dan pengamanan di laut tidak dapat terselenggara secara efisien dan efektif. Untuk mengatasi keadaan
ini, maka dibentuklah Badan Koordinasi Keamanan Laut Bakorkamla dengan Surat Keputusan Bersama SKB MenhankamPangab, Menteri Keuangan,
Menteri Kehakiman, Menteri Perhubungan, dan Jaksa Agung RI. Bakorkamla berfungsi mengkoordinasikan fungsi instansi dan aparat terkait serta
mengendalikan fungsi dari intansi-instansi tersebut menjadi kesatuan upaya yang terpadu demi terpeliharanya kepentingan keamanan nasional di laut.
Berdasarkan Keputusan PangabPang TNI No. Kep08VII’97 dan UU RI No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara serta UU RI No.3 tahun 2002
tentang Pertahanan Negara, maka pengemban fungsi dan tanggung jawab pelaksanaan operasional keamanan laut nasional yang secara hirarki berjenjang,
penanggung jawab pelaksanaan operasional Bakorkamla di perairan dan Pelabuhan Tanjung Emas adalah Panglima Armada Kawasan Timur
Pangarmatim, sedangkan pelaksana sehari-hari di perairan dan Pelabuhan Tanjung Emas didelegasikan kepada Komandan Gugus Keamanan Laut Kawasan
Timur Danguskamla Armatim dengan pelaksana harian adalah Komandan Lanal Semarang. Dalam wadah Bakorkamla, keberadaan dan kedudukan masing-masing
komponen dalam organisasi serta kewenangan dalam pelaksanaan tugas sebagai aparat keamanan di laut tetap didasarkan kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan memperhatikan UU RI No. 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara dan UU RI No. 2 tahun tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Upaya keamanan nasional di laut dihadapkan kepada spektrum ancaman yang kompleks serta perairan yang sangat luas, secara alamiah menuntut adanya
modus operasi yang tepat yaitu keterpaduan kekuatan yang di proyeksikan secara proporsional serta didukung oleh fungsi pengendalian operasi keamanan laut yang
handal. Fungsi pengendalian ini merupakan faktor yang menentukan dalam pengembangan pola operasi keamanan laut di lapangan. Dalam pelaksanaannya,
Bakorkamla dengan seluruh jajarannya belum dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Kendala utama terletak pada belum satunya pola pikir, pola sikap dan
pola tindak aparat penegak hukum di laut dalam mengartikan tujuan utama keamanan nasionaldi laut yang merupakan sub sistem keamanan negara Mabes
TNI AL, 2002. Pencerminan kompleksnya masalah keamanan nasional di laut dapat diproyeksikan pada skala yang lebih kecil yaitu peninjauan dan penelitian
tugas dan fungsi aparat negara di perairan dan pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
2.4 Kapal Niaga, Transportasi Laut, Keselamatan Kapal di Laut dan
Pelabuhan Laut
Menurut PP Nomor 2 tahun 1962 Kapal Niaga Indonesia merupakan sarana pemberi jasa angkutan laut yang ditujukan untuk membina kesatuan
ekonomi Negara Kepulauan Indonesia serta melayani dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, yang dinamakan kapal niaga adalah kapal laut
yang digerakan secara mekanis dan yang digunakan untuk mengangkut barang dan atau orang untuk umum dengan pungutan biaya. Pasal 310 ayat 1 KUHD
menegaskan, kapal laut adalah semua kapal yang dipakai untuk pelayaran di laut. Yang dimaksud Transportasi Laut adalah pengangkutan barang-barang dan atau
orang oleh berbagai jenis kapal laut sesuai dengan kemajuan teknologi. Keselamatan Kapal di laut yang dimaksud adalah keselamatan kapal pada saat
berlayar maupun pada saat bersandar didermaga pelabuhan atau kapal yang sedang berada di laut. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 67
Tahun 1999 pasal 2 Administrator Pelabuhan mempunyai tugas menyelenggarakan pemberian pelayanan keselamatan pelayaran di dalam lingkungan kerja dan
daerah lingkungan kepentingan pelabuhan untuk memperlancar angkutan laut. Menurut PP Nomor 69 tahun 2001, pelabuhan laut adalah tempat yang
terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Menurut lingkup pelayaran yang dilayani, fungsi pelabuhan dibagi
menjadi pelabuhan internasional, pelabuhan nasional, pelabuhan regional dan pelabuhan lokal.
Menurut Fauzi 2005, pelabuhan laut adalah sebuah infrasruktur pembangunan ekonomi kelautan memiliki peranan penting sebagai penggerak
roda ekonomi suatu kawasan. Peran pelabuhan laut demikian strategis, walaupun perkembangan teknologi di bidang dirgantaraan semakin pesat, namun pelabuhan
laut selanjutnya lebih dilihat sebagai komplemen infrastruktur bagi salah satu moda transportasi. Keunggulan pelabuhan laut sebagai infrastruktur bagi transaksi
dalam volume besar sebagai tempat berlabuh kapal supercargo atau supertanker merupakan salah satu fungsi pelabuhan yang saat ini belum bisa digantikan.
Dalam konteks pembangunan kelautan, pelabuhan laut merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
2.5 International Ship and Port Facility Security Code ISPS Code